1. The Day I Met You

Awan biru menghiasi langit pagi itu. Matahari nampak bersinar terang disertai angin berhembus menunjukkan cuaca hari ini cukup bagus di ibu kota. Tak luput dari amatan seorang gadis yang sedang berdiri di dekat jendela apartemennya.

Ting

Bunyi dari oven yang menunjukkan bahwa kue nya sudah matang terdengar, membuat gadis itu segera mengambilnya.

Hari ini adalah akhir pekan. Namun, gadis 24 tahun itu masih sibuk. Sebenarnya, khusus hari ini saja dia sibuk mempersiapkan kue untuk sahabatnya. Mana mau dia menyia-nyiakan akhir pekan tanpa tidur panjang.

Ya, hitung-hitung hadiah ulang tahun untuk wanita lebih tua darinya 7 tahun itu. Ia lupa untuk membeli hadiah kemarin dan wanita itu mengharuskannya untuk datang pukul 7 pagi di sebuah taman. Entah apa yang dipikirkan sahabatnya itu. Mungkin ingin piknik.

Setelah hampir 1 setengah jam ia menyiapkan kue serta dirinya. Gadis itu menenteng tas serta Paper bag berisi kue tadi keluar dari hunian sederhana nya.

Hembusan angin menerpa wajah cantiknya. Ia menyingkirkan sedikit helaian anak rambutnya karena angin. Benar-benar cuaca yang menyejukkan hati. Jarang-jarang ia bisa menikmati seperti ini karena terlalu sibuk bekerja.

Belum ingin mencari keberadaan sahabatnya. Alina tersenyum sambil menutup mata dan menikmati semilir angin.

"Enaknya" gumamnya.

"Alla" terdengar suara seseorang yang memanggil gadis itu. Alina segera membuka matanya menatap taman luas itu mencari keberadaan orang yang memanggilnya.

"Woy" teriak orang itu lagi. Alina menemukannya. Terlihat orang yang akan ia cari berjarak sekitar 2 meter dari nya melambaikan tangan. Wanita itu duduk di alas piknik dengan keranjang rotan di sebelahnya. Wah, benar-benar tebakan Alina tepat. Wanita itu ingin piknik.

Alina pun segera melaju dengan dress se-lutut dengan motif bunga dan rambut yang ia kepang satu.

"Aduh-aduh bu Dokter, tumben banget anda ngajakin piknik begini" ucap Alina sambil ikut duduk di depan wanita itu.

"Biar ada suasana baru say, daripada lo ngorok mulu" ucap wanita itu sambil mengeluarkan beberapa barang dari keranjang.

Alina yang mendengar ucapan itu mencebik kesal, "Ngeselin lo, masih baik gue mau datang".

Wanita dengan dress motif kotak-kotak berwarna biru itu hanya tertawa menanggapi.

Satu persatu kotak makanan dikeluarkan wanita yang sudah menginjak usia kepala tiga itu. "Gue udah siapin sarapan sehat buat lo. Pokoknya kudu lo habisin!"

Alina hanya menatap terkejut wanita di depannya, "kenapa lo jadi yang masak banyak begini, anjir? Lo kan yang ultah?"

Wanita itu memutar bola mata, menjitak kepala gadis itu, "suka-suka gue lah. Gak ada kata kasar hari ini ya, Alina! Awas lo!"

Alina meringis, mencebik kesal.

"Reno mana? Tumben dia gak ada" tanya Alina mengenai kebaradaan satu sahabatnya sekaligus suami wanita itu. Alina melihat sekitar, namun hanya melihat orang lain berlalu lalang, asik dengan sendirinya.

"Ada pasien mendadak tadi. Tapi udah otw kesini" jawab wanita itu membuka kotak makan berisi salad sayur.

Alina tertawa sebentar, "tumben rajin, dia".

"Iyalah, suami gue", wanita itu menaik turunkan alisnya.

Alina menatap kesal, "Iye, apalah gue yang jomblo"

"Makanya cari jodoh" saran wanita itu, menunjukkan senyum manisnya kepada Alina.

"Nanti, masih lama"

Tak lama seorang pria datang menghampiri mereka. "Hai, sayang" sapa pria itu mendekat ke arah pasangannya alias sahabat Alina. Lalu, ia sedikit berjongkok dan mengecup kening wanita itu.

Sedang Alina, ia makan salad buatan wanita bernama Serena Alicia Regantara itu. Tenang, Alina sudah kebal dengan kemesraan kedua sahabatnya itu.

Reynold Xavier Regantara, nama pria 29 tahun itu. Dia ber-profesi sebagai seorang Psikiater. Sahabat Alina pertama sebelum dengan Serena.

Sedang istrinya, Serena Alicia Regantara adalah dokter kandungan. Mereka menikah 2 tahun lalu dengan menjalin hubungan sekitar 4 tahun lalu. Dalam 4 tahun itulah mereka bertiga menjadi sahabat.

Sebelumnya, hanya ada Reno dan Alina yang bersahabat ketika Alina masih menempuh jenjang S1 nya.

Mereka menikmati sepoi angin dan pemandangan hijau dengan sedikit warna dari beberapa bunga yang tumbuh.

Setelah acara tiup lilin yang lumayan diulang beberapa kali karena angin yang cukup kencang, akhirnya mereka memanjatkan doa bersama, lalu menikmati sarapan pagi mereka.

Tidak bisa dibiarkan tersisa begitu saja, makanan buatan dokter cantik itu. Rena memang handal dalam memasak.

"Ck, kenapa lo gak bawa nasi deh Ren? Padahal gue ngiler itu ngeliat telur baladonya" Alina mengerucutkan bibirnya sedih. Percuma tadi dia sudah menghabiskan salad sebagai syarat agar wanita itu mengijinkannya untuk makan telur balado.

"Inget, lambung lo!" peringatnya.

"Terus, gunanya lo bawa itu makanan tuh apa kalo bukan dimakan?" kesal Alina.

Serena menatap gadis di depannya itu penuh peringatan sambil mengulurkan sendok penuh makanan ke arah suaminya.

Bruk

Belum sempat makanan itu masuk ke mulut pria itu, isinya sudah tumpah ke alas piknik kesayangan Serena. Sudah pasti Serena mencebik kesal melihat alas pikniknya kotor. "Alinaaaa, lo mah"

Serena segera mendorong tubuh Alina yang menindih sedikit badannya.

Alina juga nampak terkejut akan dorongan yang tiba-tiba ia dapatkan baru saja, hingga menimpa badan sahabatnya itu. Serta, sialnya tempat makan berisi salad yang hampir habis yang ia bawa juga sudah terbalik. Sepertinya ia harus menyiapkan telinga nya nanti.

"Maaf beneran, bukan gue" sambil memberikan dua jarinya membentuk huruf V.

Reno yang juga disebelah istrinya itu nampak terkejut akan kejadian barusan. Namun, nampak tenang. Ia mengernyit melihat seorang anak laki-laki di sebelah Alina. "Adeknya gak apa-apa?" tanya pria itu membuat kedua wanita yang tadi nampak tak menyadari anak itu, menoleh.

Keduanya nampak terkejut, Alina yang di sebelahnya refleks menunduk, mensejajarkan badannya dengan anak laki-laki itu. Ia melihat bahwa anak itu menunduk. Alina tahu sepertinya tanda-tanda anak lelaki itu akan menangis.

"Hai, kamu gak apa-apa?" tanya Alina lembut ke anak yang Alina tebak umurnya sekitar 3 atau 4 tahun.

Terdengar suara isakan kecilnya. Alina merasa iba, tapi dia juga bingung memperlakukan anak kecil jika menangis.

Ia mencoba memeluk tubuh kecil yang mulai gemetar itu. "Shhh, gak apa-apa" tenang Alina masih memeluk anak itu serta menghapus air mata anak itu yang masih menunduk.

Anak itu mendongak, wajahnya basah, mata cokelat nya menatap Alina. Alina tidak tega. Mata anak itu berkaca-kaca. "Shh, gak apa-apa sayang. Ada yang sakit?" tanya kembali dengan lembut.

Anak itu masih setia menatap Alina, namun, beberapa saat ia mengeluarkan suaranya yang serak karena menangis. "Maafin Lion" ucapnya se-senggukkan.

Alina menampilkan senyum tipisnya, "iya, gak apa-apa". Alina mengelus rambut hitam anak itu, "udah ya nangisnya, nanti hidungnya susah napas lho" ujarnya.

Anak itu mengangguk menuruti Alina dan mengelap air matanya. Alina tersenyum merasa gemas, bulu mata anak itu masih basah. Benar-benar menggemaskan.

Alina segera mengambil tisu di depannya dan mengelap wajah anak itu.

Entahlah, seperti dunia milik mereka berdua. Reno dan Rena melihat interaksi gadis dan bocah itu masih nampak diam.

Namun, diam-diam mereka tersenyum. Di dalam hati Rena mengucapkan doa agar mendapat anak selucu bocah itu nantinya dan juga merasa bahwa sepertinya Alina sudah siap menjadi seorang ibu.

Rena hanya tertawa akan isi hatinya. Reno yang menyadari sepertinya mengerti apa yang dipikirkan istri nya itu yang masih menatap lekat kedua orang di depannya.

Setelah sedikit tenang didekapan Alina, anak itu yang sempat menaruh kepalanya di dada Alina, segera menegakkan kepalanya. Alina yang bingung bertanya, "kenapa?"

"Tadi, Lion lari-lari disana terus sampai sini, dan kaki Lion malah jatuh" ucap anak itu yang terlihat lucu di mata Alina. Anak itu memukul kakinya.

Alina yang melihat mencoba menghentikannya, "Lion, kenapa pukul kakinya? nanti kalau sakit gimana?"

Lion menatap Alina, "kalna kakinya buat Lion jatuh".

Alina tersenyum, "kalau gitu, kakinya dielus-elus dong. Kan kaki Lion gak sengaja"

Lion yang mendengar mengangguk, "gitu ya?"

Alina mengangguk, masih dengan senyuman di bibir dengan polesan lip cream berwarna merahnya itu.

"Kalau gitu, Lion lain kali hati-hati ya!" peringat Alina selembut mungkin dan diangguki anak itu yang membuat Alina gemas, ingin sekali ia mencubit pipi chubby nya. Namun, ia putuskan hanya mengelus pipinya pelan.

Rena yang sedari tadi diam mencoba memberi pertanyaan, "Lion" panggil Rena yang mengetahui nama anak itu karena anak itu memanggil dirinya dengan nama itu.

Lion dan Alina menoleh. "Ehm, udah cocok kek nya La" goda Rena kepada Alina. Alina hanya memberi tatapan maut kepada sahabatnya itu, tahu bahwa tidak boleh ada kekerasan di depan anak kecil.

Rena yang ditatap hanya tertawa, lalu beralih ke arah anak kecil di pangkuan Alina itu. "Lion disini sama siapa?" Rena memberi senyumnya.

Lion mengerjapkan mata yang memiliki bulu mata lentik itu, belum menjawab pertanyaan Rena, malah ia mendongak menatap Alina.

Alina yang ditatap hanya memberi senyum sambil membenahi posisi duduk nya agar lebih nyaman untuk Lion dan mengulang pertanyaan Rena, "coba cerita, tadi Lion sama siapa?"

Anak itu diam sejenak, nampak berpikir, "sama Mami" jawabnya.

"Oh gitu, terus sekarang Mami nya ada dimana sayang? nanti biar tante sama om anterin" tawar Rena yang diangguki dua orang lain disana.

"Ini, Mami Lion" jawabnya sambil mendongak menatap Alina.

Ketiganya terkejut. Reno yang minum pun tersedak. Rena hanya diam terkejut dan Alina sedikit membuka mulutnya.

Alina tertawa palsu, menatap anak di pangkuannya itu, "Lion, kan kita... baru ketemu" ucap Alina menjelaskan hati-hati.

Anak itu hanya menggeleng, lalu menenggelamkan kepalanya di dada Alina. "Lion" panggil Alina hati-hati, takut menyakiti hati anak itu.

Alina menatap dua orang disebelahnya bingung, meminta bantuan.

"Lion" panggil Rena. Dia juga nampak kebingungan sambil menatap sekitar, mungkin saja ada orang yang sedang mencari anak itu.

"Gini sayang, coba deh lihat tantenya. Lion, inget Mami nya Lion ya dirumah?" tanya Rena hati-hati.

Lion menggeleng, "No" jawabnya. "Ini Mami nya Lion, tante" jelas anak itu masih di posisinya.

Tak lama seseorang datang menghampiri mereka. "Den Lion" panggil wanita tengah paruh baya itu mendekat ke arah tempat 3 orang dewasa dan 1 anak kecil itu duduk.

Anak itu nampak mengangkat kepalanya mendengar suara itu, menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Namun, Lion kembali menelisipkan kepalanya kembali di dada Alina dengan sedikit keras hingga terdengar suara 'dug'.

Alina sedikit terkejut dengan itu. Namun, kembali ia menatap wanita itu. "Maaf, ibu siapanya Lion ya?"

Wanita itu nampak menelisipkan kedua kakinya ke belakang, "saya kerja di rumah den Lion, mbak" jelasnya. Alina mengangguk, "maaf ya mbak, malah ngerepotin gini"

"Eh, enggak kok bu"

Wanita itu nampak akan mengambil alih Lion dari Alina. Namun, sepertinya anak itu enggan melepas pelukannya di pinggang Alina.

"Den, Papa udah datang lho. Papa nya udah nungguin" jelas wanita itu.

"Lion mau sama Mami, Bi" ucap anak itu nampak bergetar tubuhnya.

Alina yang merasakan, mengelus puncak kepala Lion, mengeratkan pelukannya. "Lion, Papa Lion kan udah nungguin, nanti Papa khawatir nyariin Lion gimana?"

Wanita itu nampak bertanya dengan apa yang diucapkan anak dari Tuannya itu dalam hati. "Nanti kan mau ketemu Mama nya den Lion habis ini".

Anak itu menggeleng keras, "Lion mau Mami!" sentak anak itu sedikit mengeluarkan suara keras.

"Shh, kok gitu ngomongnya. Coba pelan-pelan ngomongnya" peringat Alina lembut.

Lion hanya diam masih dengan tangisan di dada Alina.

"Kalau gitu mbak, saya boleh titip sebentar? Saya mau panggil Papa nya dulu"

Alina hanya mengangguk. Dia tambah kebingungan sekarang, apalagi dua sahabatnya juga hanya diam.

"Shut" panggil Rena. Alina hanya menanggapi dengan deheman.

Rena membisikkan ke telinga Alina, "*Lo bener, gak kenal dia? Kok dia panggil lo Mam*i?"

Alina hanya menggeleng sambil menaikkan pundak tanda ketidak tahuan.

Reno yang mengamati nampak ber-komentar, "Kayanya, dia kangen sama Mami nya, biasanya begitu. Mungkin, karena sedikit perhatian Alina buat dia nganggep Alina sebagai sosok seperti Maminya"

Alina diam, Rena nampak menganggukan kepalanya "iya kali ya".

Seorang pria dengan kemeja putih di gulung bagian lengan nampak mendekat.

Suara beratnya nampak memanggil nama Lion. Ia mendudukkan diri di rerumputan hijau alih-alih alas piknik milik Rena. Tak peduli akan celana hitamnya yang kotor.

"Lion, Papa disini" ucap pria itu. Nampak tak menyapa ketiga orang dewasa disana. Hanya terus memandang punggung anaknya.

Alina menatap pria itu. Satu kata terselebat di pikirannya, tampan. Alina yang sadar akan pikirannya segera membuang jauh-jauh, mengingat bahwa anaknya ada di pelukannya.

"Lion" Alina juga ikut memanggil anak itu, mencoba meyakinkan kembali. Namun, tak ada sahutan. Getaran anak itu juga sudah berhenti. Alina mencoba menunduk dan meng-cek anak itu. Napasnya hangat dan tenang. Lion tertidur, sepertinya lelah menangis.

Alina menatap ayah dari anak itu, "Maaf Pak, sepertinya Lion tertidur".

Akhirnya, tatapan mata Alina dengan sosok pria itu bertemu. Dingin, terasa dari tatapan tajam pria itu.

Alina meneguk ludahnya, mengalihkan pandangannya.

Pria itu segera mengambil alih Lion dari pangkuannya, menggendong anak itu. "Terimakasih atas bantuannya" ucapnya dan berlalu pergi.

"Buset" suara Rena terdengar setelah pria itu menjauh. "Dingin banget tuh orang"

"Heh" Reno bersuara. "Jangan naksir! aku lebih ganteng"

"Iya, tapi ganteng dia. Ya gak, La?"" Rena tertawa sumbang.

Alina hanya diam, menatap kepergian anak itu.

...■■■...

Terpopuler

Comments

Wawan

Wawan

Lanjiuiut ...✍️

2023-07-23

0

Ayong S Oktaviani

Ayong S Oktaviani

cerita ny bagus jangan lupa mampir di cerita ku yak kak...

2023-06-14

1

IG : Gledekzz97

IG : Gledekzz97

Hanya memberikan masukan untuk kak author, sudah kata percakapan jangan lupa di beri titik. Tetap semangat dalam berkarya 💪, aku suka dengan novel kak🤗

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!