Bab 3 Desakan Bu Lusy

"Ya ampun, Ayah. Ada apa ini? Kok kakinya sampai begitu? Ini pasti ulah kamu ya Hanum?Gak hati-hati ngejaga Ayah?" Tuduh Bu Lusy dengan tatapan begitu sinis.

"Bukan, Bu. Ini bukan salah Hanum," ucap Ayah membela.

"Iya Bu, Pak Farhan tertabrak mobil tadi pas kerja. Ya udah ayo kita angkat ke dalem sekarang biar Pak Farhan istirahat!" Ajak pemilik toko pada teman-teman yang lain.

Mereka pun bersusah payah untuk menggendong Pak Farham turun dari bak mobil dan membawanya kedalam rumah di mana Bu Lusy segera menggelar tikar dan lamat untuk Pak Farhan berisirahat.

"Ya udah kalau begitu kami permisi, Bu. Untuk tiga hari kedepan sayalah yang akan menanggung biaya terapi Pak Farhan, Tetapi untuk selanjutnya saya sudah tidak sanggup!" Tukas pemilik toko tempat Pak Farhan bekerja itu.

Bu Lusy hanya bisa menghela nafasnya dengan kasar. Ia menatap kesal pada Pak Farhan karena sudah di pastikan hidup mereka akan sangat kesulitan mulai sekarang. Pasalnya tak ada lagi yang akan mencarikan nafkah untuk mereka.

Tanpa mendapat jawaban dari Bu Lusy, Pemilik toko dan para pekerjanya tadi beralih berpamitan dengan Pak Farhan yang menyambut jabatan tangan mereka dengan sangat ramah.

"Cepat sembuh ya, Pak. Biar kita bisa kerja sama-sama lagi?"

"Iya Pak, InsyaAllah."

Usai beberapa teman Pak Farhan pergi sebuah nada dering terdengar nyaring dari dalam tas gendong milik Hanum.

Truling! Truling!

Hanum segera memeriksa dan rupanya Devi lah yang menelpon.

"Iya Dev...!"

Hanum, besok kamu jadi ikut kan buat merantau ke kota? Mulai sekarang cepat kemasin barangmu. Pagi-pagi sekali mobil travel akan datang menjemput kita....

"Tapi Dev_?"

Sambungan terputus karena temannya itu sudah mematikan ponselnya lebih dulu.

"Kenapa?" Jengah Bu Lusy pada Hanum, "Itu pasti teman kamu yang mau ngajak ke kota itu ya?" Sambungnya lagi masih dengan tatapan begitu buruk.

"Iya Bu, rencananya besok kami akan ke kota. Tapi aku tidak tega ninggalin Ayah yang sedang sakit!" Hanum jadi tak sanggup menahan air matanya yang sejak tadi ingin segera tumpah.

"Sudah jangan khawatirkan, Ayah. Biar itu menjadi urusan Ibu. Yang terpenting sekarang adalah kamu harus cari uang. Kalau gak nanti gimana ngobatin kaki Ayahmu. Kamu mau Ayah gak bisa jalan lagi seumur hidupnya?"

"Tentu saja enggak, Bu. Hanum sangat sayang sama Ayah. Jadi Hanum gak mungkin tega ngebiarin Ayah sakit!"

"Ya udah kalau gitu pergi saja Hanum, biar aku yang cari uang dari hasil jadi pelayan baju di toko untuk berobat Ayah, tapi kamu janji ya. Saat kamu gajian nanti. Kamu harus mengganti semua uang aku!" Sahut saudara tirinya yang setahun lebih tua dari Hanum itu.

Marsya sudah lulus sekolah lebih dulu dan nekat menjadi pelayan toko di salah satu ruko. Tapi hasil uangnya tak pernah Marsya berikan pada Bu Lusy. Ia hanya akan membeli barang-barang untuk mempercantik diri saja. Pasalnya Marsya menyukai salah seorang lelaki yang saat ini sedang naksir berat dengan Hanum. Tapi karena Hanum masih malu-malu dan juga belum kepikiran untuk pacaran. Hanum tak pernah meladeni Dodi dengan serius.

Hanum pun menoleh kearah sang Ayah yang hanya diam saja dalam kebisuan. Sepertinya sang Ayah pun keberatan jika Hamun ikan pergi jauh dari sisinya.

"Ayah...!"

Terpopuler

Comments

Ida Kitty

Ida Kitty

Emg kok, uang tu bukan segalanya, tapi cuma yg utama..🤣🤣🤭 sama j ya..🙄🤭

2023-06-03

3

😁🙈🙈Abaaaang....

2023-06-03

1

😂🙈JD inget hp cliring gw

2023-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!