Bertengkar

Sama halnya dengan Selva, Marvin juga merasa terkejut jika tamu yang ia tegur adalah Selva, Terlebih pria itu bukan pria yang datang ke kost-an nya kala itu.

"Gadis lima lapan...."

"Marvin kamu tuh kenapa sih, Selalu saja menguntit kemanapun Aku pergi?"

"Ye... Kepedean, Yang ada kamu tuh yang ngikutin Aku, Buktinya kamu yang datang ke tempat ku bekerja."

Mendengar itu Selva terdiam dan baru menyadari jika Marvin mengenakan seragam pelayan. "Jadi kamu bekerja di sini?" tanya Selva menurunkan nada bicaranya.

"Ya, Aku hanya seorang pelayan makanya Aku tidak bisa membeli barang-barang branded seperti mu meskipun bertahun-tahun Aku kerja di sini."

Selva langsung menoleh kearah Galvin yang pada saat itu juga menatapnya seolah baru menyadari jika Selva mengenakan barang-barang branded dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.

Melihat tatapan Galvin yang penuh selidik kepadanya, Selva langsung memesan coffee latte agar Marvin segera pergi meninggalkan mereka.

"Jadi kamu mengenalnya?" tanya Galvin yang masih menatapnya tajam.

"E-iya dia tinggal di kost-an yang sama dengan ku."

"Lalu barang-barang branded yang kamu kenakan?"

Mendapat pertanyaan itu, Selva memasang wajah kesalnya. Membuat Galvin langsung meralat pertanyaannya.

"E-bukan maksud ku menghinamu Selva, Aku tahu keadaan keluarga mu sejak dulu, Kamu juga tidak menyelesaikan sekolah mu dan saat ini pun kamu tinggal di kost-an, Lalu..."

"Aku bekerja Galvin!" Selva langsung memotong ucapan Galvin dengan kesal.

"Selva..." sesal Galvin yang merasa bersalah karena Selva langsung berdiri bersiap meninggalkannya.

"Aku tahu Aku orang miskin, Aku juga tidak lulus SMP, Tapi Aku masih di beri kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak semua orang bisa, Dan apa yang Aku kenakan saat ini itu sebagian dari pekerjaan ku!" setelah mengatakan itu Selva langsung menenteng tas kecilnya dan meninggalkan Galvin.

Galvin bergegas berlari untuk mengejar Selva, Dan di saat bersamaan pula Marvin kbali dengan membawa pesanan Selva.

Melihat Selva pergi tanpa meminum maupun membayar pesanannya, Marvin pun ikut bergegas keluar.

"Selva Aku minta maaf, Aku tidak bermaksud menghina mu."

"Tapi nyatanya kamu menghina ku Galvin!"

"Gadis lima lapan ini pesanannya." pekik Galvin menyela pembicaraan mereka.

"Selva Aku salah, Aku minta mm..."

"Gadis lima lapan siapa yang mau bayar kalau kamu pergi begitu saja?"

Mendengar Marvin yang terus saja menyela pembicaraannya, Galvin mendekati Marvin dan menarik kerah kemejanya dengan penuh kemarahan. "Apa kamu tidak tahu sopan santun! Kenapa terus saja menyela pembicaraan kami!?"

"Aku hanya bertanya padanya, Dimana salahnya?" sahut Marvin santai.

"Kamu bisa bertanya setelah kami selesai bicara!" Galvin mengangkat tangannya untuk menonjok wajah Marvin.

"Galvin!" teriak Selva menarik Galvin menjauh dari Marvin.

"Kamu masih saja ya seperti dulu, Pemarah dan suka berkelahi?"

"Selva masalahnya dia tuh ngeselin!"

"Marvin, Apa ini cukup?" tanya Selva memberikan uang pada Marvin tanpa mendengar apa yang Galvin katakan.

"Kelebihan nih, Biar Aku ambil kembaliannya."

"Tidak perlu, Ambil saja kembaliannya untuk mu."

"Tidak-tidak, Biar Aku ambilkan kembaliannya, Sebentar." Marvin bergegas masuk namun baru beberapa langkah Selva berteriak memakinya.

"Jadi kamu tidak mau menerima uang ku? Apa kamu pikir uangku uang haram?"

"B-bukan begitu gadis lima lapan. Aku hanya..."

Merasa kesal dengan Marvin dan Galvin, Selva pergi meninggalkan keduanya dan meminta mereka untuk tidak menghentikannya.

Meskipun mereka ingin mengejarnya namun mereka tidak melakukannya.

Kini keduanya saling memandang dengan pikirannya masing-masing. Marvin yang merasa bingung kenapa Selva marah pada Galvin padahal sebelumnya mereka asyik bercumbu, Sementara Galvin penasaran ada rahasia apa yang Marvin tahu sehingga Marvin terus saja menyinggung Selva dengan kata-katanya.

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***