Sejarah Kelam

Sejarah Kelam

1. Kesal

Matahari sudah menunjukan cahayanya dari tadi, namun Tiara masih juga belum bangun, Dika yang dari tadi menunggu sudah sangat kesal dan jengkel dengan kelakuan sang adik.

" Bi, cepat bangunkan Tiara. Saya bisa telat ke kantor!" perintah Dika pada pembantunya.

" Siap, Tuan Muda!" Bi Imah bergegas naik ke lantai dua untuk membangunkan Tiara.

" Nona Tiara,cepat bangun Non, itu tuan muda Dika sudah marah dari tadi loh!" seru Bi Imah sambil menggoyangkan bahu Tiara.

" Jam berapa sekarang bi??" tanya Tiara tampak masih ngantuk dan malas untuk bangun dari kasurnya.

" Setengah tujuh non," sontak Tiara terkejut.

" Apa??" dengan segera Tiara meloncat dari kasurnya dan mencak-mencak." Bibi ini kenapa saya baru di bangunkan sih?? Hari ini aku ada jadwal piket sama Adrian dan kawan kawan.. mati aku!" dengan kesal dan misuh-misuh Tiara masuk ke kamar mandi.

" Bi! Cepat siapkan semua kebutuhan sekolah aku!" teriak Tiara di dalam kamar mandi

" Siap!" dengan sigap Bi Imah menyiapkan semua kebutuhan Nona mudanya, dari pakaian sekolah, buku dan juga sepatunya.

" Mana Bi?" tanya Tiara dengan tergesa. Tiara mengenakan pakaiannya di depan Bi Imah, yang merasa takjub dengan kecantikan nona mudanya yang memiliki kecantikan luar biasa.

"Bibi! Kenapa masih di kamar saya??? Keluar sana! Saya mau ganti baju! Malu tahu?" Bi Imah dengan tersipu keluar dari kamar nona mudanya yang cerewet dan menggemaskan itu.

" Nona, nona! Dari kecil juga mandi sama ganti baju selalu bibi yang temani, sekarang ribut malu! Weleh, weleh! Sudah besar nona muda berarti, ya? samar-samar Tiara mendengar yang di katakan oleh Bi imah. " Aku dengar bibi!" teriak Tiara kesal dari dalam kamarnya.

" Iya.. maaf nona.." si bibi malah ketawa di teriaki Tiara.

" Mana itu si gadis bengal?? Belum juga mau keluar??" tanya Dika kesal.

" Sudah siap tuan muda! Tadi tinggal memasukan buku saja. Bentar lagi keluar nona mudanya!" ucap Bi Imah menyengir, memberitahukan Dika tentang Tiara dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sejak sang ayah meninggal beberapa tahun yang lalu, Dika menjadi tulang punggung keluarga. Dia menjaga sang adik dengan super ketat. Antar jemput sekolah tidak pernah dilewatkan bahkan segala kegiatan Tiara harus selalu dilaporkan kepadanya oleh Tiara.

" Lama sekali! Ngapain aja sih?? Bikin kesal aja! Kakak ada meeting pagi-pagi! Kalau sampai terlambat, kamu yang kakak potong uang jajannya!" ancam Dika menahan kesal karena dari tadi menunggu Tiara.

" Mama!! Kak Dika marahin Tiara tuh! " teriak Tiara mengadu sama sang mama. Mama hanya tersenyum melihat kelakuan sang putri satu-satunya itu.

" Cepat sarapan sayang! Kasihan itu kakakmu, sudah dari tadi nunggu kamu!" ucap Mama masih juga bisa tersenyum manis melihat kelakuan dua anaknya itu.

Padahal Dika sudah dari tadi kesal terus menahan diri agar tidak menjitak kepala Tiara, sang adek tercinta yang sangat hoby bangun kesiangan.

" Tidak usah Mah! Hari ini ada jadwal piket dan Tiara juga ada janji sarapan sama teman-teman di sekolah. Nanti Risma yang bawa menu sarapannya!" seru Tiara sambil meminum susunya.

' Berarti Tiara bakalan makan sarapan sama Sania!' Bathin Dika, perasaan Dika tiba tiba merasa hangat saat dia mengingat tentang Sania.

"Kak Dika, ayo kita berangkat! Nanti kita terlambat. Jangan kebanyakan melamunin Sania! Tar kesambet loh!" ledek Tiara sambil memakai tas ransel dan sepatunya.

Dika segera mengambil tas kantor dan kunci mobil. Sebelum mereka berangkat, mereka berdua mencium tangan sang mamah. "Hati-hati ya kalian berdua. Dika jangan ngebut, Tiara jangan nakal di sekolah." pesan ibu mereka.

Walaupun seorang Direktur Eksekutif, Dika lebih suka menyetir sendiri tanpa jasa seorang sopir.

"Iya mamah sayang! Kami berangkat dulu." mereka pun berangkat menggunakan mobil Dika. Tampak Dika masih kesal, karena harus menunggu Tiara setiap pagi.

" Kamu ini ya! Kamu itu sudah besar. Setiap hari kerjaan kamu itu cuma terlambat terus setiap pagi, kakak jadi terlambat gara-gara kamu! "ucap Dika kesal sambil pasang muka cemberut, padahal mah cuma akting doang.

" Maaf kakaku sayang! Semalam Tiara ngerjain tugas sampe jam 2 pagi. Makanya sekarang terlambat!" ucap Tiara memelas penuh penyesalan terhadap sang kakak tercinta.

Merekapun akhirnya sampai di sekolah dan Dika melambaikan tangan saat melihat sahabat adiknya melambaikan tangan kepadanya, saat melihat kedatangan mereka berdua.

" Kak Dika ganteng banget ya?" seru Risma menatap Dika dengan penuh kekaguman, Risma adalah anak konglomerat di kota ini, namun sikap dan penampilan dia tidak menunjukan bahwa dia adalah seorang nona muda yang manja dan arrogant, tapi sebaliknya, Risma adalah pribadi yang menyenangkan dan bersahabat.

" Ya, Tiara aja cantik banget!" seru Adrian gak mau kalah, Adrian adalah sepupu Risma, anak orang kaya juga.

Adrian naksir Tiara sejak kelas satu SMA, tapi dasar Tiara, anak yang tidak peka, dia mengira kebaikan Adrian kepadanya selama ini adalah karena Adrian memang cowo yang baik kepada siapa saja. Padahal sudah banyak cara Adrian menunjukan kalau dia mencintai Tiara dan ingin lebih dari sekedar sahabat saja.

" Ya ampun ini, dua saudara sepupu yang sudah tersihir ketampanan Kak Dika dan kecantikan Tiara!" goda Sania yang tampak tersipu malu, saat melihat Kak Dika melambaikan tangan padanya tadi.

Sania adalah seorang gadis sederhana. Dika pernah menyatakan cinta pada gadis ini, tapi dia menolaknya dengan alasan masih sekolah dan meminta kepada Dika untuk menunggunya sampai lulus kuliah. Karena Sania adalah anak pertama dan dia mempunyai dua adik yang harus dia sekolahkan.

Ayahnya punya riwayat penyakit jantung, makanya tidak bisa bekerja terlalu keras. Setelah pulang sekolah, biasanya Sania akan bekerja di toko bunga milik sang ayah, dan hobby Sania adalah merangkai bunga.

Dika mencintai Sania karena pribadi gadis ini yang pendiam dan bersahaja. Sania tidak banyak gaya dan juga sayang sama adik-adiknya. Dika setelah pulang kerja, kadang suka mampir dan sekedar membeli seikat bunga, yang pada akhirnya diserahkan juga pada Sania. Kelakuan Dika yang seperti ini, yang kadang membuat Sania tidak bisa tidur dan belajar dengan tenang.

Walaupun Dika seorang pengusaha yang cukup diperhitungkan di bidangnya. Walaupun tidak bisa di bilang perusahaan besar, namun Dika memulai usahanya itu dengan nol dengan bantuan sahabatnya.

Papahnya memiliki perusahaan tekstil, namun harus bangkrut karena di tipu oleh sahabatnya sendiri, Dika tidak tahu, siapa itu. Tapi yang Dika tahu, dia adalah pengusaha besar yang berpengaruh di kotanya.

Papahnya meninggal karena serangan jantung, dan meninggalkan banyak hutang kepada bank, yang membuat Dika akhirnya memilih menyatakan pailit atau bangkrut dari pada meneruskan perusahaan Papahnya tersebut.

Dika menjalankan usaha propertynya dari nol, karena impiannya adalah membuat bangunan indah dan rumah bagi rakyat menengah ke bawah, agar bisa memiliki hunian yang asri dan terjangkau.

Terpopuler

Comments

Qiara

Qiara

lah si bibi kan beda sekarang Tiara sudah besar 😁

2023-06-02

1

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

👣

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!