"kecewa?" Mungkin ini yang dirasa oleh Kanaya saat ini, kenapa setelah waktu dari kemarin sampai detik ini Bumi tak juga membahas mengenai malam itu.Apa Bumi tidak merasa bersalah telah melakukan pemaksaan padanya.
"Nay..kok melamun, kamu gak apa-apa Mas tinggal?"
Kanaya masih belum merespon apa-apa. Ia masih sibuk dengan pemikirannya sendiri.Tak sadar air matanya lolos begitu saja, bukan karena akan ditinggal oleh sang suami , namun karena prasangka yang terus timbul pada dirinya.
'Apa selama ini Mas Bumi tidak menyadari apa yang dia lakukan padaku? Atau selama ini ia merasa tidak bersalah sama sekali dengan kejadian itu. Lalu bagaimana jika ia tidak mau mengakui tentang aku yang telah..Apa aku bilang saja jika saat ini aku sudah..'
Lamunan Kanaya buyar saat Bumi menggoncang tubuhnya, seketika ia menatap sang suami.
"Ia Mas."
"Kok melamun? Kamu lagi mikirin apa?"
"Gak Mas, oh ya tadi Mas Bumi bilang apa? Maaf Naya gak fokus."
"Mas mau kembali ke jakarta siang ini, kamu gak apa-apa Mas tinggal pulang.Tapi Mas janji akan sering datang kemari, atu jika kamu libur telepon Mas, nanti Mas jemput ya."
"Baik Mas." jawab Kanaya lirih.
"Jangan gak semangat gitu donk, Kan ini demi pendidikan kamu,atau mau pindah di fakultas jakarta aja? Mas sanggup ko biayain kuliah kamu di sana?" ucap Bumi memberi tawaran terbaik. Karena jujur ia juga ia ingin lebih dekat dengan istri kecilnya itu.
"Enggak Mas, Naya sudah betah kuliah disini, lagipula baru saja masuk kuliah masa udah pindah."
"Ya sudah kalau kamu maunya begitu, tapi ingat ya kamu harus selalu kirim kabar jangan kaya kemarin."
"Iya Mas."
Setelah sarapan besama, Bumi mengantar Kanaya sampai gerbang kampus sekaligus ia juga berpamitan untuk kembali ke jakarta, sebelum Kanaya keluar dari dalam mobil,Bumi mengajak Naya bicara sebentar.
"Ingat pesan Mas tadi ya Nay, kamu jaga diri baik-baik, cincin nya jangan sampai lepas dan..." Bumi merogoh dompet di saku celananya, lalu memberikan sebuah kartu ATM.
"Pake ini untuk semua kebutuhanmu, tiap bulan akan Mas transfer, harus selalu kamu gunakan ya, karena ini nafkah dari Mas."
"Mas aku masih ada tabungan kok."
"Itu tabungan kamu simpan saja, kamu pake uang suamimu ya, pin nya tanggal pernikahan kita."
Kanaya kembali tersenyum,karena Bumi teryata masih ingat saat mereka menikah dulu.
"Baiklah jika Mas Bumi maunya begitu,aku masuk dulu ya Mas." Ucap Naya yang akan membuka pintu mobil namun tangannya segera di cegah oleh Bumi.
"Tunggu Nay!"
"iya Mas,ada lagi?"
"Ada Nay, kamu melupakan sesuatu." Bumi mengulurkan tangannya.
"Salim."
Kanaya tersenyum lalu menempelkan punggung tangan Bumi dan dan akan menciumnya. Namun dengan cepat Bumi merengkuh tubuh itu dan dipeluknya erat.
Pria itu menghirup aroma wangi tubuh sang istri,sambil berbisik.
"Mas pasti akan rindu kamu Nay."
Bumi melepaskan pelukan itu dan mencium kening Kanaya setelahnya.
"Masuklah nanti kamu terlambat!"
Naya mengangguk,lalu ia membuka pintu dan menutupnya.
"Mas kabari jika nanti sudah sampai jakarta, Mas pergi sekarang ya." Bumi mulai menutup kaca jendela mobilnya dan setelahnya mobil itu melaju meninggalkan Kanaya.
Setelah memastikan mobil sang suami benar-benar menjauh, Kanaya masuk ke dalam kampus, dari kejauhan Dosen Kanaya melihat apa yang baru saja di lakukan mahasiswanya itu. Salam hati bertanya apa perempuan itu sudah menikah? Atau sudah punya pasangan?"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
🇵🇸Kᵝ⃟ᴸ📴
diem aja kalian sampai salah paham
2025-03-25
0
Zainab Ddi
Kanaya jujur mustinya
2024-01-12
1
Enung Samsiah
kanaya nngk mual ya dede bayi mau dket ayahnya jd nggk rewel
2024-01-02
0