Surat Wasiat Kakek Robert

Surat Wasiat Kakek Robert

Chapter 01

Seratus lima puluh miliar bukanlah sesuatu yang pantas untuk dianggap remeh, uang dengan jumlah segitu bukan jumlah uang yang sedikit. Tak ada seorang pun dalam perpustakaan Kakek Robert yang luas dan megah itu berani memegang uang dengan jumlah yang cukup besar. Kecuali Rachel.

Setelah mengusap matanya dengan tisu, ia kembali duduk, berharap air liur yang telah ditelannya akan segera melegakan pernapasannya. Ia berharap tidak terkena flu saat ini. Lebih jauh lagi, ia berharap kali kini ia berada di tempat lain di dunia ini.

Saat ini di sekelilingnya terdapat lusinan buku yang sudah ia baca, dan ratusan buku lagi yang tak pernah terpikir untuk ia baca, meskipun ia biasa menghabiskan berjam-jam waktunya di perpustakaan.

Bau buku-buku zaman dulu yang bercampur debu banyak terdapat di rak perpustakaan itu. Rachel tak memilih buku-buku itu, bahkan menyentuhnya pun saja tidak, di sana juga banyak rangkaian lilin yang aromanya menusuk kedua hidung. Dan juga banyak bunga yang mengisi tiga buah vas pendek dan besar.

Di salah satu pojok ruangan itu terletak satu set perlengkapan bermain catur yang terbuat dari bahan MDF (Medium Density Fiberboard) yang sangat halus permukaannya dan ikatan-ikatan antara materialnya sangat kuat sehingga MDF ini sangat awet, dari dulu sampai sekarang papan catur itu masih sangat bagus dan berfungsi dengan baik, Kakek Robert juga menyimpannya dengan sangat baik.

Di tempat itu ia kalah dalam banyak pertandingan besar penuh perselisihan. Kakek Robert yang memiliki wajah bulat dengan ekspresi tak bersalah dan jarinya yang gemuk serta pendek adalah pemain curang yang paling jago dan suka memaksa. Rachel tak pernah bisa begitu saja menerima kekalahan. Mungkin karena itulah Kakeknya begitu senang mengalahkannya, dengan cara jujur maupun curang.

Sinar matahari yang suram dan menjemukan menerobos melewati tiga jendela melengkung. Cocok sekali dengan suasana hatinya pada acara itu, Rachel membatin.

Rachel menyayangi Kakek Robert dengan caranya sendiri yang teramat luas, tak terbatas dan sangat tulus, ia mengakui dan menerima segala keanehan pria itu. Kakek Robert mungkin memang telah berumur Delapan puluh lima tahun, tapi ia tak pernah menjengkelkan maupun cerewet.

Sebulan sebelum kematian Kakek Robert, mereka berdua sempat pergi memancing dan mereka melanggar, menerobos masuk ke danau tersebut, sebetulnya danau itu di miliki dan di budidayakan oleh tetangga Kakek Robert. Mereka berdua menangkap ikan lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh mereka, lalu mereka mengembalikan setengah lusin ikan yang sudah di dapatkan ke pemiliknya dalam keadaan sudah dibersihkan dan dibekukan.

Rachel akan merindukan Kakek Robert dengan wajah bulat tembamnya, suara tinggi penuh melodi beserta humor liciknya. Lewat fotonya yang berbingkai mewah yang digantung setinggi tiga meter di dinding, pria itu menatap Rachel dengan senyum menyeringai sama seperti yang dilayangkannya waktu itu, sehabis Kakek Robert mendapatkan uang senilai seratus lima puluh miliar ataupun dengan menyuguhkan gelas yang cacat pada seorang wakil gubernur yang tak pernah Rachel duga sebelumnya, bahwa Kakeknya akan menyuguhkan gelas cacat kepada wakil gubernur itu.

Sekarang Rachel merindukannya. Tak ada orang lain di keluarganya yang lucu dan aneh seperti Kakeknya, dan cuman Kakek Robert yang bisa memahami dan menerima Rachel apa adanya. Itu satu alasan lagi mengapa Rachel sangat menyayangi Kakek Robert.

Suasana hati Rachel tak karuan karena duka yang ia rasakan, ditambah lagi kepalanya pusing karena mendengarkan Zephaniah yang terus-menerus berbicara mengenai kendala-kendala teknis pada surat wasiat Kakek Robert.

Diara Tito memang bukan orang yang praktis dalam melakukan sesuatu ia selalu mengatakan bahwa jika kau akan melakukan sesuatu, lakukanlah sampai tenagamu habis. Dia tidak pandai dalam berbicara hanya saja sok oke dalam berbicara.

Rachel tak perlu merasa repot-repot menyembunyikan ketidak tertarikannya pada acara itu, lalu Rachel melakukan “pengamatan menyeluruh” terhadap hadirin lain di perpustakaan tersebut. Rachel berfikir bahwa Kakeknya saat ini sedang menertawakan para penduka karena hal ini akan menjadi lelucon baginya. Karena banyak saudara-saudara yang berdatangan untuk membahas surat wasiat Kakek Robert untuk mendapatkan warisannya.

Saat ini hadir putra dari Kakek Robert, Paman Diara Yosef, beserta istrinya. Siapa namanya? Nina, Manda? Ah, masa bodoh, apakah itu penting? Rachel melihat mereka duduk bersandar dengan tegang dan memasang sikap waswas, berbalut pakaian hitam-hitam yang tampak serasi. Mereka membuat Rachel membayangkan burung-burung gagak di atas kabel telepon yang tengah menunggu sesuatu terjatuh di bawah kaki mereka.

Sepupu Bianca Cornelia yang sangat manis, cantik, dan tak berbahaya, namun terlihat sedikit agak songong. Bulan ini rambutnya berwarna pink ala-ala Rose black pink.

Sepupu Yagil yang baik hati mengenakan setelan hitam Brooks Brother-nya. Ia duduk bersandar, sebelah kaki disilangkan di atas kaki yang lain seolah-olah sedang menonton pertandingan bola. Ia datang bersama istrinya yang kalau tidak salah namanya Laura? yang raut wajahnya rapi dan penuh hormat. Menurut sepengetahuan Rachel, wanita itu tak akan mengutarakan sepatah kata pun kecuali mengulangi ucapan Yagil. Kakek Robert menyebutnya juga sebagai orang bodoh, menjengkelkan, serta konyol. Dan Rachel sependapat dengan kakek Robert.

Di sini juga ada Paman Walt yang bertubuh gempal dan terlihat tampak sukses, ia mengisap sebatang rokok di tangannya meskipun jelas-jelas saudara perempuannya, Paulin mengibas-ngibaskan saputangan putih kecil di depan hidung. Mungkin karena itulah Paman Walt melakukannya, ralat Rachel. Paman Walt paling suka membuat saudaranya yang kurang merasa nyaman di dekatnya.

Sepupu David kelihatan macho dan berotot, tapi tak sehebat istrinya yang tangguh dan atletis, yang bernama Mega. Mereka berdua berjalan kaki di sepanjang jalanan Labuan Bajo saat bulan madu mereka. Kakek Robert bertanya-tanya apakah kedua suami-istri itu melakukan peregangan ataupun melatih otot terlebih dahulu sebelum bercinta.

Pemikiran itu membuat Rachel terkekeh. Diredamnya tawanya itu setengah hati, tepat sebelum pandangannya melayang ke sepupu Jenson. Rasanya agak bodoh kalau kau tidak membicarakan soal hubungan darah. Ibu Jenson adalah cucu keponakan Kakek Robert. Hubungan yang rumit bukan? pikir Rachel. Tapi Jenson pun memang seorang pria yang sangat rumit.

Rachel dan Jenson tak pernah akur, meskipun gadis itu tahu bahwa Kakek Robert sangat menyukai Jenson. Menurut Rachel, setiap orang yang menyambung hidup dengan cara menulis naskah serial televisi konyol yang membuat orang terpaku pada sebuah satu kotak saja, dan bukan melakukan sesuatu yang berguna, layak disebut parasit materialistis. Ia merasakan sedikit kepuasan saat mengingat ia mengatakan hal itu pada Jenson.

Terpopuler

Comments

Adi Putra

Adi Putra

lanjut

2023-06-14

2

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Kakek Robert meninggalkan warisan yang banyak... seratus lima puluh miliar, wow fantastis.

2023-06-13

3

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Baru mampir di sini ka Irma 😊

2023-06-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!