Raphael mengantar Victoria sampai ke kediaman orang tuanya.
“Saya akan bermalam di sini,” ucap Victoria.
“Baik, saya akan jemput anda besok di sini.”
Victoria masuk ke dalam rumah orang tuanya.
“Victoria, katakan pada papa. Kakekmu yang mengatur ini semua, ‘kan?” ucap Immanuel.
Victoria duduk di sofa dan bersandar. Dia terasa lelah hari ini.
“Kakek sendiri sudah mengatakan tadi, dia tidak pernah memaksa siapapun.”
“Lalu, kenapa tiba-tiba kamu ingin menikah? Kamu ingat apa yang kamu katakan pada papa saat kamu resmi menggantikan kakek? ‘Aku tidak ingin menikah. Tidak ada seorang pria pun yang layak bersanding denganku. Jadi, papa jangan menuntut cucu dariku.’. Begitu.”
“Aku mengatakan itu?”
“Iya. Tanya saja mama. Ma, iya, ‘kan?”
“Iya, Victoria. Kamu bersikeras tidak ingin menikah,” sahut Isabella.
“Tapi saat itu aku belum bertemu dengan Noah Specter,” ucap Victoria.
“Memang apa hebatnya Noah Specter?” sahut David, kakaknya Victoria, yang tiba-tiba keluar dari kamar.
“Kakak? Aku pikir kakak pulang ke rumah kakak.”
“Sstt… jangan kencang-kencang. Jacob baru tertidur. Kamu belum menjawab pertanyaan kakak. Apa hebatnya si Noah Specter dibandingkan dengan kakak?”
“Dia pin…tar…?” Victoria menjawab dengan terbata-bata.
“Hey, kamu pikir kakakmu bodoh? Papa sudah menyekolahkan dia sampai keluar negeri dan meraih 2 gelar sekaligus,” sahut Immanuel.
“Ah, tidak tahulah. Memangnya aku tidak boleh menikah dengan dia? Seperti mama dan papa, yang awalnya menikah karena kepentingan tapi baru saling mencintai setelah menikah,” Victoria membela diri.
“Tapi belum tentu kamu juga akan seperti kita, Victoria,” ucap Isabella.
“Setidaknya aku ingin mencoba. Kalau aku tidak mencoba, aku tidak akan tahu. Lagi pula, ini menguntungkan kedua belah pihak. Win-win. Aku lelah, aku ingin menginap di sini. Boleh, ‘kan?” ucap Victoria.
“Oh, boleh boleh. Sebentar mama minta pelayan menyiapkan kamar untukmu,”
“Anak nakal. Bisa-bisanya kamu menikah karena kepentingan.” ucap David.
“Kalau tidak seperti itu, aku tidak akan menikah,” balas Victoria.
“Papa ingin bertemu dengan dia sebelum kalian menikah,” ucap Immanuel.
“Kakak juga,”
“Untuk apa, pa? aku saja tidak akan bertemu dia lagi sampai hari pernikahan tiba,” balas Victoria.
“Ya, papa harus tahulah seperti apa laki-laki yang akan menikahi putri papa,”
“Cari tahu saja di internet, banyak,” balas Victoria.
“Pa, kalau aku jadi papa, sudah aku gorok lehernya kalau punya anak modelan seperti Victoria,” ucap David.
“Papa bukan kakak, wleee!”
“Apa katamu?!”
“Victoria, kamarmu sudah siap!” teriak Isabella dari lantai atas.
Victoria langsung naik ke atas untuk lari dari David.
DI DEPAN GEDUNG KANTOR KEJAKSAAN
“APA?! Menikah?!”
“Dena, hanya 1 tahun, Dena. Tidak, aku akan menangkap pelakunya sebelum 1 tahun. Kamu percaya ‘kan sama aku?”
“Lepaskan aku! Lepaskan tangan aku!”
“Dena, tidak, Dena. Aku tidak akan melepaskan kamu. Aku tidak mencintai dia, Dena. Yang aku cintai itu kamu.”
“Apa benar hanya 1 tahun?”
“Iya. Dena, aku mencintaimu. Kamu tahu aku sangat ingin menikah denganmu. Tapi wanita ini benar-benar iblis, Dena. Aku harus menangkapnya dan terpaksa menggunakan cara seperti ini. Jangan marah lagi, ya? Aku janji tidak akan ada yang berubah dari kita.”
“Janji?”
“Janji.”
Keesokan harinya, Raphael dan Noah pergi mengurus persiapan pernikahan. Mulai dari gedung, dekorasi, perlengkapan seperti cincin, gaun, sepatu tinggi. Noah heran kenapa Raphael bisa mengetahui semua ukuran Victoria.
“Untuk gaun, sepertinya dia harus datang sendiri dan mencobanya. Bagaimana kalau tidak pas? Karena dia yang akan memakainya. Bagaimana kalau tidak pas? Dia merasa sangat tidak nyaman sepanjang acara nanti,” ucap Noah.
“Itu tidak akan terjadi, Pak Specter. Tenang saja,” balas Raphael.
“Bagaimana dengan pendaftaran pernikahan? Bukankah dia harus hadir untuk pengambilan foto?”
“Bu Victoria sudah melakukan pengambilan foto di studio lain dan hasilnya akan segera dikirimkan. Untuk kelengkapan berkasnya juga sudah saya siapkan,”
Wah… atasan dan bawahan ini berhasil membuatku kesal. batin Noah.
Setelah mendaftarkan pernikahan…
“Terima kasih, Pak Specter. Kabari saya kalau jika membutuhkan sesuatu,” ucap Raphael.
“Katakan padanya untuk datang di hari pernikahan nanti. Karena itu tidak bisa digantikan oleh asistennya,” balas Noah.
“Tenang saja, Pak Specter. Itu tidak akan terjadi. Kalau begitu, saya permisi.”
Cih… banyak gaya sekali dia. Sebenarnya aku akan menikah dengan dia atau asistennya, sih? Hari ini juga hari Sabtu, dia sibuk ngapain, sih? Dan kenapa asistennya laki-laki?
“Ayo, tembak terus, Jacob! Sebelah sini, Jacob! Iya, benar! Terus, terus!” ucap Victoria.
“YAAAYYY!!!!!” Victoria dan Jacob berseru dam bertepuk tangan.
“Onty, ayo kita main 1 ronde lagi!” ucap Jacob.
“1 ronde?”
“Iya!
“Coba plis dulu ke onty,”
“Onty, plisss!”
“Aa… gemes sekali! Kiss dulu. Ayo, kita main lagi sampai langit menghitam, oke?”
“Victoria, asistenmu datang,” ucap Isabella.
Raphael sampai di ruang tengah dimana Victoria dan Jacob sedang bermain game online di sana.
“Hey, Raf. Sudah kamu urus semuanya?” tanya Victoria yang bermain game dengan fokus dan tidak menoleh.
“Sudah, bu. Untuk buku nikahnya, ibu harus tanda tangan di sebelah sini,” ucap Raphael.
“Nanti saja,”
“Baik, bu. Dan… Pak Noah sepertinya ingin fitting bersama anda. Bagaimana, bu? Perlukah saya jadwalkan?” tanya Raphael.
“Kalau aku menyuruhmu mengurus semuanya, itu artinya aku tidak bisa sama sekali,” jawab Victoria.
“Jadi, yang akan menikah itu kamu atau Raphael?” sahut David.
“Tentu saja aku. Tapi kalau Raphael yang mengurus, itu sama saja aku yang mengurus,”
“Mana bisa sama begitu? Raphael tidak bisa mencobai gaun pengantinmu,” sahut Immanuel.
“Tapi Raphael tahu ukuranku. Karena Raphael bukan asisten biasa. Dia orang kepercayaanku. Maka dari itu, aku percayakan semuanya ke dia. Serang, Jacob! Tembak! Tembak!!,” ucap Victoria.
Immanuel menarik ponsel Victoria. “Pergi fitting atau tidak akan papa kembalikan ponselnya,”
“Baiklah, baiklah. Raphael, masukkan fitting ke jadwalku hari Senin,” ucap Victoria.
“Baik, bu.”
“Sudah, ‘kan?” Victoria meminta kembali ponselnya.
“Ah, onty! Kita kalah!” seru Jacob.
“YAHH!”
“Jacob, ayo mandi dulu,” ucap Mandy, istri David.
“Onty, aku mandi dulu, ya! Habis aku mandi, kita lanjut main lagi, ya!” ucap Jacob.
“Siap, bos!”
“Kamu ini sudah berumur 7x lipat dari Jacob, masih saja bermain game,” ucap David.
“Kalau bukan aku, Jacob akan bermain sendirian. Mungkin sudah waktunya kakak memberikan adik untuk Jacob.”
“Bagaimana kalau kamu dulu?”
“Raphael, apa kamu sudah pernah berkunjung ke taman belakang? Belum, ‘kan? Yuk!” ucap Victoria yang bergegas pergi ke taman.
“Untuk fitting… aku merasa aku tidak harus melakukan itu. Kalau aku melakukan itu, sama saja aku tidak mempercayaimu,” ucap Victoria.
“Tidak sama sekali, bu. Lakukan saja seperti formalitas,”
“Oh, ya. Bicara soal formalitas, kakek memintaku untuk merilis pengumuman pernikahan. Lakukan itu di hari Senin jam 9 tepat bursa efek buka.”
“Baik, bu.”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Ketrin Safira
semangat tor meskipun masih banya typo nya
2023-10-09
1