Terjerat Cinta Di Pesantren

Terjerat Cinta Di Pesantren

Chapter 1

"Ma, Tiara mau daftar ke SMA Bakti Kencana, ya!" ucapnya yang sedang antusias menscroll ponselnya yang bertipe iphone itu.

"Sayang sekali. Permintaanmu tidak bisa Mama wujudkan mulai sekarang," kata sang Mama tenang. Kini wajah Tiara mengkerut karena tidak mengerti ucapan mamanya.

"Maksud Mama apa?" Tiara masih berusaha bersikap tenang dan bersabar menunggu alasan mamanya berkata seperti itu.

"Alhamdulillah. Papa punya sobatnya yang ngurus di pondok pesantren. Wah, pondoknya itu terkenal bagusnya. Jadi kami sepakat untuk memasukkanmu ke sana. Minggu depan juga!" ucap Sandra tersenyum manis pada Tiara, sedangkan sang anak malah wajahnya terlihat memerah, tanda menolak.

"Haha. Mama kalau bercanda gak lucu deh. Ini bohong kan mah?" sangkal Tiara, ia tidak begitu percaya pada perkataan mamanya barusan.

"Big No! Ini betulan sayang.. Kenyataan! Mama kan udah nurutin keinginan Tiara dari dulu sampai sekarang. Nah, saat ini.. Tiara-lah yang harus patuh terhadap keinginan kami, oke baby!" ungkap Sandra yang berusaha mengelus rambut hitam Tiara yang tebal dan bergelombang, namun Tiara menepis tangan mamanya itu dengan kasar.

"Enggak! Ini gak masuk akal. Sejak kapan Mama mau masukin Tiara ke penjara itu. Pokonya Tiara gak mau masuk pesantren, lebih baik Tiara gak sekolah!" Tiara pun merajuk dan hendak melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Namun sang mama punya ide, agar anaknya ketakutan dan akan menuruti perkataanya saat ini juga.

"Ya sudah, Nak. Kalau kamu tidak mau masuk pesantren, lebih baik mama nikahkan saja kamu sama om Beni. Selain dia masih single, umurnya pun belum sampai 30 tahun. Dia bisa kok langsung papa andalkan untuk memegang perusahaan, terus kamu ada yang jagain deh. Kan mama sama papa bisa tenang jadinya" ucap Sandra sedikit keras agar terdengar oleh Tiara yang sudah melangkahkan kakinya begitu jauh.

"Mama!!!!" berontaknya sambil menangis dan berusaha menolak ide konyol mamanya itu yang ingin menikahkan dirinya dengan seseorang seperti Beni.

"Kenapa, begitu kan keinginanmu?" tanya Sandra yang berusaha mati-matian menahan tawanya.

"Tiara gak mau nikah! Tapi... Tiara juga gak mau masuk pesantren! Argh!! Kenapa hidup Tiara hancur begini sih?!" ungkapnya berdecak kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya yang hitam legam.

"Nak. Papa sama Mama hanya ingin yang terbaik untukmu sayang. Coba kamu liat, bagaimana tetehmu dulu. Kami gak mau kamu pun terjerumus pada pergaulan bebas di luar sana. Mending kamu pilih, menikah? Atau masuk pesantren?" ujar Sandra yang masih bersikap tenang dibalik hatinya yang memberontak ingin tertawa.

"Sumpah deh. Mama sama Papa, jahat! Tega! Kenapa mama begini sih sama Tiara?!" ungkap Tiara yang semakin kesal, ia tak terima dengan pilihan konyol mamanya. Ia merasa tidak bisa memilih salah satunya.

"Nanti Papamu sendiri yang akan berbicara padamu, Nak. Jika kamu tidak percaya Mama, silahkan malam ngobrol sama Papamu, ya?" tawar Sandra yang kemudian dianggukkan oleh Tiara.

"Tiara yakin, Papa akan mendukung keinginan anaknya. Tiara pengen jadi Jaksa! Jangan halangi Tiara untuk mencapai cita-cita itu, inget Ma!" peringatkan Tiara namun sedikit memelas dengan raut wajahnya yang sembab, karena sejak tadi ia terus menangisi takdir yang sudah diambang kehancuran, menurutnya.

"Lihat saja, sayang. Yaudah, kamu mandi dulu gih. Anak perawan ko jorok," ledek sang mama, Tiara pun mencembik.

"Biarin! Biar Tiara gak dinikahin atau dimasukin ke pesantren. Kelar deeeh," Tiara pun menjulurkan lidahnya ke arah mamanya, namun Sandra pun terkekeh dan akan tetap teguh dengan pendiriannya, yaitu memasukkan tiara ke pondok pesantren.

...----------------...

"Pa, yang diucapkan mama, bohongkan?" ungkap Tiara sambil memeluk papanya. Kini mereka sedang duduk dan ngobrol berdua di ruang keluarga.

"Itu benar sayang. Jadi kamu sekarang ini, udah siap masuk pesantren?" tanya Raihan antusias. Tiara pun seketika menekuk wajahnya sebal, lalu melepaskan pelukannya pada sang Papa.

"Papa!!!"

Akhirnya Tiara membuat jurus jitu yang bisa membuat hati papanya luluh. Tapi sayang, Raihan dan Sandra sudah sepakat. Mau anaknya nangis darah sekalipun, keinginan mereka sudah bulat, yakni memasukkan Tiara ke pondok pesantren.

"Maaf, Nak. InsyaAllah ini yang terbaik untukmu. Semoga kamu bisa menerima ini dengan lapang dada. Papa yakin, kiai Rifki dan bu nyai Susi bisa membimbingmu menjadi muslimah sejati. Papa doakan kamu menjadi anak yang sholehah, dunia akhirat. Aamiin" ucap Raihan tulus pada anak keduanya.

"Kenapa teteh dulu gak diginiin aja kayak Tiara? Kenapa harus Tiara yang menanggung penderitaan ini semua? Kenapa? Tiara salah apa sama papa dan mama?" Tiara masih terus saja sesegukkan dengan tangisannya yang begitu menyayat.

Terbesit rasa sesak di hati Raihan, tatkala ia mengingat Santi, anak sulungnya yang terbawa pergaulan bebas dan menyebabkannya hamil di luar nikah. Walaupun saat ini Santi sudah berkeluarga dengan ayah biologis anaknya, tapi tetap saja, anaknya itu berstatus haram dan tak bisa disematkan pada ayah biologisnya walaupun saat ini mereka sudah berkeluarga.

Santi menyesal, karena ia telah terbuai oleh nafsu duniawinya sesaat. Santi akui, ia juga penasaran, bagaimana rasanya menikmati surga duniawi yang telah biasa dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Awalnya ia coba-coba, namun lama-kelamaan, nafsu Andre yang saat ini menjadi suaminya tak bisa terbendung lagi. Akhirnya hubungan terlarang yang dilakukan satu kali itupun berbuah benih dan sialnya, anaknya itu harus wanita.

Begitulah celakanya pria dan wanita yang belum halal namun selalu bersama-sama. Maka tak ada lagi yang menganggu keduanya, kecuali syetan yang akan senang hati menyambut keduanya untuk melakukan dosa terlarang dan akhirnya bisa membawa mereka pada petaka yang berujung penyesalan.

"Sayangku. Anakku yang Sholehah..." belai Raihan lembut pada rambut anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Hem" kini tangis Tiara sudah reda, ia sudah menghentikan jurus tangisnya, karena ia pun sudah capek juga dari tadi pagi ia terus saja menangis oleh keputusan pelik orangtuanya.

"Kamu gak mau kan, nyeret papa ke lubang dosa?" tanya Raihan hati-hati. Ia mencoba membuat anaknya mengerti, mengapa ia semenjaga itu pada Tiara, agar ia tak salah paham.

"Nyeret gimana maksudnya?" ucap Tiara tak mengerti.

"Kamu tau kan peristiwa apa yang menimpa tetehmu nak?" tanya Raihan kembali.

"Hem, Iya. Tau kok pa!" sahut Tiara lemas.

"Nah, hal itu juga yang membuat papa begitu menjaga mutiara satu-satunya ini. Papa gak mau kecolongan lagi, kamu sendiri tau kan? dunia ini sangat kejam sayang. Musibah gak ada yang tau, mau nimpa kita kapan dan di mana. Maka dari itu papa ingin mencegahnya sebelum semuanya terlambat," ungkap Raihan panjang lebar, sedangkan Tiara sedikit merenungkan ucapan papanya kali ini.

"Tapi Tiara bisa jaga diri kok, papa! Tiara kan sering ikut karate sama taekwondo, jadi bisa kan bela diri. Makannya cita-cita Tiara jadi jaksa, ya gitu. Biar bisa nangkap penjahat, lalu menjebloskannya ke penjara." ucap Tuara antusias, namun hal itu malah membuat Raihan sedih.

"Nak. Wanita itu qudratnya di rumah. Wanita itu tidak wajib bekerja. Wanita itu baiknya patuh dan tunduk pada suaminya. Kalau kamu menjadi wanita karir yang sibuk di luar. Siapa yang akan mengurus rumah tanggamu nanti? Siapa yang akan mengurus anak-anak kamu kelak? Tentu wanita yang wajib akan hal itu. Maka darinya, belajarlah! Belajarlah jadi wanita yang sholehah, yang patuh dan turut pada suaminya. Papa yakin, lelaki mana pun ingin istrinya tinggal di rumah. Biarlah urusan nafkah menjadi hak dan kewajiban suami sebagai kepala rumah tangga." nasihat Raihan penuh pengertian pada anaknya.

"Ko papa ngomongnya ngelantur ke mana-mana sih? Tiara kan belum mau nikah, kok condong-condong ke situ segala. Tiara gak suka!" sahutnya sambil cemberut dan menyingkapkan kedua tangannya ke dada.

"Anakku. Umurmu saat ini sudah baligh. Maka ibadahmu, dosamu, kelalaianmu, kebaikanmu, semuanya sudah kamu tanggung, nak! Jika dulu sebelum kamu baligh, semuanya papa yang tanggung. Kini kamu harus menanggungnya sendirian. Dan papa sebagai orangtuamu sekaligus yang bertanggungjawab padamu, papa hanya sekedar ingin mengingatkan, bahwa belajar rumah tangga itu harus dari sejak sekarang. Tidak mandang usia, mau itu muda atau tua. Gimana kalau nanti tiba-tiba ada yang ngelamarmu nak? Tiba-tiba menikah aja. Kamu tentu harus siap jadi seorang istri. Makannya, latihlah dari sekarang.. Gak akan rugi kok, justru kamu yang akan senang dan malah akan terbiasa. InsyaaAllah kamu pun akan dewasa dengan sendirinya" ungkap Raihan panjang kali lebar.

"Huft! Capek.. Ya Allah, kenapa hidup Tiara semenyedihkan ini" keluh Tiara.

"Istighfar nak. Istighfar! Papa sama Mama hanya ingin anaknya terjaga dan terjauh dari maksiat. Bukan mau menjerumuskanmu dalam lubang dosa kok. Bersyukurlah sayang! Ikhlaslah! Yakinlah! semua ini pasti ada hikmahnya"

"Papa gampang bicara gitu, karena papa gak pernah ngerasain mesantren, kan? Kenapa si, kalian tu maksa banget Tiara." Ia pun mellow kembali, akhirnya bulir-bulir air mata pun berjatuhan lagi ke pipinya yang mulus.

"Suatu saat kau akan mengerti, nak!" kini Raihan memeluk anaknya. Ia menerima pukulan dan berontakan dari anaknya itu. Bagaimanapun keputusannya sudah baik, sobatnya pun akan menerima Tiara dengan sabar, seandainya anak itu suatu saat akan membuat ulah di pesantren.

...----------------...

Assalamualaikum Wr. Wb.

Terimakasih Readers yang sudah membaca karya pertamaku di noveltoon.

Semoga kalian suka dan terhibur dengan cerita recehan ini.

Jangan lupa tap tombol like, vote, komennya ya di setiap babnya...

Begitupun ulasannya untuk buku ini😉🤩

Sehat sll readers. Jangan lupa tersenyum dan bahagia :)

Wassalamualaikum wr.wb.

Terpopuler

Comments

Rahma Hayati

Rahma Hayati

2023-10-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!