Bad Boy | Bab 16

Setelah Naomi pergi kerja, Brian juga bersiap untuk mencari pekerjaan. Dia berencana mencari kerja yang bisa dia lakukan di siang hari dan pulang sebelum malam. Setelahnya, Brian bisa mengambil beberapa orderan makanan.

Pemuda yang sangat menyebalkan di mata Naomi itu terpaksa harus bekerja lebih keras karena uang kuliah tidak murah. Apalagi, dia juga harus punya uang untuk tanggung jawabnya pada Naomi. Kata-kata sang istri tadi pagi sudah cukup membuatnya termotivasi untuk memberikan uang nafkah seperti seharusnya.

Namun, mencari pekerjaan seperti yang Brian mau tidaklah mudah. Rata-rata mereka mencari karyawan yang mau bekerja penuh dan bersedia bergantian shift dengan teman-temannya.

Lelah mencari pekerjaan, Brian menemui teman-temannya di markas geng motornya. Melihat Brian berpakaian rapi dengan membawa tas berisi map, mereka mulai menggoda temannya itu.

“Wah lo kayaknya beneran jadi gembel, Bry?” ejek teman Brian yang bernama Marcel.

Brian duduk di kursi empuk setelah mengusir Kevin dari tempatnya biasa duduk. “Gara-gara kejadian kemarin gue hidup mandiri. Nyari duit buat makan, bayar kuliah, juga buat ....”

Brian hampir saja menyebutkan nama Naomi, tapi seketika dia sadar dan kembali berkata, “Buat motor. Nggak mungkin minta bokap, gue udah diusir. Bahkan mungkin udah dicoret dari kartu keluarga!”

Teman-teman lakknat itu bukannya membantu malah justru tertawa keras mengejek Brian. Mereka yakin, kepergian Brian dari rumah tidak akan berlangsung lama karena pemuda itu anak tunggal yang tidak mungkin akan kuat hidup sengsara.

“Lo semua emang sialaan! Bantuin kasih kerjaan kek, apaan gitu!” omel Brian dengan wajah berkerut. Meski cemberut dan memasang wajah masam, Brian tetap menawan dan malah terlihat semakin tampan.

“Lo mau kerja di tempat teman gue nggak?” tanya Zack. Seorang anggota baru yang selama ini dicurigai Brian sebagai orang yang telah menghasut teman-temannya untuk merampok.

Brian menyipitkan mata. Teman-temannya mulai memprovokasi agar Brian menerima tawaran bagus itu.

“Kerja apaan?” tanya Brian merasa tidak yakin.

“Kerja di kedai ayam goreng. Lo bisa obrolin jam kerja kalau lo mau. Tapi, gajinya ya kecillah, palingan cukup buat ganti oli doang. Atau lo mau kerja yang lebih enak, lebih gampang dan gajinya gede. Nggak usah pusingin jam kerja, gimana?”

Brian mulai curiga dengan arah pembicaraan teman barunya itu. Dia belum ada dua bulan bergabung, tapi sudah mulai banyak yang terprovokasi.

“Kerja apaan tuh?” sahut Marcel yang juga penasaran dengan tawaran Zack.

“Jadi kurir narkoboy. Brian kan udah jadi kurir delivery food, kenapa nggak sekalian coba ini?”

“Lo bilang apa?” teriak Brian dengan rahang mengeras.

Brian bangun dan ingin menghajar Zack, tapi Marcel dan teman-teman yang lain berhasil menahannya. Walaupun dia anak jalanan yang begajulan, tapi Brian masih memahami aturan hukum. Senakal-nakalnya dia, Brian tidak ingin merugikan orang lain.

“Sorry, sorry, Bro! Gue cuma bercanda kok. Lo kerja di tempat temen gue aja. Gimana?”

“Becanda lo nggak lucu!” balas Brian.

“Santai, Bry. Santai! Zack cuma bercanda kok.”

Karena amarah dan rasa kesal yang tertahan, Brian akhirnya meninggalkan teman-temannya. Dia kesal karena ketua mereka menerima orang seperti Zack yang bertentangan dirinya dan teman-temannya dulu.

Selama ini, mereka tidak pernah bermasalah dengan hukum terkecuali balapan. Sejak Zack masuk ke geng motor mereka, Brian merasa teman-temannya sudah terpengaruh dan pelan-pelan mulai melakukan tindakan kriminal.

**

Sementara itu, di tempat kerjanya, Naomi sedang berhadapan dengan atasannya yang tak lain adalah papanya Brian. Karena lagi-lagi ketahuan ngobrol, Naomi harus diinterogasi oleh bosnya itu.

“Jadi, kamu lulusan terbaik yang direkomendasikan kampus untuk kerja di perusahaan saya?” tanya Pak Jefri dengan penuh wibawa.

Naomi yang berdiri di hadapan atasannya pun hanya mengangguk dan menjawab dengan jujur.

“Umur kamu baru dua puluh tiga, belum menikah,” sambung Pak Jefri sembari membaca daftar riwayat hidup milik pegawainya itu.

“Iya, Pak!”

Pak Jefri lalu menutup dokumen Naomi dan kembali menatap pegawainya yang cantik, dan sebenarnya adalah menantunya sendiri. Sayangnya, karena laki-laki itu tidak lagi mengekang Brian dan membebaskannya, dia jadi tidak tahu fakta sebenarnya.

“Tinggal sama orang tua? Atau anak perantauan?”

“Sa-saya ... saya tinggal sama adik laki-laki saya, Pak!” jawab Naomi.

Dia terpaksa mengakui Brian sebagai adik karena aturan perusahaan yang tidak mengizinkannya berkeluarga selama dua tahun pertama bekerja. Daripada dipecat karena Brian, lebih baik dia berbohong sekarang.

“Oh, sama adik ya! Oke, lebih rajin bekerja. Jangan banyak omong dan sebagai hukuman, buatkan saya kopi!”

***

Tanyain Nom, pakai gula apa gak, kan bapak sudah manis, takut diabet🙃🙃🙃

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***