Azka membawa gadis itu ke hutan tempatnya bermalam. Dia meletakkan gadis itu dan kembali melanjutkan makan malamnya. Gadis yang keadaannya belum sadarkan diri telah Azka selimuti dengan jubah miliknya.
Azka yang menggigil kedinginan reflek memeluk tubuhnya sendiri, "Ternyata cuaca malam ini lebih dingin dari biasanya." Ucap Azka sambil mendekat ke api unggun.
Gadis berambut hijau muda yang sedang terluka itu tiba tiba membuka matanya secara perlahan dan melihat Azka dengan tatapan bingung. Azka yang mengetahui gadis itu sudah bangun tetap menghangatkan tubuhnya seakan tidak peduli.
"... Terima kasih," Ucap gadis itu pelan.
"Kau sebaiknya tidak usah memaksakan diri untuk berterima kasih." Sambung Azka tanpa melihat ke arah gadis itu.
Suasana menjadi hening seketika saat Azka mengatakan itu. Gadis itu terbangun dan menyadari bahwa jubah yang digunakan untuk menyelimutinya adalah milik Azka.
"Namaku Tricia ... Tricia Zinnia." Gadis itu memperkenalkan diri sambil menahan sakit.
Azka hanya diam memakan dagingnya.
"Na-namamu Azka kan?" tanya Tricia dengan gugup. "Aku sempat mendengar pasukan Lancer itu menyebut namamu jadi ... aku bisa tau kalau itu adalah namamu." Lanjut Tricia menjelaskan sambil menatap Azka.
Azka menghela nafas, "Ya ... itu namaku," jawab Azka.
"A-aku sangat berterima kasih karena menolongku dari mereka." Tricia tertunduk karena takut dengan Azka yang bersifat dingin padanya.
Azka mengeluarkan obat dan mengoleskan di beberapa lukanya tanpa membalas perkataan gadis itu. Tricia mengangkat kepalanya perlahan melihat sekitar dan menyadari telah ada beberapa obat di sampingnya.
"Pakai lah obat itu untuk lukamu," Sambung Azka datar.
Tricia mengambil obat pemberian Azka dan menuangkan beberapa tetes obat di sekitar kakinya yang penuh luka. Sambil menahan sakit Tricia terus menuangkan beberapa tetes obat di seluruh kaki dan tangannya.
"Terima kasih." Tricia tersenyum melihat Azka.
Azka menatapnya dingin, "Apa kau sudah bisa berjalan? Aku punya makanan jika kau mau."
Tricia mencoba untuk bangun dan mendekat ke depan api unggun.
Tricia mengembalikan jubah milik Azka, "Maaf ... kamu pasti kedinginan."
Azka terdiam menatap mata Tricia yang berwarna coklat. "Tidak usah ... kurasa kau lebih membutuhkannya."
Azka lalu berpaling dari pandangan gadis itu.
"Makan lah ini." Azka memberikan potongan daging ke Tricia.
"Te-terima kasih."
Tricia ragu ragu mengambil daging itu. Dia bingung karena Azka tiba tiba sangat baik.
Azka yang sambil menghangatkan tubuhnya itu bertanya, "Kenapa kau di serang oleh mereka?"
Tricia terdiam dan membalas, "Mereka berniat ingin menjualku ke tempat perdagangan budak." Tricia menunduk dengan bibir bergetar.
Azka terkejut mendengar jawaban Tricia, "Kenapa para Lancer melakukan itu?!"
"Itu hal yang sering di lakukan oleh mereka untuk mendapatkan uang tambahan."
Kenapa aku baru tau tentang hal ini? benak Azka bingung.
"Aku adalah salah satu orang yang selamat dari peperangan 5 tahun yang lalu. Kami yang selamat dari kejadian itu terlantar karena desa tempat aku tinggal telah di hancurkan. Oleh karena itu kami yang tersisa kemudian di tangkap dan di jual ke pasar gelap perdagangan budak oleh beberapa pasukan Lancer." Tricia menjelaskan dengan dengan raut wajah sedih.
Azka yang mendengar itu terdiam dan mengingat bayang bayang desanya yang juga di hancurkan pada saat ia masih kecil. Mengingat semua itu hanya membuat Azka semakin geram.
Azka membuang nafas berat, "Apa kau pernah meminta tolong kepada pasukan Lancer yang lain?"
"Jika itu memang bisa menolong teman-temanku sudah lama aku melakukannya tapi percuma saja ... banyak dari mereka yang tidak percaya padaku."
"Sepertinya aku mengerti apa yang kau maksud."
Azka memiliki pengalaman buruk tentang pasukan Lancer. Dia sangat mengerti bagaimana busuknya pasukan Lancer.
"Enak." Tricia memakan daging pemberian Azka sambil tersenyum.
"Benarkah?" Azka kebingungan karena baginya daging yang dia makan benar benar hambar.
Tricia mengangguk pelan sambil melanjutkan makannya.
Azka terdiam menatap Tricia yang tersenyum lembut seolah tak terjadi apa apa padanya.
***
Keesokan Harinya, Matahari yang sedikit meninggi di tengah hamparan padang rumput yang luas. Azka terlihat telah mengalahkan beberapa Mousse untuk di jual.
"Kita akan pergi ke kota siang ini,"Ucap Azka sambil berjalan memungut beberapa Mousse.
Tricia yang melihat Azka mengalahkan Mousse dengan mudah hanya bisa terdiam.
"Ba-baik," Tricia mendekat dengan perasaan gugup.
"Oh iya, ini punyamu, kan?" Azka mengeluarkan sebuah panah yang sudah patah.
Tricia yang melihat panah itu seketika terdiam, "... iya itu punyaku, dimana kau menemukannya?" tanya Tricia sedih.
"Tidak jauh dari tempat kau pingsan," jawab Azka datar melihat Tricia, "kita akan memperbaiki panahmu saat sudah sampai di kota."
Sebelum membawa Tricia, Azka menemukan sebuah panah yang tidak jauh dari tempatnya pingsan. Dia berpikir kalau panah itu miilknya dan ternyata benar.
Tricia tampak senang mendengarnya, "Benarkah?"
"Ayo kita pergi," Azka pergi dengan membawa Mousse yang sudah di ikat.
***
Mereka berdua pun sampai di kota Olean yang terlihat tidak terlalu ramai. Tricia terdiam melihat sekeliling kota dan menyadari ada beberapa anak kecil berjalan menunduk dengan pakaian lusuh mengikuti salah seorang pasukan Lancer dari belakang.
Tricia yang terlihat iba melihat mereka tiba tiba mengeluarkan suara perut karena lapar.
"Kau ...." Azka tiba tiba mendekat menatapi Tricia.
Tricia memerah karena kaget melihat Azka datang tiba-tiba, "Ma-maaf." Tricia tertunduk malu.
Azka menghela nafasnya, "Sebelum memperbaiki panah milikmu ayo kita cari makan siang," ucap Azka.
Tricia menggelengkan kepalanya, "A-aku tidak begitu lapar," bisik Tricia memerah.
Azka hanya diam melihat tingkah Tricia. Tricia sepertinya malu mengungkapkan kalau dia sedang lapar.
"Tapi aku sedikit lapar ... kemari ikuti aku." Azka berjalan dan dikuti oleh Tricia dari belakang.
Mereka berdua masuk di sebuah kedai dan terlihat para pengunjung yang melihat ke arah mereka dengan tatapan bingung.
"Oi, apa aku bisa pesan makan?" panggil Azka kepada pelayan
Pelayan yang menatap Azka dengan perasaan gugup menjawab, "Bo-boleh," pelayan itu mendekat ke meja Azka dan Tricia.
"Berikan aku makanan yang paling murah dua," ucap Azka dingin.
"Anu ... kenapa?" sambung Tricia.
"Apanya yang kenapa?" tanya Azka bingung.
"Aku tidak terlalu lapar, kau tidak usah repot-re--"
Tiba-tiba perut Tricia kembali berbunyi dan wajahnya kembali memerah karena malu.
"Tenang saja, aku termasuk orang yang makan banyak."
"Ma-maaf ..." bisik Tricia gugup.
Pelayan itu kemudian pergi menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
Tricia mengangkat wajahnya dan menyadari bahwa orang orang yang ada di kedai itu sedang menatap ke arah Azka dengan tatapan sinis.
Azka yang melihat Tricia itu berkata, "Mereka hanya melihatku, kau tidak usah khawatir."
"Kenapa mereka melihatmu dengan tatapan seperti itu?" tanya Tricia polos.
"Entahlah ... aku tidak bisa menjawabnya." Azka menatap dengan tatapan dingin.
Tricia terdiam saat Azka menatapnya dengan dingin. Dia sebenarnya ingin bertanya tapi Azka terlihat tak ingin menceritakannya.
Pelayan itu kembali dengan membawakan makanan dan menaruhnya di meja yang ditempati mereka.
"Semuanya menjadi 1000 Nam," sahut pelayan itu kepada Azka.
Azka memberikan uang kepada pelayan itu dan kemudian pergi.
Anak itu bisa membuat kekacauan di sini ... pura pura tidak tau saja lah. Benak pelayan saat melihat orang orang kedai yang sejak tadi menatap Azka.
"Kau tidak ingin makan?" tanya Azka dingin.
"Ta-tapi ..." imbuh Tricia gugup.
"Bukannya kau itu lapar?" Azka yang sambil memakan makanannya.
Tricia pun mengangguk dan memakannya secara perlahan, "Enak!" Seru Tricia dengan mata berbinar.
Azka menghentikan suapannya karena ia sangat yakin makanan yang dipesan sangatlah hambar.
"Makanannya enak Azka!" Seru Tricia sambil tersenyum.
"Ya."
Para pengunjung yang sejak tadi memandangi Azka dengan tatapan sinis mulai membicarakannya.
"Kalian dengar kan? Rumor yang beredar itu?" Tanya salah seorang pengunjung ke temannya.
"Ya, aku dengar itu! Aku tidak mengerti dengan pikiran lancer sekarang."
"Kalau aku jadi mereka, aku akan langsung membunuh anak tidak berguna itu!"
Mereka yang sengaja membicarakan Azka dengan keras tiba tiba tertawa hingga membuat suasana kedai menjadi gaduh.
Azka yang menyadari percakapan mereka pura pura tidak peduli sambil melanjutkan makannya.
Tricia pun bingung melihat orang orang itu, "Aku penasaran kenapa mereka sampai berisik seperti itu?"
"Biarkan saja orang orang bodoh itu." sanggah Azka dingin.
"Sekarang dia datang kesini membawa gadis cantik hahaha!" Seru salah seorang pengunjung.
"Dia bahkan memesan makanan yang paling murah untuknya!"
"Benarkah? kasihan sekali ya."
Mereka terlihat sengaja membuat keributan agar Azka menjadi terganggu.
Dua orang pengunjung yang berbadan sedikit kekar berdiri dari mejanya dan mendekat ke meja yang ditempati Azka dan Tricia.
"Oi nona, apa makanannya enak?" Tanya orang itu dengan tatapan aneh.
Tricia yang sedikit panik bergumam, "I-iya ..."
Azka hanya diam menatap mereka dengan tatapan tajam. Mereka seperti sengaja menganggu Tricia untuk membuat Azka kesal.
"Tunggu dulu ... aku belum pernah melihat seorang gadis sepertimu di kota ini," ujar orang itu, "apa kau dari tempat yang jauh?" Pengunjung itu terus menggoda ke Tricia.
"Apa pria di depanmu itu sedang menculikmu?" ejek orang itu, "biar ku tebak, dari penampilanmu kau mirip seperti budak." Orang itu tersenyum jahat ke arah Tricia.
Tricia pun ketakutan dengan perkataan dua orang itu. Seketika seluruh pengunjung kedai yang mendengar perkataan dua orang itu mulai membuat keributan karena mendengar Tricia adalah seorang budak.
"Heheh ... biar ku tebak lagi, apa orang ini yang menjadi tuanmu?" Orang itu menunjuk ke arah Azka dengan tatapan merendahkan.
Azka masih mecuekinya sambil melanjutkan makan siangnya.
"Bu-bukan ..."
"Kasian sekali nasibmu nona manis, kau mau saja di manfaatkan oleh pengkhianat Lancer seperti dia!" Seru orang itu.
Tricia seketika terkejut karena mengetahui Azka adalah pengkhianat Lancer.
"Lancer?" Tanya Tricia pelan.
Tricia terdiam karena tidak tau Azka adalah mantan Lancer. Tapi dia berusaha tak percaya dengan omongan mereka karena Azka sangat baik padanya
"Hahaha, lebih baik kau ikut dengan kami. Kita pasti akan bersenang-senang!" Seru orang itu dengan memegangi tangan Tricia.
Dia menarik paksa Tricia untuk ikut bersama mereka dengan maksud yang tidak tidak.
"Lepaskan aku! Aku tidak percaya dengan omongan kalian!" teriak Tricia berusaha menarik tangannya.
Tiba tiba Azka memegang lengan orang itu dengan cepat.
"Oi, apa kalian tidak bisa diam?" tanya Azka dingin, "Kalian menganggu makan siangku brengsek!"
"Apa-apaan dengan tatapanmu itu anak sialan!" ejek orang itu, "Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk membunuhmu!"
Orang yang memegang tangan Tricia itu mengeluarkan pisau dan mengarahkannya ke arah Azka.
"Azka!" teriak Tricia panik.
Azka dengan cepat menangkis dengan daggernya hingga pisau yang di pegang orang itu terlempar.
"Sudah kubilang jangan menganggu!" Azka menatap mereka berdua dengan tajam.
Dua orang itu yang melihat pisaunya terlempar mulai ketakutan dengan tatapan Azka dan segera menjauh dari meja mereka.
"Kau tidak apa-apa Azka?" tanya Tricia khawatir.
"Ya, cepat kau habiskan makananmu," kata Azka datar. "Aku tidak betah lama lama bersama sampah seperti mereka." Azka menatap semua pengunjung yang menatapnya dengan tatapan sinis.
Mereka semua kompak menatap Azka dengan tatapan sinis karena tidak terima disebut sampah oleh Azka.
"Suatu saat nanti aku akan menghabisimu dasar anak iblis! tunggu saja kau sialan!" Teriak orang itu dengan wajah kemarahan.
Azka kemudian memegang tangan Tricia dan membawanya pergi.
Anak iblis? Kalau di pikir pikir aku masih belum tau siapa sebenarnya Azka. Benak Tricia bertanya tanya saat para pengunjung kedai sangat membenci Azka.
Mereka berdua pun akhirnya keluar dari kedai di iringi tatapan sinis seluruh pengunjung. Tricia yang sejak tadi kebingungan lalu melepas tangannya.
Langkah Tricia terhenti, "Tunggu, Azka ...." Tricia menunduk diam.
"Ada apa?"
"Siapa ... kau sebenarnya?" sambung Tricia menatap ketakutan.
Azka yang mendengar itu terdiam dan menghentikan langkahnya.
***
Sebuah ruangan yang gelap terlihat dua orang sedang menghormat kepada seseorang misterius yang sedang berdiri di hadapan mereka.
"Begitu ya ... anak itu ternyata berhasil bertahan rupanya."" Ucap pria misterius pada dua orang dihadapannya.
Dua orang itu adalah pasukan Lancer yang di temui Azka kemarin. Mereka menunduk hormat karena ingin melaporkan sesuatu pada pria misterius itu
"Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya ..." Orang itu tiba tiba mengeluarkan senyuman dengan wajah yang tertutupi siluet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
kimzky
cerita fiksi yang sederhana,tapi menarik untuk di baca,,oke Thor 👍
2021-02-07
0
Rey
Semangat thor udah gue vote ditunggu lagi cerita berikutnya
2020-06-24
3