Benar, mencintai makhluk itu sangat berpeluang mengalami kehilangan. Kebersamaan bersama makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak.
(Habiburrahman El Shirazy)
...----------------...
"Hei!" ucap seorang pemuda bernama Faisal itu mengagetkan lamunan Yusuf.
"Astaghfirullah." kata Yusuf sambil mengelus dadanya. Ia kaget, karena Faisal tiba-tiba saja muncul.
"Hih, kaget deh. Lo kayak jelangkung aja, datang tak di undang, pulang tak di antar." kata Yusuf sambil tertawa pelan ke arah Faisal.
"Sialan lo. Kenapa? Tumben ngelamun? Lagi mikirin mantan ya?" goda Faisal.
"Sembarangan! Ya nggak lah. Mana ada mantan dikangenin." sangkal Yusuf.
"Teruss?" selidiki Faisal dengan tatapan yang intens.
"Emang bisa ya, jatuh cinta secepat itu?" tanya Yusuf meminta pendapat, pada sobatnya itu.
"Ya, bisa lah. Apalagi cowok, notebene-nya sangat cepat melupakan cewek. Secara cowok pakai akal, sedangkan cewek, apa-apa pake perasaan. Tapi, kalau cowok itu udah beneran suka dan cinta. Biasanya sulit juga, jatuh cinta lagi sama cewek lain." tutur Faisal benar apa adanya.
"Aku kok kayak suka lagi sama orang. Katakanlah jatuh cinta. Tapi aku ngerasa, orang itu ada miripnya dikit sama Kirani?! Apa cuma perasaan aku aja gitu ya!" gumam Yusuf yang terus saja merenung.
Saat ini mereka ada di sekitar pantai, tepatnya tengah malam saat suasana sedang gelap namun syahdu, karena cahaya lampu, nampak begitu temaram dan laut nampak begitu tenang dan damai saat di pandang.
"Wah, kayaknya lo itu tipe yang setia, Suf. Buktinya, cewek yang lo sukai. Gak ada beda jauhnya sama mantan lo..Secantik apa sih dia? Sampai dia bisa menguasai hati lo, yang sejatinya sudah terkubur beberapa abad lalu." tutur Faisal sekenanya.
"Ngasal lo ya ngomongnya. Hem, dua-duanya cantik sih. Tapi dia lebih manis, cantik, dan betah aja gitu ngeliatnya. Pokoknya, aku adem ngeliat dia. Walau dia saat ini belum berhijab." kata Yusuf seadanya.
"Apa? Dari kapan tipe lu yang kayak gitu, Suf?" ungkap Faisal tak percaya.
"Hih, dia bakal masuk ke pondok Abah kok. Bahkan, aku sudah dijodohkan sama dia." ucap Yusuf santai.
"Hah? Serius lo?" tanya Faisal kaget, ia masih tak percaya dengan ucapan sahabatnya.
"Dua rius. Aku tadi dah ngobrol sama orang tuanya. Mereka kolega abah. Ceritanya sih temen kuliah abah, bapaknya si cewek ini tuh."
"Ohhh, gimana ya? Sebaiknya, lo sadari dulu perasaan lo. Baru lo pastiin, beneran gak sih, lo itu suka sama cewek itu? Jangan sampai, niat lo mau hubungan serius sama cewek yang ini, eh bayang-bayang kirani masih ada. Bisa gawatt." peringatkan Faisal.
"Iya, pasti. Aku lagi mastiin sih... Aduh, cinta itu rumit ya!" keluhnya.
"Banget. Aku aja gak pasti-pasti sama si neng Rinjani. Haduh, neng.. Aa harus gimana ini." gumam Faisal menggelikan.
"Geli dengernya. Makanya, kasih kepastian. Jangan digantung melulu." nasihat Yusuf.
"Bukannya mau ngegantung. Neng Rinjani-nya yang gak kasih kepastian. Kalau aku, udah siap-siap aja datang ke rumahnya. Ah, susah banget nikah sama sesama santri." rutuk Faisal.
"Mau dibantu, gak?" tawar Yusuf.
"Gimana?" kini Faisal mendengarkan setiap ucapan yang disampaikan Yusuf. Ada benarnya juga.
"Gitu, ya? Oke deh, aku coba Suf. Tapi, lo harus beneran bantuin aku!" ungkap Faisal memastikan.
"Pasti. Dijamin, tokcer." gumam Yusuf.
"Sialan. Emangnya sabun mandi, bisa tokcer segala. Ada-ada saja."
"Eh, cewek yang lo maksud, gue udah tau belum?" tanya Faisal kembali.
"Dia ada di sini juga. Tapi ya gitu, lagi bermasalah. Ceritanya dia gak mau masuk pesantren."
"Oh, jadi cewek tuh gak nyantri banget ya! Berhijab pun nggak ya. Eh, kok lo mau sih, suf?"
"Ya, gimana ya?? Hati aku tiba-tiba aja klik ke dia. Gimana lagi... Mana bisa aku menyangkalnya. Gak bisa, Sal."
"Semoga benar berjodoh. Gak sabar, pengen liat calon si kulkas dingin ini."
"Sial. Emangnya apaan, disebut kulkas segala?!" ucap Yusuf tak terima.
"Lo gak nyadar yaaa? Lo itu terkenal dingin dan cueknya. Pantes aja para santri-santriah ketakutan pas lo ngajar!" peringatkan Faisal pada sobatnya.
"Ya, gimana ya? Lo kan tau. Aku tuh paling gak bisa kalau udah berhubungan sama cewek banyak. Yang ada ilfeel. Apalagi kalau para santriah, udah teriak-teriak, bikin tambah ilfeel aja." Jelas Yusuf.
"Ya gak harus gitu juga kaliii. Masa, ramahnya ke orang lain, tapi ke santri sendiri nggak? Aneh, lo!"
"Hem." Yusuf hanya berdekhem, ia malas berdebat hal-hal yang menurutnya receh.
"Suf. Kira-kira neng Rinjani, udah punya kekasih lain gak sih?" tanya Faisal, kini ia yang ingin meminta pendapat.
"Kenapa gak nanya ke orangnya langsung? Tanya sendiri dong!" sindir Yusuf. Ia jengah dengan prilaku tidak jentel sahabatnya sekaligus saudaranya itu.
"Ya, aku mana berani nanya gitu, suf! Kan lo tau, dia gak bawa hp ke pesantren."
"Justru itu, kan usulan aku tadi gimana? Hih, cuapek ngomong ama kamu, Sal!"
"Hihi, maaf. Habisnya, aku cinta banget sama neng Rinjani."
"Jangan terlalu cinta. Inget, berharap sama manusia, ujungnya kecewa. Cukup ke Allah saja!"
"Hem, oke deh." jawab Faisal lesu.
Di sisi lain, tepatnya di sebuah pameran, kini mereka berempat bersenang-senang menikmati wahana yang ada.
Ada berbagai jenis makanan yang beraneka ragam. Bahkan makanan merakyat seperti cilung (aci digulung), seblak, bakso merecon, cilok, cimol, siomay, batagor hingga chuanki. Tersedia di sana.
"Gilaaak. Betah gue di sini." gumam rere yang sedang menikmati makanan cilung dan ciloknya.
"Yah, dedek pasti seneng. Abisnya, makanan kek gini semua yang tersedia. Silahkan nikmati jamuannya, Tuan puteri. Kami bersedia mengawalmu." kata Mega mempraktikkan dirinya sebagai pengawal Rere.
"Ambilin minum, dong!" pinta Rere manja.
"Hih, ngelunjak nih anak." kata Nega, mencebik.
"Kan katanya kamu mau jadi pengawal aku?" kata Rere yang dimanja-manjakan kembali.
"Eh, si Tiara ke mana?" mereka tak menyadari, bahwa Tiara sedang tak bersama dengan mereka.
"Ya ampun. Kok kita bisa selengah ini sih." lirih Rayn kesal pada dirinya. Padahal jelas-jelas, ia sendiri yang berdampingan dengan Tiara.
"Mana tempat ini rame. Ke mana tuh anak." kata Mega yang sama paniknya.
"Kita berpencar, yuk!" usul Rere.
"Jangan! Yang ada, kita nanti ngilang juga. Mending bareng-bareng aja!" cegah Rayn.
"Oke deh." akhinya mereka menyusuri setiap sudut di pameran itu. Biasannya Tiara akan menyendiri dalam suasana yang sunyi, namun mereka melupakan kebiasaan Tiara itu. Sehingga mereka pun tak kunjung menemukan keberadaan Tiara.
...----------------...
"Om, Tante. Maaf, kami kehilangan jejak Tiara!" kata Rayn menyesal. Mereka bertiga pun menundukkan kepalanya di hadapan kedua orang tua Tiara.
"Astaghfirullah." gumam Sandra kaget, sementara Raihan nampak berpikir. Anaknya itu ke mana? Apakah benar ia senekad itu, kabur dari mereka?
"Ya sudah. Ini sudah malam. Pasti Tiara aman. Kita cari Tiara besok lagi." kata Raihan santai, hal itu membuat Sandra menepuk kasar lengan Raihan.
"Pa, kok gitu sih? Saat ini pikiran mama sedang kalut. Ini malem pah. Gimana kalau Tiara kenapa-kenapa? Nggak! Pokonya mama mau cari tiara, malam ini juga!" tegas Sandra yang begitu keras kepala. Sudah dipastikan, watak Tiara yang keras kepala itu gen dari mamanya sendiri.
"Mah!" tegur Raihan.
"Apa?? Papa gak khawatir sama anak gadismu. Ayolah, kita cari sama-sama sekarang. Ya ampun, nak. kamu ke mana..." geram Sandra dengan gelagat paniknya.
"Iya Om, benar. Kami juga mau mencarinya sekarang aja." kata Mega menimpali. Mereka bertiga sepakat untuk mencari Tiara saat ini juga.
"Ya sudah. Mari kita sama-sama saja menyusuri tempat ini. Paling dia bersembunyi gak terlalu jauh dari sini. Pasti dia masih ada di sekitaran sini." ungkap Raihan yakin.
Mereka pun akhirnya menyusuri jalan demi jalan, tempat demi tempat. Demi apapun, sudah dua jam pencarian. Mereka belum juga menemukan Tiara.
Sementara yang dicari, kini dia sedang duduk termenung di area yang lumayan sepi. Ia sengaja menjauh dari arah tempat penginapannya, bersama teman-temannya itu. Ia ingin menjernihkan pikirannya, keadaanya yang gundah, juga mentalnya yang sedang tidak baik-baik saja.
Namun seketika, ada cowok yang menepuk bahunya pelan. Ia tak menyadari, bahwa sedari tadi, cowok itu terus memperhatikannya.
"Dhika?" gumam Tiara kaget.
"Kamu lagi ngapain di sini sendirian, Ti?" kata lelaki bernama Dhika itu.
"Aku lagi pusing, plus stress. Makannya lagi ngadem di sini." ungkap Tiara yang terus melanjutkan kesendiriannya. Ia tak memedulikan keberadaan Dhika saat ini.
"Gak baik loh, cewek malem-malem di sini." tegur Dhika so' perhatian.
Padahal dalam hatinya ia senang, jika saat ini Tiara sendirian di sini. Kebetulan, Dhika sendiri adalah teman SMP Tiara. Mereka hanya beda kelas aja. Tapi cowok itu cukup mengenal sosok Tiara, secara Tiara memang terkenal cerdas di sekolahnya.
"Hem." Tiara malas menanggapi perkataan cowok itu. Ia sendiri tak terlalu kenal, mungkin saja Dhika kenal dirinya, tapi ia memang terkenal cuek di sekolahnya, apalagi sama lawan jenis.
"Ti." tegur Dhika, yang terus memandang Tiara dengan tatapan aneh.
Yang dipandang pun tak menyadari tatapan itu.
Dhika pun tiba-tiba merangkul pundak Tiara, sontak Tiara melepaskan rangkulan cowok yang sudah kurang ajar padanya. Lalu ia pun siap siaga untuk mengamalkan ilmu bela dirinya, kalau seandainya dia dilecehkan begitu saja. Apalagi sama cowok yang ada dihadapannya kini.
"Ada apa, lo kok nyentuh-nyentuh gue?" kata Tiara tak terima, ia sedang melayangkan tatapan tajamnya. Ia pun bergerak maju mundur, lebih tepatnya menghindari Dhika yang terus saja berusaha mendekat ke arahnya.
"Gue suka sama lo, Ti! Gue pengen miliki, Lo. Kini, waktu itu sudah tiba tanpa gue pinta." racau laki-laki yang seperti sudah bernafsu pada Tiara.
"Sialan! dasar laki-laki biadab!" Tiara pun tak segan-segan melayangkan jurusan andalannya. Ia pun menendang anu nya Dhika dengan girasnya, lalu memukulnya lalu mengunci pergerakkan Dhika dengan lincahnya. Seketika, dhika pun terjatuh dan terlempar ke arah pasir.
Tiara pun berlari, ia berusaha menghindari cengkraman pria bernama Dhika itu. Namun, Dhika ternyata sudah bangkit lagi, dan saat ini energinya seperti tidak terkuras sama sekali. Padahal Tiara sudah melayangkan pukulan mautnya berkali-kali, namun ia aneh mengapa Dhika bisa bangkit dengan mudahnya, padahal sosoknya itu terkenal culunnya.
"Aaa." Tiara terjatuh saat berlari. Kini ia berjinjit sambil mundur dalam keadaan terduduk, ia berusaha menghindari tatapan maut sang pria brengsek yang ada di hadapannya.
"Kamu mau ke mana? Kamu milik aku!." ucap lelaki itu sambil menyeringai. Sedangkan Tiara terus saja menghindar sambil berusaha bangkit dan berlari, walau tertatih-tatih. Saat ini airmatanya menggenangi pelupuk matanya. Bahkan ia sendiri meringis kesakitan karena kakinya terkilir.
Bukkk!!!
Serangan dari arah lain, di layangkan pada Dhika. Tiara pun kaget, ada orang lain yang tengah menolongnya.
Lelaki itu pun menghabisi Dhika, tanpa ampun. Dia bernafsu, karena ia marah, lelaki itu telah berani menakut-nakuti bahkan berbuat kurang ajar pada calon istrinya itu.
"Yusuf?" gumam Tiara yang tau bahwa cowok itu adalah Yusuf. Ya, dia adalah orang yang tadi diajak bicara oleh kedua orangtuanya.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Yusuf memastikan. Sementara Tiara manggut-manggut saja, ia tak terlalu takut sekarang. Karena ia pikir, Yusuf bisa menjaganya dari pria busuk bernama dhika.
Blesss!!
Pisau pun tiba-tiba menembus perut Yusuf, yang saat ini tengah memunggungi sang pelaku. Dhika ternyata belum terlalu kalah, ia masih punya senjata lain. Dan kini, senjata itu telah menusuk Yusuf. Tiara pun berteriak ketakutan, namun sayangnya keadaan yang sepi membuat semua orang tak ada satu pun yang mendengar teriakan.
"Tolong... Tolongg!!" ucap tiara terus berteriak dan menangis histeris.
Ia melihat darah dari perut Yusuf yang terus keluar, sangat banyak. Sementara sang pelaku, kini ia sudah melarikan diri. Tiara pun kesusahan, karena tak seorang pun datang menghampirinya. Lalu ia pun menggunakan selendangnya, untuk mencegah darah Yusuf yang terus keluar seperti air kran yang tak berhenti.
"Tiara.." teriak seseorang dari kejauhan.
"Pa. Ma. Tolong.. Tolong..!!!" Gerombolan sahabatnya juga kedua orangtua Tiara pun dengan sigapnya berlari ke arah Tiara.
"Astaghfirullah. Apa yang terjadi?" ungkap Sandra terkejut, karena kini Yusuf sudah terkulai lemas di atas pasir diiringi darah yang menghias di sekujur tubuhnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments