Tubuh Zila tertahan di antara lantai dan lengan kekar seseorang. Sementara Sila yang sudah berlari kecil ke ruang keluarga demi menghindari dirinya ketahuan karena sudah mencelakai Zila, kini kembali dengan wajah yang penasaran. Hatinya bertanya siapakah yang berhasil menolong perempuan kampung itu?
Tubuhnya mendongak dari balik pintu ruang tengah sengaja mengintip Zila yang dicelakinya.
"Sila, apa-apaan kamu?" jerit suara lelaki yang kini masih menahan tubuh Zila, menatap tajam ke arah Sila yang berlari. Perlahan tubuh Zila yang ditangkapnya dia lepaskan. Detak jantung Zila yang kencang dan tubuhnya yang sedikit bergetar masih dia rasakan, betapa shocknya gadis yang telah ia selamatkan. Rupanya Naga baru saja pulang tanpa menyalakan mesin mobil, sehingga derunya tidak terdengar oleh siapapun termasuk oleh Zila.
Zila berdiri membenarkan tubuhnya yang masih belum berdiri sempurna pasca di lepas begitu saja oleh Naga. Tubuhnya yang masih bergetar, kini terasa lemas. Zila benar-benar mengalami shock sehingga yang dia lakukan hanya berdiri dan memegangi tangga besi yang sempat goyang tadi akibat didorong Sila. Deru nafasnya turun naik bahkan sampai sedikit sesak.
Bi Rani yang mendengar teriakan Naga, muncul dan heran ada apa gerangan. Dia hanya melihat Zila sedang berpegangan pada tangga besi seperti orang yang sedang mengumpulkan tenaga.
"Bi Rani, bawa istri saya ke dapur dan beri dia minum. Sepertinya dia mengalami shock," ujar Naga seraya melihat Zila yang masih shock. Bi Rani tidak membantah, dia segera memapah Zila yang ternyata tubuhnya bergetar.
Bi Rani mendudukkan Zila di kursi makan dan segera mengambil air bening di dispenser lalu disodorkan pada Zila. Zila menerima gelas itu dibantu Bi Rani, sebab tangan Zila mengalami tremor. Dua teguk telah memenuhi kerongkongannya.
Zila masih merasakan lemas, tapi detak jantungnya mulai stabil. Deru nafasnya juga kini normal. Keringat dingin yang membasahi dahi dan bawah matanya kini sudah diseka Bi Rani. Bi Rani sebenarnya masih bingung, apa yang terjadi dengan Zila? Sebab saat kejadian tadi, dirinya sedang mencuci pakaian. Suara mesin cuci yang bising, tidak mampu menerima suara lain selain deru mesin cuci. Sementara Rana, saudara kembarnya pergi keluar untuk membeli buah-buahan ke pasar buah yang bukanya memang setiap sore hari.
Kini Zila sudah mulai bisa menguasai dirinya. Lemas di tubuhnya perlahan menghilang. Hanya rasa kaget yang masih ada sampai kini. Zila mengingat kembali kejadian tadi saat dirinya hampir jatuh ke lantai. Namun dengan cepat seseorang menolongnya. Dan rupanya itu Naga. Dalam hatinya mengucap syukur atas pertolongan Naga yang datang tepat waktu. Jika telat satu detik saja maka kemungkinan besar tubuh Zila sudah jatuh menimpa lantai.
"Terimakasih Kak Naga," ucapnya dalam hati, haru.
"Non, Non Zila, cepat sadar, Non," ujar Bi Rani sembari menggoyang tubuh Zila yang masih kaku. Padahal Zila baru sadar dan terkumpul tenaga beberapa persen.
"Mamaaaa!" Teriakan Naga yang memanggil Bu Hilsa terdengar sampai dapur. Zila tersentak begitupun Bi Rani. Beberapa detik kemudian Bu Hilsa datang dengan rasa terkejut yang dalam.
"Ada apa Naga, kenapa kamu berteriak? Mama sedang di ruang keluarga," ujarnya seraya menghampiri Naga yang kini berdiri dengan muka yang marah sembari menatap Sila yang bayangannya terlihat karena pantulan cahaya lampu.
"Mama, kenapa Mama biarkan orang asing ini datang dengan maksud mencelakai istriku? Apakah Mama tadi tidak melihat kejadian yang hampir saja merenggut nyawa Zila? Dia hampir terjatuh gara-gara tamu Mama ini sengaja menggoyang tangga besi yang dipijak Zila. Kalau saja aku telat, bisa jadi Zila jatuh dan rumah ini jadi saksi bisu atas pembunuhan berencana," tegas Naga marah. Bu Hilsa masih kaget dan belum paham apa yang sedang dibicarakan anaknya.
"Apa yang terjadi, Naga? Mama benar-benar tidak paham. Ada apa Sila, coba ceritakan pada tante hal yang sebenarnya?" Bu Hilsa kini beralih bertanya pada Sila dan menatap Sila meminta jawaban.
"Aku tidak tahu apa-apa Tante, aku hanya lewat dan jalan biasa saja, lalu terdengar jeritan keras. Rupanya istrinya Mas Naga yang menjerit karena akan jatuh dari tangga," sangkal Sila dengan wajah terlihat pias.
"Bohong, aku lihat sendiri dari pintu ruang tamu, kamu berjalan dari arah dapur, lalu setelah mendekati tangga besi yang dipijak istriku, tangan kirimu menyentuh salah satu kaki tangga dan menggoyangnya, sehingga tangga besi itu bergoyang lalu tubuh istriku hilang keseimbangan dan jatuh." Naga menegaskan membuat Sila ketar ketir tidak karuan.
"Benarkah Sila? Kenapa kamu lakukan itu, Sayang? Panggil istrimu biar aku mengintrogasinya," ujar Bu Hilsa memerintah pada Bi Rani untuk memanggil Zila sebagai korban.
Beberapa menit kemudian Bi Rani datang bersama Zila dari dapur. Zila memang nampak sedikit pucat.
"Zila, apakah kamu tadi melihat Sila yang sengaja menggoyang tangga besi yang kamu pijak sehingga kamu hampir jatuh?" tanya Bu Hilsa menatap tajam pada Zila.
"Bukan hampir jatuh, Ma. Akan tetapi Zila sudah oleng dan tubuhnya melorot, tapi aku keburu berhasil menangkap tubuhnya," ralat Naga menginterupsi ucapan Mamanya yang kesannya membela Zila. Mendengar semua itu Zila merasa senang dan hatinya berterimakasih kembali pada Naga atas pertolongannya.
"Zila, ayo, jawab pertanyaanku," sentak Bu Hilsa kembali ke Zila. Zila sejenak menghela nafasnya yang sejak tadi sudah mulai tenang.
"Zila tidak tahu Bu apa yang sebenarnya terjadi. Yang jelas saat Zila fokus membersihkan kaca paling atas itu, tiba-tiba tangga besi bergoyang. Dan saat itu Zila panik sehingga tubuh Zila oleng dan hilang keseimbangan lalu melorot ke bawah," jawab Zila jujur membayangkan kejadian tadi.
"Nah, seperti itu pengakuan istrimu Naga. Jadi, kamu jangan sembarangan menuduh. Sila datang ke sini hanya bersilaturahmi dan masih menganggap Mama sebagai orang tuanya, meskipun perjodohan itu kamu tolak. Percuma menolak perjodohan dengan Sila, jika yang kamu dapat hanya gadis kampung penjaja cinta. Jadi, jangan menuduh Sila sembarangan," tukas Bu Hilsa balik membela Sila dan menyelipkan hinaan untuk Zila.
Sejenak Zila merasakan kembali sakitnya di ulu hati. Hinaan demi hinaan itu sudah beberapa kali terlontar dari mulut Ibu mertuanya. Namun Zila hanya bisa memejamkan mata untuk menahan semua hinaan itu. Sila yang merasa dibela, tersenyum puas.
"Tapi, aku punya bukti CCTV Ma, perlakuan Sila terekam CCTV ini," tukas Naga sembari menunjukkan CCTV yang dipasang di atas pintu ruang tengah. Sila tersentak dan wajahnya pias kembali. Dia takut bukti CCTV itu kelihatan. Sila berharap kamera CCTV itu tidak mengarah padanya.
"Sila, ayolah. Benarkah kamu melakukan itu?" Akhirnya Bu Hilsa sedikit terpengaruh dan kini menatap Sila dan menanyainya. Sila diam dan terlihat takut.
"Maafkan Sila Tante, Sila tidak sengaja. Tadi hanya berjalan biasa saja, tapi setelah dekat dengan tangga besi, tiba-tiba tangan Sila tidak sengaja memegang besi dengan kuat, dan bukan sengaja menggoyangnya," ujar Sila masih menyangkal.
"Kamu boleh menyangkal, tapi bukti CCTV ini tidak. Jika kamu masih menyangkal, maka aku tidak segan melaporkan perbuatan kamu ke pihak berwajib," ancam Naga lantang. Sila semakin ketar-ketir ketakutan.
"Emhhhh, iya aku salah Tante. Aku akui tadi aku memang khilaf dan cemburu melihat istri barunya Mas Naga. Aku melakukan ini karena cemburu Mas. Aku cemburu, kenapa aku yang selalu perhatian sama kamu dan berniat dijodohkan dengan kamu, tapi kamu tolak mentah-mentah dan malah memilih dia perempuan kampung yang kata Mamamu penjaja cinta." Akhirnya Sila mengakui kesalahannya dengan alasan khilaf dan cemburu dengan lancar jaya dan diakhiri ungkapan hinaan pada Zila diakhir kalimat.
Zila semakin panas dan otaknya seakan mau pecah saat kembali mendengar dirinya dihina sebagai perempuan penjaja cinta.
Zila menunduk, ingin rasanya dia melawan saat itu juga, sebab naluri melawannya selalu saja besar. Namun kali ini dia harus bertahan dan belum saatnya Zila untuk melawan. Dia akan mengumpulkan tenaganya yang belum pulih pasca mendapat kecelakaan tadi yang hampir merenggut nyawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Noviyanti
ayo zila, kamu harus berani melawan mereka
2023-10-11
0
Sena judifa
dasar lampir
2023-10-08
0
@Kristin
jahat banget sila
2023-07-15
0