Hari ke enam Aku ada disini,dan sudah tiga hari Riana tidak pulang, sebagian warga desa yang bertanya tentang Riana hanya dijawab oleh bude Marni bahwa Riana sedang menenangkan diri ke rumah saudara mereka.
Saat ini Aku sedang membantu bude dan para ibu-ibu yang sedang memasak makanan untuk para pekerja yang membangun jalan desa yang sudah rusak,ada bagian jalan yang berlubang sehingga kalau hujan air tergenang seperti banjir.
Bude bilang padaku saat tadi masih dirumah, kalau sudah lama ingin dilaksanakan perbaikan jalan tapi dana tidak ada dan baru didapatkan kemarin dari pemerintah daerah.
Bude memang tidak ikut andil dengan urusan desa,tapi pakde lah yang semasa hidupnya selalu aktif dalam pemekaran didesa kami ini.
Maka dari itu setelah pakde tidak ada, budelah yang ditunjuk sebagai salah satu orang yang ikut aktif untuk pemekaran desa, seperti kalau ada musyawarah yang berhubungan dengan desa misalnya,bude selalu ikut serta memberikan pendapatnya,dan entah mengapa setiap pendapatnya selalu diterima dengan baik oleh warga desa.
Skip.
Sekarang semua makanan sudah siap disajikan,semua ini harus dihidangkan dipos ronda, karena disana para pekerja akan beristirahat makan siang.
Sebagian aku yang membawa dan sebagian lagi bude serta para ibu-ibu yang membantu memasak tadi.
Diperjalanan aku bertemu Febri,dia menawarkan bantuan padaku untuk membawakan makanan
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam, iya ada apa" ucapku tersenyum
"Bolehkah saya membantu kamu, untuk membawakan makanan ini" pintanya
"Memangnya kamu tidak sibuk"
"Perkejaan saya sudah selesai"
"Ya sudah boleh,ini silahkan dibawa" ucapku yang kali ini sedikit ramah padanya
Setelah berjalan sedikit jauh,kami pun sampai ke pos ronda,kami menata makanan sambil menunggu bude beserta yang lainnya.
"Apa kamu masih kesal tentang candaan saya yang kemarin..??" tanyanya memulai pembicaraan
"Tidak, saya tidak kesal kepada kamu kemarin, hanya sedikit lelah saja" ujarku
Febri hanya tersenyum, kemudian kami pun mulai mencoba sekidit lebih akrab,
dimulai saat Febri menceritakan tentang dirinya dan keluarganya, ternyata hidupnya yang penuh dengan kemewahan masih harus terhalang karena kakak Febri justru ingin membunuhnya karena harta warisan kedua orang tuanya yang baru sebulan lalu meninggal dunia.
Ditengah asyiknya kami berdua bercerita, tiba-tiba bude datang bersama semua warga dan kami pun mulai aktivitas makan siang hari ini, baru kemudian melanjutkan lagi pekerjaan sampai selesai.
* * *xxxx* * *
Febri POV
Hari ini,aku bertemu lagi dengan Arumi, setelah kemarin tidak ada pertemuan dengannya.
Saat ini, aku baru saja selesai dari kerja bakti bergotong-royong bersama warga desa memperbaiki jalan.
Aku yang sedang membersihkan diri dengan mencuci wajah, tangan,dan kaki di masjid melihat Arumi sedikit kerepotan membawa makan siang hari ini,aku kemudian menawarkan diri membantunya,dan dia pun menerima bantuanku.
Ketika kami sampai ditempat tujuan aku dan Arumi duduk istirahat dan saling menceritakan diri kami satu sama lain.
Tanpa aku berniat membohonginya,aku mengatakan jika aku kesini untuk bersembunyi dari kakak ku yang ingin membunuh diriku karena harta warisan,dan aku tahu desa ini karena pak kades adalah pamanku sendiri, beliau kakak kandung dari almarhumah Mama.
Memang sebagian cerita tersebut benar,tapi yang sebenarnya terjadi aku kesini bukan karena kakak yang ingin membunuhku karena harta, melainkan dia ingin membunuhku karena tanpa sengaja aku melihat semuanya, rahasia terbesar dari kakak ku yang ada hubungannya dengan desa ini, tepatnya salah satu orang didesa ini.
Tinggalkan Jejak...👌👌👌😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
liani purnapasary
ada misteri apa ya, penasaran
2023-08-20
0
kisah si febri dan kakaknya ada benang merah dng riana
2022-03-20
0
Wartin Kusmawati
lanjut thoor
2022-02-26
0