Sebening Dukamu
"Assalamu'alaikum, Ra malam ini temani aku ke Cafe xx, yuk! Ada undangan pesta ulang tahun sahabat ku. Kamu jadi partner ku, ya?" pinta Viola setengah memelas pada Tiara Chandani Putri melalui sambungan telfon.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi ... Insya Allah, Vi. Aku sekarang sedang mengurusi Toko Chandani Herbal yang baru aku rintis tiga bulan terakhir ini. Alhamdulillah ... sudah terlihat ramai dan berkembang pesat," ucap Tiara dengan penuh sukacita, sehingga membuat Viola merasa risih dan tidak senang mendengar keberhasilan Tiara.
"Awas saja, kau Tiara Chandani! Aku pastikan kebahagiaan dan kesuksesanmu tidak akan bertahan lama," bathin Viola Arzeta dengan seringai jahatnya.
"Kenapa, diam Vi? insya Allah aku akan datang memenuhi permintaan mu, nanti malam kamu jemput aku kemari, ya?" ucap Tiara berusaha menyenangkan Viola. Sesibuk apapun dirinya, ia tidak ingin mengecewakan sahabat karibnya.
"Oke Ra, pukul 19.00 wib aku jemput kamu! acaranya sekitar jam setengah delapan malam ba'da Isya," ucap Viola antusias. Ia sudah tidak sabaran ingin melancarkan aksinya untuk menjatuhkan reputasi Tiara yang selama ini terkenal baik nan sholiha.
"Baiklah, Vi. Tunggu sebentar, ya! toko sedang ramai." Tiara nampak gesit melayani para customer Chandani Herbal miliknya.
Tiara sengaja tidak mematikan telfonnya, sebab ia tidak ingin mengecewakan Viola sahabatnya. Viola pun berusaha sabar menunggu Tiara yang sedang fokus melayani customernya. Sampai akhirnya Tiara pun selesai melayani semua customer yang membelikan berbagai macam obat-obat herbal di tokonya. Ia pun berniat mengambil ponselnya yang ia letakkan diatas meja kasirnya, ia ingin segera bercengkrama dengan Viola sahabatnya.
Di sana, dikediamannya Viola nampak santai ngemil rujak buah sambil menjulurkan kakinya di atas meja, ia pun nampak fokus menonton tayangan televisi favoritnya.
"Lama betul si Tiara, emang ia Ratu yang harus ku tunggu-tunggu!" umpat Viola dengan terus memasukkan aneka macam rujak buah ke mulutnya.
Viola meloudspeker ponselnya, agar sewaktu-waktu Tiara bicara ia bisa mendengarkan suaranya.
"Hallo, Vi. Maaf, tadi toko benar-benar sedang ramai. Aku janji malam ini akan menemani mu!" ucap Tiara dengan mode serius.
"Baiklah, kau tunggu saja! aku pasti menjemputmu!" sarkas Viola dengan seringai liciknya.
Di tengah perbincangan kedua sahabat itu, hadirlah seorang pemuda yang hendak menuju ke toko Chandani Herbal milik Tiara Chandani Putri.
"Assalamu'alaikum, calon bidadariku!" ucap pemuda tampan nan mempesona itu sembari mengucapkan kata-kata manis pada Tiara sang belahan jiwanya.
"Wa'alaikumsalam, Mas Bram." Tiara nampak kaget dengan kehadiran calon imamnya, Brama Adyaksa Kyswara.
"Tumben datang kemari tidak memberi kabar, Mas!" ucap Tiara dengan senyuman khasnya.
"Kejutan untuk calon istri," ucap Brama Adyaksa Kyswara. Membuat Viola yang masih berada di seberang telfon merasa kepanasan mendengar percakapan Brama dan Tiara.
"Dasar wanita murahan, sok kecantikan!" bathin Viola geram. Ia merasa iri dengki dengan kebahagiaan dan kesuksesan Tiara yang bisa menggaet hati seorang Dokter tampan dan sekeren Brama Adyaksa Kyswara.
Viola pun mematikan ponselnya secara sepihak, ia terus menggerutu dan mengumpat Tiara.
"Hallo ... hallo, ya dimatikan!" ucap Tiara sembari mengelus dadanya.
"Kenapa, Ra? lagi telfonan dengan siapa?" tanya Brama sambil mengerutkan keningnya.
"Sama Viola sahabat ku, Mas. Nanti malam, ia mengajak ku menghadiri acara ulang tahun temannya." Tiara memberikan penjelasan yang akurat pada Brama calon suaminya.
"Oh iya, hati-hati! setelah acara jangan lupa kabari Mas. Mas nanti malam ada jadwal operasi pasien, jadi tidak bisa menemani mu."
"Tidak apa-apa, Mas. Insya Allah aku aman bersama Viola, Mas." Tiara Chandani Putri tampak meyakinkan calon suaminya Brama Adyaksa Kyswara akan keamanan dirinya. Brama pun tidak keberatan dengan itu semua, meskipun sebenarnya dirinya tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan party apalagi harus kumpul di klub malam atau cafe.
Akan tetapi, Brama tidak ingin terlalu mengekang calon istrinya. Ia sengaja memberikan kebebasan pada Tiara dengan syarat bisa menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik, pergaulan bebas dan yang semisalnya.
"Baiklah, Mas percaya pada mu Tiara. Mas yakin dirimu bisa menjaga diri," ucap Brama penuh keyakinan.
"Insya Allah Mas, Tiara yakin Allah maha menjaga." Tiara tersenyum dengan penuh keyakinan diri bahwa ia akan baik-baik saja.
Brama pun ikut menerbitkan senyuman termanisnya, entah kenapa hatinya begitu teduh jika terus berada di dekat calon istrinya.
"Oh ya, Mas sendiri kenapa pagi-pagi sudah berkunjung kemari? Tiara khawatir nanti bisa menimbulkan fitnah di antara kita. Pernikahan kita kan tinggal dua bulan lagi," pungkas Tiara dengan mencatat semua produk herbal yang terjual pagi ini.
"Aku mau pesan madu pahitnya satu botol, Dek!" ucap Brama dengan memperhatikan wajah calon istrinya yang baru satu bulan ini dikenalnya.
Kedua orang tua mereka telah menjodohkan mereka untuk menjadi sepasang suami istri. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Tiara pun menerima lamaran Brama Adyaksa Kyswara untuk menjadi calon imamnya. Begitu pula sebaliknya Brama pun tertarik dengan pesona dan kecantikan Tiara Chandani Putri yang sangat luar biasa. Membuatnya ingin cepat-cepat menikah dengan Tiara agar tidak di ambil orang lain.
"Lho, kok Mas Brama pesan obat herbal juga? Bukankah biasanya seorang dokter sangat bertentangan dengan obat-obat herbal, mereka lebih fokus dengan obat-obat kimia Farma, dibandingkan dengan obat-obatan herbal." Tiara melakukan aksi protes pada calon suaminya tersebut.
"Meskipun Mas seorang dokter, Mas sudah mempelajari jika obat-obat herbal itu sangat baik untuk kesehatan tubuh, Dek. Digunakan secara terus menerus pun boleh untuk menjaga imunitas tubuh kita, lain halnya dengan obat dokter, tidak boleh digunakan secara terus-menerus kecuali pada saat sakit saja. Jika digunakan terus-menerus dapat memicu kerusakan fungsi hati dan ginjal!" ucap dokter Brama Adyaksa Kyswara dengan menatap lekat wajah calon istrinya yang sangat dirindukan olehnya.
Walaupun perkenalan mereka berdua hanya lewat prosesi ta'aruf melalui kedua orang tua mereka, hal itu sudah cukup membuat dokter Brama tertarik pada sosok Tiara Chandani Putri. Rencana pernikahan mereka yang masih tinggal dua bulan lagi sudah di aturkan oleh Brama dan keluarga dengan sesempurna mungkin melalui Wedding Organizer ternama. Jadi, Tiara cukup duduk manis, menantikan hari bahagia mereka.
Tiara nampak kagum pada sosok Brama Adyaksa Kyswara, dirinya merasa beruntung di persunting oleh dokter muda yang baru berusia 27 tahun tersebut, selain tampan dokter Brama pun adalah sosok pemuda yang Sholih yang sangat digandrungi oleh para kaum hawa. Tiara menjadi salah satu wanita yang istimewa di hati Brama, sebab keanggunan dan kesholihan Tiara mampu menyentuh hati seorang dokter Brama yang terkenal dengan kesantunan dan kesholihannya.
"Mas, Tiara kagum dengan Mas Bram. Jujur Tiara tidak pernah menyangka bisa mengenal Mas Bram. Mas Bram sangat menguasai segala bidang, keren lho Mas seorang dokter bisa menguasai ilmu pengobatan herbal At Thibbun Nabawi juga!" terang Tiara dengan di penuhi rasa kagum pada calon suaminya.
"Alhamdulillah, atas izin Allah Mas bisa mempelajari hal tersebut secara perlahan, Dek! insya Allah, nantinya kita akan saling melengkapi satu sama lain. Mas mempelajari praktek ilmu kedokteran. Tiara menguasai pengobatan ilmu herbal. Jika ada pasien kita yang sedang operasi nanti Mas perkenalkan tentang resep herbal juga!" ucap Brama sambil melirik sekilas wajah calon istrinya yang sangat didambakan olehnya.
"Maa syaa Allah!" ungkapan rasa kagum pun tersemat di hati Tiara terhadap calon suaminya.
"Mas berangkat kerja dulu, ya? sebentar lagi jadwal operasinya di mulai." Brama melirik jam tangannya. Ia pun menyerahkan dua lembar uang kertas merah untuk Tiara calon istrinya.
"Ini kelebihan, Mas! madu pahitnya hanya sembilan puluh ribu rupiah saja, ini lebih seratus sepuluh ribu, Mas!" ucap Tiara hendak menyerahkan kembali uang senilai seratus sepuluh ribu yang ada di tangannya.
"Kembaliannya untuk mu saja, Dek! anggap saja itu tips dari calon suami, jangan lupa belikan makan siang untuk mu agar tetap semangat beraktivitas, tetap jaga kesehatan agar terus bugar sepanjang hari!"
Brama Adiyaksa Kyswara menampakkan senyuman termanisnya yang menghiasi wajah tampannya. Brama pun mengucapkan salam penuh keberkahan, sebelum dirinya berangkat ke RSUD xx. Setidaknya, ia mempunyai semangat untuk menjalani aktifitas kerjanya hari ini setelah menatap wajah calon istrinya yang begitu sangat dikaguminya.
"Maa syaa Allah, Mas Bram. Ia sangat luar biasa!" batin Tiara dengan tersenyum bahagia, dirinya merasa sangat beruntung bisa memiliki calon suami seperti Brama Adyaksa Kyswara.
Tiara tidak menyadari jika sahabatnya Viola Arzeta melihat interaksi antara dirinya dan Brama di balik kaca mobil dengan menatap sinis ke arahnya.
Viola yang semula masih berada di dalam rumahnya, setelah mematikan sambungan telfonnya dengan Tiara pun segera menyambar kunci mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, hanya dalam waktu 5 menit saja ia pun sampai di Toko Chandani Herbal yang tak jauh dari kediaman rumahnya.
"Awas saja kau Tiara, hari ini adalah hari terakhir kebahagiaan mu! malam nanti ku pastikan dunia mu akan runtuh. Aku akan merebut Mas Bram dari tangan mu, setelah aku dapat menghancurkan masa depan mu malam ini!" batin Viola dengan rencana buruknya yang kini bermain-main di akal bulusnya. Ia pun mengenakan kacamata hitamnya dan segera meninggalkan Toko Chandani Herbal dengan seringai jahatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Defan_12
viola, ente bener- bener ye, musuh dalam selimut /Facepalm/ wkwkwkwk
2023-11-26
1
YuWie
sahabat kok mslah jadi musuh dalam selimut
2023-11-15
1
Hawa zaza
Hay kak, aku mampir nih. jika berkenan mampir juga di karya aku ya Tentang Luka Istri Kedua 🥰
2023-08-29
1