Istri Liar Sang CEO
Sebuah kampung yang nyaman dengan udara yang masih terasa sejuk. Tepat di kaki Gunung Putri, kediaman rumah Kobar sang Paman, kedatangan tamu bermuka sangar. Tamu-tamu ini bukan datang untuk yang pertama kali, sudah berkali-kali dengan tujuan yang sama, menagih hutang yang ternyata sudah dibengkakkan menjadi 500juta dalam rentang setahun.
Hutang yang mulanya 10 juta, kini menjadi beratus kali lipat. Entah bagaimana perhitungannya? Sebenarnya sudah Kobar bayar di awal bulan tahun pertama dia meminjam uang. Akan tetapi, dengan alasan telat membayar sehari, hutang Kobar didenda dengan bunga yang besar. Bunga itu terus berjalan hingga sekarang.
Zila Arzila sang keponakan yang sudah tinggal dan dititipkan sejak usia dua tahun, 20 tahun yang lalu, kini ikut kena imbasnya. Terpaksa untuk membantu membayar hutangnya, Kobar mempekerjakan Zila di kafe remang-remang miliknya.
Kampung yang nyaman dengan udara yang sejuk itu, kini bagi Kobar dan Zila sudah tidak nyaman lagi sejak setahun yang lalu.
"Cepat bayar, kalau tidak dibayar hari ini, maka juragan Desta akan menaikan hutangmu menjadi 750 juta!" tegas Raga salah satu penagih hutang suruhan Juragan Desta dengan muka menyeringai kejam.
"Iya, cepatlah Kobar, kalau tidak, sebaiknya kau serahkan ponakanmu yang cantik itu untuk juragan kami supaya hutangmu lunas," timpal Ragi, si penagih yang satunya lagi dengan nada mengancam.
"Kalian itu jangan gegabah, aku tidak akan rela memberikan keponakanku pada juragan kalian yang serakah itu. Lagipula hutangku belum jatuh tempo, kenapa kalian ingin menaikan lagi hutangku?" sergah Kobar tidak senang.
"Jangan banyak bacot kau Kobar, kau bayar saja hutangmu itu! Kalau tidak, maka kami akan obrak-abrik usaha kafemu dan aku bawa keponakanmu menghadap juragan Desta," ancam Raga si penagih hutang, berang.
"Jangan mengancam terus kau Raga , Ragi, aku juga bisa melakukan hal yang sama dengan kalian, aku yang akan mengobrak-abrik usaha judi juraganmu yang meresahkan itu!" Kobar mengancam balik.
"Coba kalau berani, sebaliknya kau yang akan mati," ancam si Ragi sembari menggesekkan tangan di lehernya.
"Nih ambil! Kalian datang kemari di jam segini sengaja supaya hutangku jatuh tempo dan kalian akan bilang telat? Lalu dengan seenaknya juraganmu membengkakkan beratus kali lipat hutang itu? Kalian memang sangat culas dan serakah!" hardik Kobar seraya melempar uang itu ke tangan Raga si penagih hutang.
Setelah mereka mendapatkan uang itu, mereka pergi tanpa pamit dan kasar. Kobar yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan seperti itu hanya bisa mengelus dada.
Zila, sang keponakan yang sejak tadi bersembunyi di balik pintu kamar menghampiri dengan muka yang kusut. Jelas saja dia mendengar semua ucapan dua penagih hutang berwajah sangat tadi.
"Paman, aku bosan hidup kaya gini terus, dikejar-kejar rentenir gara-gara hutang Paman yang membludak. Kapan Zila merasakan senangnya hidup? Lama-lama Zila jadi perawan tua, gara-gara tinggal sama duda lapuk kayak Paman!" omel Zila di depan pamannya kesal. Kobar sebagai sang paman sudah tidak sakit hati lagi dengan omongan ceplas-ceplos keponakan yang manja dan bawelnya itu. Baginya itu sudah biasa.
Lelaki 47 tahun itu menatap sedih ke arah sang ponakan. Walaupun sering ceplas-ceplos, Kobar begitu menyayangi Zila seperti dia menyayangi anak kandung, meskipun Kobar belum pernah memiliki seorang anak satupun.
Zila sudah yatim piatu sejak kecil, usianya dua tahun kala itu. Ayah ibunya meninggal dunia akibat keracunan umbi gadung. Entah bagaimana kronologis kematian kedua orang tua Zila, yang jelas pada saat itu kedua orang tua Zila meninggal di depan umbi gadung yang baru diangkat dari kukusan.
Berita kematian kedua orang tua Zila karena keracunan umbi gadung, menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut dalam waktu yang sangat singkat. Akhirnya mau tidak mau, Kobar yang saat itu baru menikah satu tahun, dengan ikhlas merawat dan mengurus Zila dengan penuh kasih sayang. Zila di sekolahkan dan diawasi pergaulannya oleh Kobar.
Sebetulnya mendiang Ayah Zila memiliki harta yang lumayan saat itu, satu rumah mewah dan satu hektar kebun cengkeh. Namun karena ketamakan keluarga ayahnya Zila, tanah beserta rumah milik Haga, ayah Zila, jatuh ke tangan Haidar adik kandung Haga, begitu saja. Padahal kepemilikan tanah sudah sah dikantongi Haga dengan menunjukkan bukti sertifikat dari BPN.
Seminggu setelah meninggalnya kedua orang tua Zila kecil, Haidar tiba-tiba saja mengklaim bahwa tanah beserta rumah Haga adalah miliknya, dia menunjukkan sertifikat tanah yang sama dengan milik Haga. Kobar tidak habis pikir, kenapa bisa tanah milik iparnya diklaim menjadi milik orang lain, dan kenapa ada dua sertifikat yang sama dalam satu aset tanah dan bangunan itu? Dan milik Haga dinyatakan sertifikat palsu. Namun demikian Kobar meyakini punya Hagalah sertifikat yang asli. Sampai sekarang Kobar masih menyimpan sertifikat itu dengan rapi di dalam koper besi miliknya.
"Sudahlah Zi, bersabarlah. Sebaiknya siapkan dirimu untuk segera ke Kafe. Kita akan mencari lelaki kaya untuk kita jerat ke dalam sebuah pernikahan kemudian kita porotin uangnya untuk membayar hutang-hutang pada juragan Desta si rentenir tamak itu," hibur Kobar pada Zila sang keponakan.
Zila sebetulnya sudah muak dengan keadaannya. Ikut sang Paman sejak kecil bukannya hidupnya senang, melainkan harus ikut menanggung beban hutang sang Paman yang membludak pada rentenir. Terpaksa dia pontang-panting membantu mencari uang dengan bekerja di kafe remang-remang milik Kobar, dengan resiko dicap jelek oleh orang-orang bahwa Zila merupakan seorang penjaja cinta.
Nasi sudah jadi bubur, tudingan penjaja cinta sudah terlanjur melekat, akhirnya dengan terpaksa Zila menjalani pekerjaan ini demi hutang sang Paman dan demi balas budi karena sang Paman sudah membesarkannya sejak kecil. Dan Kobarpun harus menerima pil pahit. Karena mengurus Zila, Karlina istri yang baru genap setahun dinikahinya meminta cerai setalah dia tidak sanggup jika Kobar membagi kasih sayang dirinya dengan Zila sang keponakan.
"Ayo, Zi! Kafe malam ini akan kedatangan pria-pria kaya dari kota," ajak Kobar memberi semangat pada Zila yang hampir melehoy.
Zila dengan raut muka kesal memakai pakaian kerjanya. Rok pendek selutut dan atasan kemeja tanggung tangan pendek dan sedikit ketat selalu membalut tubuhnya.
Hari itupun Zila bekerja dengan hati yang dongkol. Orang-orang kaya dari kota yang dikatakan Kobar tadi, sungguh tidak mengundang selera untuk digoda atau dijeratnya menjadi suami. Walaupun Zila bermaksud menjerat seorang laki-laki untuk diajaknya menikah dan diporoti uangnya, tapi Zila tidak tertarik menjerat lelaki tua beruban dengan perut buncit.
Bagaimanapun juga Zila hanya mau menjerat lelaki dewasa yang usianya dibawah Kobar. Apa kata dunia jika dia menikah dengan lelaki tua, bisa-bisa dia disebut menikahi bapaknya? Gengsi jika harus mendengar cibiran sadis seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Noviyanti
udah di fav yang ini ya Lin, kasian banget hutang sama renterning bungga sampe bengkak seperti itu.
2023-09-30
1
Sena judifa
muara cinta kita hadir thor
2023-09-26
1
Peri_Atri
like dan fav sudah mendarat.. Salam kenal dari "Terjerat Cinta Pria Beristri"
2023-09-08
1