Kesal

Ganindra meletakkan kedua tangannya di kepala dan menggenggam rambutnya kuat-kuat. Ia berteriak frustrasi karena tidak bisa mengendalikan dirinya karena perasaannya pada Selva. Ada rasa penyesalan kenapa ia bisa kehilangan kendali sehingga membabi buta memukuli istrinya sendiri, Terlebih kejadian itu di lihat oleh putranya yang selama ini menjadi kebanggannya. Bahkan demi masa depan sang putra dia membuat Selva di penjara agar tidak mencoreng nama baik sang anak sehingga masa depan nya tetap cerah.

"Tapi apa yang terjadi sekarang? Arrghhhhhhh!!!" Ganindra melempar semua pot bunga yang ada di depannya. Ia merasa kesal dengan Selva yang seolah mempermainkan dirinya sehingga membuatnya hilang akal. Tapi itu hanya beberapa saat karena sepuluh menit kemudian Ganindra kembali mengingat wajah Selva yang membuatnya jatuh cinta.

Keinginan Ganindra yang begitu ingin memiliki Selva membuatnya kembali berpikir jika apa yang sudah ia usahakan sejauh ini tidak boleh sia-sia. Oleh karena itu Ganindra mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi pengacara untuk kembali mengurus perceraiannya.

•••

Di rumah sakit Galvin merasa panik menunggu Dokter yang sedang memeriksa kondisi ibunya. Ia tidak habis pikir apa yang membuat sang Ayah begitu tega menyiksa ibunya dengan sangat sadis. Selama ini Galvin tidak pernah melihat sang Ayah mengangkat tangan pada ibunya sekalipun mereka sedang bertengkar.

"Tapi apa yang terjadi sekarang, Apa yang membuat Papa tega memukul ibu dengan sangat sadis?" Galvin bertanya dalam hatinya. Dan disaat pertanyaan itu belum terjawab, Galvin di kagetkan oleh pintu ruangan yang di buka dari dalam. Melihat Dokter keluar, Galvin bergegas menghampiri Dokter dan menanyakan keadaan ibunya.

"Bagaimana keadaan Mama saya Dokter?"

"Setelah kami melakukan serangkaian pemeriksaan, Selain luka memar yang terdapat di beberapa bagian tubuh, Ibu Anda juga mengalami masalah yang cukup serius pada bagian leher."

"Maksud Dokter?"

"Leher merupakan bagian yang rentan mengalami kerusakan karena kurangnya jumlah otot yang melindung organ didalamnnya. Dan sepertinya ibu Anda baru saja mengalami kejadian yang mengerikan, Di cekik, Apa saya benar?"

"Ya Dok." saut Galvin lirih sembari menundukkan kepalanya mengingat yang melakukan itu Ayahnya sendiri.

"Saya turut prihatin, Apa Anda sudah melaporkan ini kepada polisi?"

"E-tidak Dokter, Fokus saja kepada kesehatan Mama saya Dokter. Apa itu artinya ibu saya parah?"

"Baiklah. Trauma cekikan yang ibu Anda alami membuat tenggorokannya menyempit dan menyebabkan kerusakan jaringan otot di leher. Dan mungkin akan membuat ibu Anda kesulitan untuk makan dan minum bahkan bicara, Jadi saya sarankan ibu Anda bisa mengikuti Fisioterapi atau terapi fisik bertujuan untuk memperkuat otot-otot di leher dan bahu. Metode ini akan mengembalikan fungsi pergerakan sekaligus menguatkan otot."

"Lakukan yang terbaik untuk ibu saya Dokter."

"Pasti. Kalau begitu saya permisi."

"Silahkan Dokter..." Setelah Dokter pergi, Galvin masuk melihat ibunya. Melihat sang ibu terbaring dengan menggunakan penyangga leher. Galvin kembali mengingat bagaimana Ayahnya menghajar sang ibu. Dalam hatinya, Ia mengutuk Ayahnya karena telah membuat ibunya terbaring tak berdaya. Oleh karena itu Galvin berniat pergi untuk membuat perhitungan dengan Ayahnya. Namun disaat bersamaan sang ibu membuka mata dan memegang tangan Galvin yang ingin meninggalkannya.

Susah payah Hilda mencoba bicara pada Galvin namun suaranya tak dapat keluar. Melihat hal itu hati Galvin merasa pilu dan mengusap wajah ibunya.

"Jangan bicara apapun Ma... Aku yiyakan kemanapun."

Mendengar itu Hilda terlihat tenang dan kembali memejamkan matanya. Tangannya terus menggenggam tangan Galvin seolah tidak ingin Galvin meninggalkannya.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***