Naga keluar kamar menyusul kepergian Zila yang tadi dilihatnya menangis. Ada rasa sesal dalam dadanya telah membuatnya tersakiti. Sepertinya setiap sangkalan yang diberikan gadis itu selalu saja membuat gadis itu menggebu-gebu membela diri.
"Apakah benar Zila memang perempuan baik-baik? Aku harus menyelidikinya," pikirnya dalam hati seraya melangkah meninggalkan kamarnya.
Tiba di bawah, Naga sudah mendapati Zila mengeringkan lantai yang basah karena air pel tadi. Dilihatnya gadis itu hanya menunduk dan fokus pada kain pel yang ia dorong untuk mengeringkan lantai, tanpa sama sekali mendongak atau melihat Naga yang berjalan di sampingnya.
Naga keluar rumah dan segera menuju mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya. Agendanya kali ini adalah menuju Lembang dan kota kecil di kaki Gunung Putri. Dia akan menandatangani semua yang bersangkutan dengan tanah yang akan dibelinya dari tuan tanah yang sudah klop ingin menjual tanahnya pada Naga. Transaksi jual beli itu harus sudah dia selesaikan dalam minggu ini, supaya dia sudah menjadi pemilik sah tanah itu dari pemilik sebelumnya.
Untuk sementara Naga harus melupakan kejadian tidak terduga tadi pagi. Atas ciuman yang tidak sengaja dilakukannya bersama Zila dan tangisan Zila atas sangkalannya bahwa ciuman yang tidak sengaja dilakukan tadi merupakan ciuman pertama, bahkan Zila sampai bersumpah atas nama kedua orang tuanya yang sudah meninggal.
Naga tiba di villa dan mendapatkan sebuah laporan yang sedikit menggoyahkan pikirannya.
"Ada kabar yang sempat saya dengar dari salah satu tetangga pemilik tanah, Bos. Dia mengatakan bahwa tanah yang dimiliki Pak Haidar adalah sengketa. Namun saat dikonfirmasi langsung pada Pak Haidar, dia menyangkal. Bahkan dia menghadirkan Kepala Desa setempat untuk memberikan kesaksiannya bahwa tanah itu hak milik Pak Haidar." Hasya memberi laporan tanpa menunggu Naga bersantai-santai dulu, sebab baginya waktu adalah peluang dan uang yang tidak boleh disia-siakan nganggur begitu saja.
Naga sedikit tercengang dengan laporan Hasya. Namun Naga kembali tenang setelah mendengar bahwa Kepala Desa setempat ikut memberikan kesaksian bahwa tanah itu hak milik Pak Haidar dan bukan sengketa.
"Jika Kepala Desanya sudah memberikan keterangan bahwa tanah itu bukan sengketa dan hak milik Pak Haidar, aku percaya. Mana mungkin seorang Kepala Desa bisa diajak permainan mafia tanah. Aku rasa orang itu jujur, Sya," yakin Naga.
"Sejauh ini saya hanya bisa menyimpulkan, bahwa sepertinya Pak Haidar memang mendapatkan serangan atau sanksi sosial dari beberapa tetangga atau masyarakat yang iri melihat keberhasilannya dalam bertani cengkeh maupun palawija. Keluarganya juga merupakan salah satu keluarga terpandang di kampung ini. Jadi, bisa jadi mereka iri dan menyebarkan isu bahwa tanahnya sengketa," jelas Hasya meyakinkan Naga sehingga Naga tidak ragu lagi untuk menjatuhkan pilihannya membeli tanah milik Pak Haidar.
"Masuk akal, sepertinya mereka hanya iri karena melihat keberhasilan Pak Haidar dalam usaha bertaninya. Jadi, usahakan dalam minggu ini semua transaksi selesai, Sya. Aku mau mengistirahatkan dulu otak dari berbagai masalah. Jika sertifikat balik nama sudah beres, kamu segera laporkan padaku," tegas Naga sembari melepas sebatang rokok dari wadahnya.
"Siap, Bos, beres. Saya tahu, Bos Naga memang harus healing. Bulan madu misalnya bersama istri baru ke tempat yang jauh dari hingar bingar kota Bandung," usul Hasya yang mendadak membuat otak Naga kembali harus berputar dan berpikir keras lagi setelah tadi istirahat sejenak.
"Jangan gegabah memberi saran, kamu tahu sendiri latar belakang istri baruku. Jadi, aku tidak mungkin sembarangan menggaulinya."
Sejenak Hasya menertawakan Naga yang menurutnya sangat aneh.
"Jika Bos merasa bahwa Non Zila bukan perempuan baik-baik, kenapa sejak awal tidak Bos batalkan saja pernikahannya dengan dia? Atau sebelum pernikahan ini terlanjur lebih lama, alangkah baiknya Bos ceraikan saja dia. Biar dia merasakan sakitnya dicampakkan. Atau saran saya yang ketiga, cari tahu dulu tentang Non Zila pada orang-orang terdekatnya," usul Hasya membuat Naga sedikit mengerutkan keningnya. Dia seakan mendapatkan solusi untuk mencari tahu tentang Zila pada orang-orang terdekatnya.
"Untuk menghilangkan keraguanku, aku memang harus mencari tahu tentang Zila."
"Betul, Bos. Bos harus mencari tahu tentang Non Zila sebelum menyimpulkan lebih jauh," saran Hasya.
"Cari tahu kemana dulu kira-kira, Sya? Keluarga terdekat atau tetangga terdekat?"
"Kalau bertanya langsung pada keluarga terdekatnya, saya ragu justru keluarganya yang akan menutupi keburukannya. Kita cari tahu saja dari teman-teman kerjanya yang satu kafe, pasti salah satu dari mereka tahu." Naga setuju dengan usul Hasya barusan, dia akan mencari tahu informasi tentang Zila pada teman-teman dekatnya yang satu kerjaan. Misipun mulai dijalankan, Naga dan Hasya segera beranjak dari villa dan meninggalkan villa untuk mencari informasi yang akurat tentang Zila.
"Kita cari kafe milik Pamannya yang diduga remang-remang itu dulu, Sya," usul Naga mengarahkan mobilnya menuju kafe Kobar.
Naga berhenti di salah satu warung yang jaraknya cuma beberapa meter dari kafe Kobar. Namun sayang, kafe itu belum buka dan belum terlihat ada kehidupan. Naga terpaksa berteduh sejenak di warung itu sembari memperhatikan keadaan kafe dari warung. Sementara di warung itu sudah ada sepasang sejoli yang berteduh juga.
"Mas, mau minum apa?" Pemilik warung menawarkan minuman. Naga dan Hasya menggeleng.
"Kami numpang berteduh dulu, Bu, di sini. Sebenarnya, kami tadi berniat ke kafe Kobar yang di sebrang sana. Namun, rupanya masih tutup," ujar Hasya memberi keterangan.
"Ohhhhh, mau ke kafe Kobar. Bukanya nanti sore sekitar jam tiga," tukas pemilik warung. Hasya dan Naga menganggukkan kepalanya paham.
"Ohh, Mas-mas ini mau ke kafe Kobar?" timbrung salah satu perempuan muda yàng juga berteduh di warung tersebut. Naga mengangguk cepat.
"Iya, Mas, kafe itu bukanya sekitar jam tiga sore. Saya kenal juga dengan pemiliknya," lanjut perempuan muda itu. Naga senang dengan pengakuan perempuan muda itu, sebab dia bilang kenal dengan pemilik kafe, itu artinya dia pasti tahu seluk beluk dan latar belakang kafe Kobar.
"Nona ini apakah bekerja di kafe Kobar juga?" tanyanya menduga. Perempuan muda yang ditanya, nampak bingung mau memberi jawaban. Namun, akhirnya dia menjawab.
"Iya, saya pekerja di kafe Kobar. Tapi, sebetulnya saya sudah ingin berhenti dari kafe itu, soalnya kafe itu adalah kafe remang-remang yang sering kedatangan tamu-tamu yang suka jajan dan sekedar mencari kesenangan. Pemilik kafe juga kadang bersikap kasar pada pegawainya. Kecuali pada salah satu pegawai yang merupakan keponakannya sendiri. Dia selalu menganak emaskan keponakannya. Sedangkan pada kami sering bersikap tidak adil," jelasnya menggebu-gebu sembari berbicara sedikit dipelankan, tapi tidak mengurangi rasa penasaran Naga dan Hasya.
Terlihat Naga mengkerutkan keningnya dan penasaran dengan apa yang dikatakan perempuan muda itu sehingga Naga ingin terus mengorek keterangan darinya.
"Kalau begitu, Nona tahu segalanya tentang seluk beluk kafe Kobar termasuk para pelayannya?"
"Saya tahu banget, Mas," ujarnya meyakinkan.
"Lalu Mas-mas ini mau tanya tentang apa mengenai kafe Kobar? Tapi, sebelumnya Mas harus janji untuk tidak bilang pada siapa-siapa termasuk pada pemilik kafe bahwa saya membocorkan keadaan kafe Kobar pada orang lain," ujar perempuan muda itu memperingatkan. Hasya dan Naga mengangguk.
"Apakah Nona kenal dengan pelayan kafe yang bernama Zila Arzilla?" Mendengar sebuah pertanyaan dari lelaki dewasa yang mengungkit nama Zila, sontak perempuan muda itu sangat bersemangat.
"Apa yang mau Mas-mas tanyakan tentang si Zila Arzilla?"
"Apa saja yang Anda tahu tentang Zila, kami siap mendengarkan," ujarnya menyerahkan semua informasi tentang Zila pada perempuan di hadapannya.
"Zila merupakan keponakan kandung pemilik kafe yaitu Paman Kobar. Paman Kobar selalu membeda-bedakan antara pelayan satu dengan pelayan lain sehingga sering terjadi ketegangan antar pelayan. Di kafe itu karena Zila merupakan pelayan paling cantik, jadi banyak pengunjung pria tajir yang menyukainya, sehingga tidak jarang Zila sering diajak tidur ke hotel," terangnya bersemangat membongkar aib Zila dengan kejam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Noviyanti
astaga zilla di jelek2in 😡😡
2023-10-08
1
Sena judifa
salah orang unt ditanya nih naga
2023-10-07
1
Rina Juwita
lanjut
2023-07-16
1