Penantian Selama Ini

Penantian Selama Ini

Bab 1

"Mas, aku tak ingin kau pergi dari sini. Aku bisa tak memperdulikan perkataan mereka, asalkan kita tetap terus bersama dan berusaha." Lita menyandarkan kepalanya ke bahu pria yang bernama Andi.

"Kau mungkin bisa mengabaikannya, tapi aku tak sanggup bila orang tua mu mengatakan itu pada ku. Akan aku buktikan bahwa diri ku layak bersama mu suatu saat nanti. Lita, tunggulah mas pulang dan kembali melamar mu, dengan sebagaimana permintaan dari orang tua mu." Andi berjalan meninggalkan Lita yang masih duduk di gubuk tengah sawah milik bapaknya Lita.

"Mas Andi..?!" Lita menatap kekasihnya itu.

Malam harinya...

Lita masih terus memikirkan kekasihnya yang pergi merantau untuk mengumpulkan uang, hati Lita tak mengizinkan namun apalah daya itu jalan satu-satunya agar Andi berpenghasilan dan dapat menikahi Lita segera. Namun Lita dan Andi tidak menyadari godaan dan ujian begitu banyak di kota besar. Keputusan dan tekad Andi sudah bulat, Lita hanya dapat berharap Andi kekasihnya segera kembali ke sisinya lagi dan segera melangkah ke pelaminan.

Di Jakarta, Andi sampai disana pagi hari, ia berangkat dari kampungnya daerah Sumatra. Hatinya bersyukur sudah menginjakkan kakinya di ibu kota, tapi dirinya masih bingung mau kerja di mana saat itu. Dan paling bingung harus tidur dimana nanti malam, pagi itu juga Andi mencari penginapan murah sambil melihat lowongan pekerjaan.

Andi tak hentinya bertanya kepada orang-orang yang ia lewati, iya bertanya tentang adanya lowongan pekerjaan. Namun semua orang yang ia tanya tidak ada yang menanggapi dirinya, sampai saat itu Andi melihat seorang pria tua berlari dan menabrak semua orang yang ia lewati.

"Copet tolong...! Tolong dompet saya di bawanya! Mas tolong copet mas, tolong dompet saya dia ambil!" seorang wanita berkulit putih berteriak dari kejauhan.

Andi yang merasa jiwanya terpanggil untuk menolong dan menjadi pahlawan di hari itu, ketika pencopet itu berlari ke arahnya, dengan cepat Andi menjegal kaki pria pencopet itu.

"Brukkk!"

Pria paruh baya itu jatuh tersungkur di hadapan Andi, dengan cepat dirinya merebut dompet yang ada di tangan copet tersebut.

"Hah!

"Hah!

"Hah!

Wanita itu berhenti di hadapan Andi, nafasnya terengah-engah dan mencoba menstabilkan kembali detak jantungnya yang telah lelah berlari mengejar pencopetan.

"Copet woi, copet lu yah?! Dasar kurang ajar! bugh, bagh, bugh!"

Seluruh warga memukuli pencopet itu, namun Andi merasa kasihan melihat pria paruh baya yang dipukul oleh orang banyak. Andi pun menyuruh warga tersebut untuk membawa copet itu ke kantor polisi. Agar mendapat keadilan dan hukuman disana, Andi dan wanita yang menjadi korban juga ikut kesana untuk menjadi saksi dan juga pelapor sebagai korbannya.

Rania wanita yang saat pagi itu akan berbelanja di pasar dan malah kecopetan saat hendak masuk ke dalam mobilnya untuk pulang ke rumah. Andi mengantar Rania berjalan ke arah mobilnya agar tidak ada lagi kejadian yang mencopet dompet miliknya.

"Mbak nyetir sendirian?"Dimana supirnya mbak?" Andi mencoba mencari tahu, dan mencari seseorang disana.

"Saya sedang mencari supir pribadi mas, tapi belum menemukannya. Sebenarnya saya sangat butuh supir saat ini, karena saya sangat repot kalau harus mengurus anak-anak pergi ke sekolah dan mengantar mereka. Sedangkan saya juga harus belanja, masak dan yang lainnya." ujar Rania dengan lembut.

"Loh, suami mbak kemana memangnya? Kan bisa mengantar anaknya dan membantu mbak sekalian." mereka berbicara sambil masih melangkah.

"Suami saya sudah tiada mas, sekarang saya menjadi singel parents. Mas, terima kasih ya sudah menolong saya. Kalau gak ada mas tadi..., saya gak tahu bagaimana." ujar Rania sembari membuka pintu mobilnya.

"Mbak, maaf boleh gak saya melamar menjadi supir pribadi anda. Saya sedang mencari pekerjaan, dan baru datang dari desa. Kalau Mbak berkenan saya ingin menjadi supir pribadi yang mengantar anak mbak dan kemana saja setiap hari." Andi memberanikan dirinya untuk menjadi supir Rania hari itu.

"Oh ya, mas lagi butuh pekerjaan? kalau begitu kebetulan sekali bila Mas ingin menjadi supir pribadi saya. Mari Mas ikut ke rumah saya, dan Mas sudah bisa bekerja mulai besok." Rania menjelaskan bahwa Andi sudah ia terima.

"Karena untuk hari ini saya tidak pergi ke kantor dan anak-anak juga libur sedang berada di rumah Omanya." Andi pun masuk ke dalam mobil menggantikan Rania yang tadinya akan menyetir mobil tersebut.

Kini mobil itu Andi sendiri yang menyetir dan Rania yang memberi tahu jalan menuju ke rumahnya. Rania sangat senang kali ini akan ada supir pribadinya yang akan menemani dan membantunya nanti. Dan ia akan sangat terbantu dan bisa lebih mencintai dirinya, memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Tak beberapa lama mereka sampai di depan rumah, Andi sangat terkejut melihat rumah besar milik Rania.

"Ini rumah Mbak nya? Mbak pemiliknya atau..., maaf mbak?!" ucap Andi yang penasaran.

"Oh gak apa kok mas, kebetulan ini rumah saya sendiri, dan pemberian almarhum suami saya." Rania melangkahkan kakinya membuka pintu rumahnya.

"Saya pikir mbak seperti orang biasa lainnya, dan berbelanja ke pasar sendirian begitu. Membuat saya heran, biasanya kan orang seperti mbak begini sukanya ke swalayan. Gak mau ke pasar yang super becek dan kotor." Andi melihat sekeliling rumah Rania setelah masuk ke dalamnya.

"Saya sudah terbiasa belanja ke pasar, karena semuanya segar-segar. Kebetulan art saya lagi ke rumah Oma karena ada arisan hari ini, jadi ikut membantu disana." Rania membuka bagasi mobilnya dan mengangkat barang belanjaannya.

Andi ikut membantu Rania dan mencoba mencari perhatian, Rania juga menunjukkan ke Andi kamar untuknya yang terpisah dari rumah Rania. Kamar kosong itu ada di samping rumah besar tersebut, tapi masih di dalam kawasan rumah wanita itu. Kamar itu dulu bekas kamar supir pribadi lamanya, yang sudah beberapa lama kosong. Semua barang Andi diletakkannya ke dalam kamar tersebut, Rania pun menyuruh Andi untuk beristirahat karena pasti capek baru sampai ke Jakarta.

Setelah itu Rania pun mandi membersihkan dirinya saat semua belanjaannya di rapikan ke dalam kulkas. Wanita itu siap untuk pergi ke rumah Oma, yaitu rumah mamanya. Satpam yang berjaga di depan gerbang pun membukakan pintu gerbang disaat Rania pergi dengan mobilnya.

Andi pun beristirahat dan tertidur pulas di kamarnya, saat itu baru menyadari bahwa dirinya belum makan. Satpam itu pun mengetuk kamar Andi dan memberikannya sebungkus nasi titipan Rania dari rumah mamanya yang sedang arisan tersebut. Andi dan satpam itu pun menjadi akrab satu sama lain, Andi banyak bertanya kepada satpam itu tentang Rania.

Satpam itu mengatakan bahwa majikannya itu sangat baik, dan juga sayang keluarga. Satpam itu tak berani mengatakan hal yang lain lagi karena ia merasa tak ingin bicara kepada Andi yang baru saja ia kenal. Tetapi Andi sudah merasa ada sesuatu yang mencurigakan dari satpam tersebut, sikapnya yang begitu ramah kepada Rania. Padahal dirinya sudah berumur dan seharusnya sudah bisa pensiun dari pekerjaannya itu.

BERSAMBUNG......

Terpopuler

Comments

Nm@

Nm@

Tak bisa move on, mampir kak

2024-06-27

0

Bangu Thry Wulandari

Bangu Thry Wulandari

keberuntungan andi tuh dapat pekerjaan yang dibutuhkan hanya dengan membantu orang yang kecopetan.

2023-06-03

2

Ir Syanda

Ir Syanda

Cobaan hubungan antara Lita dan Andi sepertinya adalah wanita ini 🤭

2023-05-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!