Satu bulan kemudian sejak kedatangan tetangga baru itu, hubungan mereka seperti hubungan tetangga lainnya, sesekali bertemu dan saling bertegur sapa satu sama lainnya. Sedangkan Jingga dan Senja hampir setiap hari mengunjungi rumah Adinda seolah seperti rumah kedua baginya.
Aliya yang kebiasaannya setelah menikah sekitar kurang lebih tujuh tahun lalu, kesehariannya lebih sering memakai daster dalam beraktifitas.
Bukan tanpa alasan, katanya memakai daster itu lebih simpel, praktis dan harganya lebih murah, ekonomis dan terjangkau pastinya dibandingkan dengan pakaian rumahan lainnya. Aliya itu berjalan ke arah pintu rumahnya dengan kepanasan, karena cuaca yang cukup panas siang hari itu.
Pintu rumah yang terbuka dari dalam berderit, muncullah seorang ibu-ibu muda berjalan ke arah keluar rumahnya sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas plastik mainan anak sulungnya itu. Siapa lagi kalau bukan Aliya wanita muda yang sudah memiliki anak tapi, masih muda diusianya itu.
"Ya Allah siang hari ini panas banget yah, padahal biasanya tidak seperti ini, apa jangan-jangan akan turun hujan lebat seperti biasanya,"gumamnya Aliya dengan tangannya masih setia mengipas wajahnya yang nampak peluh keringat bercucuran membasahi wajahnya itu.
Aliya Azizah Khumairah namanya, Ibu dua orang anak yang baru berusia 28 tahun itu dengan memiliki dua orang putri, sedang mondar mandir di depan rumahnya sambil sesekali mengamati keadaan langit siang hari itu yang begitu teriknya.
"Senja dan Jingga kok belum balik juga dari les mengajinya biasanya jam segini sudah balik padahal sudah hampir jam tiga sore," gumam Aliya.
Aliya seorang Ibu muda yang masih cantik dan ayu hanya saja beberapa bulan belakangan ini tidak pernah melakukan perawatan karena mengingat kondisi ekonomi suaminya itu.
Mereka lahir hanya berbeda kurang lebih setengah jam saja, mereka begitu mirip sehingga terkadang ada yang kesulitan untuk membedakannya, sehingga Aliya sebagai ibunya membedakannya dari pakaian dan karakter keduanya.
Karena bentuk tubuhnya dan juga wajahnya yang begitu mirip. Memang mereka terlahir kembar. Baru sepersekian detik, Aliya mendaratkan bokongnya ke atas kursi plastik yang ada di depan teras rumahnya itu, suara pagar rumahnya berderit. Ia menyunggingkan senyumnya melihat kedua putrinya sudah kembali dari masjid.
Aliya tersenyum simpul melihat kedatangan kedua putri kembarnya itu dan segera bangkit dari duduknya itu dan berjalan tergesa-gesa menyambut kedatangan kedua anaknya. Aliya merentangkan kedua tangannya seperti biasa yang dilakukannya jika kedua anaknya pulang.
"Alhamdulillah anakku sudah pulang,"lirih Aliya.
Dia pun berjalan ke arah depan pagar rumahnya untuk menyambut kedatangan kedua anaknya. Kedua anaknya yang menyadari kedatangan ibunya segera berlari berhamburan memeluk tubuh ibunya itu.
"Mama!" Teriak keduanya.
Senja dan Jingga saling berkejaran dan berlomba siapa yang lebih duluan sampai untuk memeluk mamanya itu. Mereka sangat gembira karena sebenarnya baru saja kembali lagi dari makan di restoran, tapi kali ini mereka harus diam tidak boleh mengatakan kepada siapapun terutama kepada Aliya ibunya. Mereka tidak pernah ataupun terbiasa berbohong, tapi sudah telanjur berjanji dengan Adinda sehingga mereka harus tutup mulut.
"Kakak Jingga ayo kita lomba lari siapa yang jago lari, kalau kakak Andien yang menang aku beliin permen, kalau aku yang menang kak yang belikan aku permen, gimana setuju?" Pekiknya Senja yang mempercepat larinya.
Jingga hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan persyaratan dari adiknya itu. Mereka pun sudah berlari menuju Aliya yang hanya geleng-geleng kepala melihat kebiasaan kedua putri kecilnya itu. Aliya terkadang heran dengan kelakuan anaknya yang terkadang menganggap halaman rumahnya adalah lapangan olahraga saja.
"Sayang tidak usah berlari seperti ini juga, hati-hati loh larinya!" Teriak Aliyah yang berusaha untuk menghentikan kedua anaknya itu.
"Kami tidak akan jatuh kok Ma," balasnya Jingga dengan teriak pula dengan nafasnya yang memburu dan peluh keringat bercucuran membasahi sekujur tubuh keduanya.
Hingga hanya beberapa detik saja mereka sudah memeluk dengan erat tubuhnya Aliya seolah mereka berbulan-bulan tidak saling bertemu.
"Hore! Aku juara satu lagi… mama aku memang jago lari seperti di sekolah!" Jeritnya Senja yang berbicara terengah-engah karena habis berlari.
"Ihh adek curang! Seharusnya kakak yang menang!" Kesalnya Jingga yang baru saja sampai di tempat tersebut lebih lambat beberapa menit dari adiknya itu.
"Aihts kakak enggak seru, kalau kalah selalu saja bilang saya curang," ketusnya Senja seraya menjulurkan lidahnya ke arahnya Amirah.
Aliya segera menengahi perdebatan kedua putrinya itu," sudah… sudah aah jangan seperti ini, kalau masih debat Mama tidak akan masakin kalian makanan enak lagi, gimana apa masih mau lanjut bertengkarnya atau…"
Aliya belum menyelesaikan perkataannya itu kedua anaknya sudah berlari ke arah dalam rumahnya. Keduanya melerai pelukannya dari tubuh mamanya itu dan langsung berkejaran ke arah dalam rumahnya. Seperti biasanya, Aliya akan membuatkan cemilan ringan berupa kue kesukaan kedua anaknya sebelum anak-anaknya pulang dari kegiatannya di luar ataukah aneka gorengan.
Aliya tersenyum gembira melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah anak-anaknya. Ia bersyukur karena kedua anaknya tumbuh kembangnya lebih cepat dari anak sebayanya, sehingga terkadang membuat Aliya tertolong dengan bantuan dari kedua putrinya yang selalu saja bisa mengerti dengan kondisi dari mamanya.
"Senyuman kalian mampu mengobati kesedihan,kedukaan dan rasa kecewa mama Nak, tetaplah kalian menjadi pelita dan pelipur laranya mama, kalian berdua adalah harta yang paling berharga dalam hidupnya mama," batinnya Aliya.
Senja dan Jingga menyimpan tas, pakaian muslimah dan juga sendalnya di tempatnya di sudut ruangan kamarnya. Kemudian mereka mengganti pakaiannya masing-masing dengan terburu-buru dan berjalan kembali ke arah paling dalam rumahnya itu.
Walaupun mereka sudah kenyang karena ditraktir makan enak-enak oleh Adinda,tapi demi menyenangkan hati mamanya dan rahasia mereka aman, mereka kembali menyantap kue buatan mamanya. Keduanya sudah duduk berhadapan di depan meja makan dan mengambil beberapa potong kue yang sungguh lezat yang masih sedikit hangat.
"Sudah dua hari Mas Leo belum pulang juga dari luar kota, entah kenapa perasaanku kali ini berbeda yang aku rasakan tidak seperti biasanya jika Mas Leo bepergian ke luar daerah, aku hanya berharap suamiku baik-baik saja," Aliya memikirkan tentang suaminya tetapi tatapan matanya tertuju pada kedua putri kembarnya itu.
Jingga dan Senja saling melirik dan memberikan kode satu sama lainnya," ya Allah maaafkan Senja sudah menutupi kenyataan kalau Senja makan bareng lagi dengan Tante Adinda, maafkan aku yah Allah," Senja membatin.
"Semoga Mama tidak curiga dengan apa yang telah kami lakukan, tapi ya Allah aku tidak dosakan tidak jujur kepada mamaku," Jingga turut membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
suamimu selingkuh Aliya
2023-08-09
0
Uneh Wee
duh dosa donk na bhngin mama mu
2023-06-12
0
Amy aca
lanjut punya tetangga penggoda
2023-06-03
1