Ijinkan Aku Mencintaimu (Versi Revisi)
Seorang gadis yang bernama Rania Buana tampak termenung dan menatap kertas hasil lab dengan pandangan kosong. Gadis cantik berkulit putih yang masih berumur delapan belas tahun itu merasa syok dengan hasil yang tertera di atas kertas itu, Positif Leukimia stadium satu.
"Kenapa Tuhan tidak adil padaku? Aku terlahir tanpa seorang Papa, aku terlahir tanpa cinta seorang Mama, dan sekarang aku terkena Leukimia stadium satu. Aku masih delapan belas tahun, Tuhan. Kenapa Tuhan suka bercanda padaku seperti ini?" Gumam Rania sambil berulangkali mengusap air mata yang berderai di pipi.
Mamanya Rania masuk ke dalam ruang one day care dengan napas terengah-engah.
Rania dan mamanya saling pandang dalam diam.
Dokter UGD yang masuk bersama dengan mamanya Rania langsung angkat bicara, "Putri Anda positif leukimia stadium satu"
Mamanya Rania terhenyak kaget dan bergumam lirih, "Apa masih bisa disembuhkan?"
"Masih bisa disembuhkan. Asalkan rutin melakukan pemeriksaan dan menjalani metode pengobatan" Sahut dokter UGD tersebut.
"Dokter yang paling bagus. Pilihkan dokter yang paling bagus di sini kalau tidak ada, maka aku akan bawa Putriku ke luar negeri" Mamanya Rania mencengkeram kerah jubah dokter UGD tersebut dengan wajah frustasi. Mamanya Rania kemudian menangis terisak dan kembali bergumam lirih, "Selamatkan Rania. Aku akan lakukan apapun untuk kesembuhan Rania"
Rania tertegun melihat mamanya menangis dan mempedulikan dirinya. Baru kali ini dia melihat mamanya menangis dan mempedulikan dirinya.
Saking terharunya melihat mamanya t rus menangis, Rania merosot pelan dari atas bed lalu saat Rania berjalan pelan mendekati mamanya, ia jatuh pingsan.
Mamanya Rania berteriak, "Rania!" Dan wanita cantik itu berhasil menangkap tubuh Rania.
Dokter UGD langsung menolong Rania dan merebahkan Rania dengan perlahan dia Aya bed sambil berkata,"Dokter Dario adalah dokter spesialis kanker yang terbaik bukan hanya di rumah sakit ini, tapi Dokter Dario juga dokter terbaik se-Asia di bidang kanker"
"Kalau begitu aku mau dokter Dario yang menangani Rania"
"Besok adalah jadwalnya Dokter Dario praktek di sini. Saya sarankan Putri Anda besok datang ke sini untuk mulai menjalani metode pengobatannya Dokter Dario. Saya akan langsung mendaftarkan Putri Anda sekarang juga*
"Baiklah. Daftarkan Rania sekarang juga" Sahut mamanya Rania dengan secercah harapan di wajah cantiknya.
Di hari kedua Rania datang ke rumah sakit swasta nomer satu di kota J, ia diharuskan mulai menjalani pemeriksaan dan perawatan. Rania harus berada di ruangan one day care selama satu jam untuk mengikuti metode pengobatan yang bisa menekan pertumbuhan sel kanker.
Di hari itu Rania diantar dan ditunggui oleh bibi Gumiar. Bibi Gum yang selama ini merawat dan menemani Rania sejak Rania lahir sampai Rania berumur delapan belas tahun. Sementara Mamanya Rania seperti biasanya sibuk bekerja.
"Nia bisa masuk sendiri, Bi. Bibi tunggu saja di luar"
"Baik, Non" Sahut Bibi Gum.
Rania masuk ke dalam kamar one day care dan langsung berbaring di sana lalu memejamkan mata.
Tidak menunggu lama, pintu ruangan one day care tersebut terdengar dibuka, namun Rania enggan membuka mata.
Beberapa detik kemudian, Rania merasakan stetoskop di dadanya, lalu ia merasakan pucuk kepalanya disentuh, dibelai dengan lembut.
Pijatan dan belaiannya di rambut embut banget dan bisa membuatku nyaman lalu hatiku merasakan kedamaian. Batin Rania.
Di menit berikutnya, ia merasakan kedua tangannya diperiksa secara bergantian.
Dia membelai dan memijat telapak tanganku dengan kelembutan juga. Tangannya kokoh dan hangat. Rania mulai merasakan ada gelitikan kecil di perutnya. Saat itulah ketahuan kalau Rania ridak tidur karena kelopak mata dan ujung kakinya Rania bergerak-gerak.
Lalu, Rania merasakan tangannya kembali diletakan di samping badannya.
Kenapa dokter ini diam saja? Kenapa tidak menyuruhku untuk membuka mata dan nggak nanya-nanya apa yang aku rasakan? Tapi dia memeriksaku dengan sangat sopan dan lembut. Biarkan saja ia memeriksa ku dalam keheningan. Paling nggak aku aman karena ia bukan dokter mesum. Batin Rania.
Tiba-tiba terdengar suara, "Tolong bangun dan duduklah dengan memeluk erat kedua lutut kamu! Aku akan menyuntikkan obat di punggung kamu dan akan terasa sakit" Suara itu mampu membuat hati Rania berdesir hangat. Rania langsung duduk, membuka mata, menekuk kedua lututnya dan memeluk lutut itu.
"Jangan menoleh ke belakang! dan jangan bergerak sedikit pun Kalau terasa sakit kamu harus menahannya dan gigit saja apa yang ada di depan mata kamu!"
Rania menganggukkan kepalanya dengan hati berdesir hangat. Dia jatuh cinta dengan suara itu Tanpa melihat wajah pria itu, dia sudah mencintai pria itu karena suaranya.
"Tahan! Jangan bergerak! Gigit apa yang ada di depanmu atau kau boleh teriak! sebentar lagi selesai"
Rania menggigit kerah bajunya untuk menahan rasa sakit yang sukup luar biasa itu.
Kenapa tidak terasa sakit lagi? Apa sudah selesai? Kenapa dia diam saja kalau sudah selesai? Batin Rania.
Akhirnya Rania bertanya, "Apa sudah selesai?"
"Hmm" Hanya sahutan singkat yang Rania dengar.
"Apa aku sudah boleh menegakkan badan dan menoleh ke belakang?"
"Hmm" Hanya sahutan singkat yang kembali terdengar.
Rania menoleh ke belakang untuk melihat wajah dokter yang memiliki suara dalam yang merdu dan kebapakan. Suara yang sudah membuat Rania jatuh cinta untuk yang pertama kalinya.
Rania sedikit kecewa saat ia menemukan dokter itu memakai masker. Namun, ia yakin banget kalau dokter itu pasti berwajah tampan karena dokter itu memiliki perawakan yang sangat bagus. Badannya tinggi tegap dan atletis, rambut cokelatnya sedikit bergelombang dan sedikit gondrong, lalu bola matanya berwarna biru.
"Siapa nama dokter?" Rania bertanya karena dokter itu membalik nametag-nya.
"Maaf aku harus segera memeriksa pasien yang lainnya lagi"
"Paling nggak katakan dulu siapa nama........."
Dokter berbola mata biru itu berbalik badan dan pergi meninggalkan Rania tanpa pamit dan tanpa memberitahukan namanya ke Rania.
Rania merosot turun dari atas ranjang dan ingin mengejar dokter itu, tapi seketika langkahnya terhenti dan ia meringis kesakitan. Punggungnya kembali terasa nyeri dan dengan terpaksa Rania kembali duduk di tepi ranjang dan merebahkan diri di sana.
Setelah satu jam tergenapi, Rania bangun dan duduk di tepi ranjang. Pintu ruangan one day care itu kembali dibuka oleh seseorang dan mata Rania seketika membulat sempurna dengan harapan yang muncul dari balik pintu adalah dokter berbola mata biru yang tadi memeriksanya. Namun, Rania harus menelan kekecewaan karena yang muncul dari balik pintu adalah seorang suster yang berwajah bulat dan cukup ramah.
"Anda sudah boleh pulang, Nona cantik. Ini obat untuk Anda. Balik lagi ke sini bukan depan, ya?! Semoga di bulan depan nanti Anda sudah bersedia menjalani rawat inap intensif di sini" Ucap suster berwajah cukup ramah itu sambil membereskan meja yang ada di samping ranjang.
Rania merosot turun dan langsung bertanya, "Apa suster tahu nama dokter yang tadi memeriksa saya?"
Suster tersebut membereskan ranjang sambil berkata, "Apakah Dokter yang Anda maksud berambut hitam lurus dan sedikit gondrong dan memiliki bola mata biru?"
"Iya, benar!" Rania memekik kegirangan dan melompat kecil saking senangnya akhirnya ia bisa mengetahui nama dokter yang telah membuatnya merasakan cinta pada pandangan pertama.
"Di mana ruang prakteknya? Apa saya bisa menemuinya di ruang prakteknya?" Wajah Rania penuh senyum dan terlihat sangat antusias.
Suster tersebut tampak terkejut kemudian ia menegakkan badan dan menghadap ke Rania dengan perlahan untuk berkata, "Dokter Dario sudah pulang. Ia hanya beberapa jam saja di rumah sakit ini. Ia merupakan seorang dokter spesialis kanker dan ahli hortikultura yang berbakat. Dia suka menyendiri di vilanya yang berada di puncak untuk meneliti dan membuat obat herbal untuk berbagai macam penyakit kanker. Dokter itu tidak ramah. Dia memiliki kepribadian dingin dan cuek. Saya sarankan Anda jangan mengusik Dokter Dario" Suster ramah dan baik hati itu memberikan informasi dan penjelasan terkait dokter Dario ke Rania dengan sangat lengkap.
Rania langsung menghapus senyumannya dan berkata dengan nada dan wajah lesu, "Terima kasih, Sus, untuk infonya" Lalu, Rania melangkah pergi meninggalkan suster tersebut dengan langkah malas-malasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nicolas Perkin
bagus cerita nya kakak.. 👍👍
2023-10-07
0
Embun Kesiangan
like n fav tuk kaka lisbet🙏😍
2023-07-04
0
Little Peony
Halo kak Elisabeth!
2023-06-13
0