Bad Boy | Bab 14

Sejak Brian pergi dari rumah, Papa Jefri memberikan kebebasan untuk Brian. Dia hanya akan mengawasi kuliah putranya itu yang saat ini masih libur semester.

Karena sudah tidak mengawasi kegiatan sang putra, Papa Jefri tidak mengetahui kabar pernikahan putranya itu. Yang dia tahu, Brian tinggal sementara di tempat Iyan yang tentu dia kenal. Karena itulah, ayah Brian itu merasa sedikit tenang karena percaya Iyan akan membantu Brian mandiri.

Saat lampu merah berganti hijau, saat itu juga Brian dan Naomi pergi ke tempat lain untuk mencari makanan. Papa Brian melihat gadis yang dibonceng putranya itu tampak aneh.

“Sepertinya Mas Brian lagi berantem, Pak!” kata sang sopir saat motor Brian mendahului mobil mereka.

Papa Jefri tertawa kecil. “Sepertinya benar. Lihat saja duduknya nggak mesra sama sekali. Mungkin pacarnya sudah tahu Brian hidup sederhana, makanya begitu sikapnya. Semoga saja mereka putus. Saya tidak suka Brian pacaran sama Rebecca itu.”

Sementara itu, Brian dan Naomi akhirnya sampai di sebuah warung pinggir jalan yang menjual bebek goreng. Saat Naomi turun dari motor, saat itu juga mobil papa Brian meninggalkan mereka.

Naomi melepaskan helm dan memasang wajah cemberut. “Naik motor bagus, motor mahal. Tapi malah bikin sakit badan!”

Brian ingin tertawa, tapi seketika ditahan karena tahu istri dadakannya itu sedang sewot. Dengan cepat dia memesan makanan dan membiarkan Naomi mengomel sampai puas.

Cukup lama Brian memesan makanannya karena menunggu beberapa orang yang sedang membayar. Saat menghampiri Naomi, wanita itu sedang didekati dua orang laki-laki.

“Ayolah, bagi nomornya, Cantik! Jangan sombong-sombong dong!” ucap salah satu dari laki-laki itu pada Naomi.

“Maaf ya! Itu privasi. Saya nggak mau kenalan sama siapa-siapa!” jawab Naomi dengan sikap waspada.

Melihat Naomi dalam bahaya, Brian bergegas menghampiri mereka. “Wah, wah! Keroyokan nih! Ikut dong!” kata Brian.

Naomi melihat suaminya datang dan hatinya mulai merasa sedikit tenang. Setidaknya, ada yang bisa dia andalkan yang bisa melindungi dirinya.

Dua laki-laki itu memandangi Brian, tapi Brian mendekati Naomi yang masih berdebar-debar menanti apa yang terjadi.

“Siapa kamu?”

Dari wajah kedua laki-laki itu, juga motor yang mereka pakai, Brian bisa menebak kalau keduanya juga anak geng motor. Hanya saja dia tidak tahu dari geng mana.

“Mbak, kamu nggak apa-apa? Nggak usah takut, kalau cuma hajar mereka aja, aku bisa mengalahkannya kok!”

“Kamu yakin?” tanya Naomi yang malah tampak ragu.

“Yakin banget. Lagian, kalau mereka berani macam-macam sama aku. Geng Kobra Putih nggak akan diam aja, Mbak!” jawab Brian sembari menatap kedua laki-laki itu dengan tampang garang.

Mendengar nama salah satu geng motor yang sangat ditakuti di kota ini, kedua laki-laki itu lalu memperhatikan jaket yang dipakai Brian. Simbol yang familier membuat keduanya mundur secara teratur dan pamit kabur dengan baik-baik.

Setelah kepergian dua laki-laki yang mengganggunya itu, Naomi jadi semakin curiga dengan identitas asli Brian.

“Sebenarnya kamu siapa sih?” tanya Naomi.

Belum sempat Brian menjawab, ponsel wanita itu berdering menandakan sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya. Melihat ada kesempatan, Brian melarikan diri dengan alasan mengambil makanan yang mungkin sudah selesai digoreng.

“Ya, Pak!”

“Naomi, besok kamu datang pagi-pagi ya! Kamu dan Diva akan diperbantukan ke kantor pusat selama beberapa waktu! Nanti akan diantar sopir ke kantor pusat! Ini kesempatan kamu untuk dapat bonus!”

Sepertinya, keberuntungan sedang berpihak pada Naomi. Wanita itu sejak dulu ingin bekerja di kantor pusat, tapi kesempatan datang dari kantor cabang. Sekarang, dia akan bisa merasakan di kantor pusat yang pernah menjadi impiannya. Tentu saja dia tidak akan menolak.

**

**

Setelah makan, Brian menerima orderan drive-food yang baru dinyalakannya. Pemuda itu tentu sangat antusias menyambut rejeki yang datang meski di malam yang gelap seperti saat ini.

Lagi-lagi Naomi tidur sendiri. Meski ini malam kedua setelah resmi menikah, wanita itu masih belum merasakan indahnya berbagi selimut dengan suami tercinta. Meski begitu, dia sama sekali tidak bersedih.

Brian menerima cukup banyak pesanan bahkan sampai hampir tengah malam. Sampai akhirnya, dia pulang dengan bahagia karena menerima cukup banyak tips dari peelanggan drive-food yang menggunakan jasanya.

Saat sampai di rumah, Naomi sudah tertidur lelap. Wanita itu tampak lelah dan Brian tak ingin mengganggunya.

“Lucu juga dia kalau tidur!” kata Brian sebelum melepas pakaian miliknya.

***

Emang orang tidur bisa ngelawak ya dek Bri 🙃🙃🙃

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***