Pukul 22.45 Isma baru tiba di rumah. Dia menyelesaikan semua pekerjaannya, agar besok tidak lagi menumpuk. Semua file projek dan juga schedule Bos telah disusun dengan baik tanpa kesalahan.
Begitu tiba di rumah, Isma langsung masuk ke kamar. Dia membersihkan diri, mengganti pakaian dan bersiap untuk tidur. Tapi, saat Isma mulai memejamkan mata, Arya masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terbih dahulu.
"Isma…" Teriaknya, langsung menghampiri Isma.
Prraaakk…
Satu tamparan mendarat di pipi Isma. Isma kaget dan tak mengerti. Dia hanya diam mencoba mengingat kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Fitri berlari masuk dan menarik Arya yang ingin kembali menampar Isma.
"Sudah, mas. Mas istighfar… Jangan langsung main pukul. Kasihan adek." Cegah Fitri.
"Untuk apa kasihan sama dia? Dia bahkan tidak kasihan sama Abah. Dia tidak tahu, abah sekarang sakit. Umi baru saja menelponku. Umi Bilang abah… abah… abah…" Tangisnya pecah mengingat kondisi abah.
Fitri memdekap erat tubuh suaminya itu. Di tepuknya pelan punggung sang suami, dan pelukan menghangatkan itu berhasil menenangkan amukan dan tangis suaminya.
Sedangkan Isma masih terdiam mematung duduk di atas tempat tidurnya. Perlahan Isma memegang pipinya yang mulai terasa perih akibat tamparan Arya.
Fitri menatap kearah Isma yang mulai meneteskan air mata. 'Ya Allah… lembutkan hati suamiku dan abah. Bantu mereka melupakan rasa sakit yang menyiksa batin mereka.' Doa Fitri dalam hati.
"Apa salah adek, Mas?" Tanya Isma pelan sambil terisak.
Arya yang tadi mulai tenang, kembali emosi mendengar pertanyaan Isma.
"Apa salahmu? hah… jangan sok berakting." Bentak Arya kesal dan jengkel.
"Tapi adek benaran tidak tau, mas." Ulang Isma.
Sejenak Arya menghela napas dalam, lalu dia melangkah mendekati Isma. Fitri ikut serta memegangi lengan tangan suaminya. Dia khawatir suaminya akan kembali memukul Isma.
"Bos kamu yang non muslim itu… Mas sudah ingatkan. Kamu jangan sampai dekat dengannya apa lagi sampai jatuh hati."
"Maksud Mas apa?" Tanya Isma tak mengerti.
"Bos kamu itu menemui abah. Dia melamar kamu..." Menunjuk wajah Isma.
"Gara-gara dia, sekarang abah terbaring di rumah sakit. Trauma abah kembali. Pria itu dengan enteng mengatakan dia ingin melamarmu dan dia bilang kalian memiliki hubungan selama ini." Jelas Arya dengan menggertakkan giginya.
Isma bingung. Mendadak kepalanya terasa pusing, berkunang-kunang dan akhirnya Isma jatuh ke lantai. Dia pingsan tepat di depan Arya.
"Isma…" Teriak Fitri kaget saat melihat tubuh Isma jatuh tersungkur dilantai.
"Mas, bantu... gedong adek ke tempat tidurnya. Di sini sangat dingin." Celoteh Fitri dengan tubuh yang mulai gemetar.
Meski kesal, Arya pun menggendong Isma dan meletakkannya di atas tempat tidur.
Pipi Isma merah, tamparan Arya begitu kuat. Perlahan darah mengalir dari hidung Isma. Fitri dan Arya mulai panik.
"Mas, kita bawa Isma kerumah sakit." Saran Fitri sambil menahan hidung Isma dengan tisu pada bagian yang terus mengeluarkan darah.
Arya tidak berkutik. Dia menatap tangannya yang tadi digunakan untuk menampar Isma. 'Apa yang sudah aku lakukan?' Batinnya.
Arya linglung seperti orang yang kebingungan. Dia hanya mondar-mandir, lalu tersenyum dan tertawa.
"Mas… mas… mas kenapa?" Panggil Fitri.
Dia khawatir melihat keadaan suaminya yang kehilangan kesadaran. Ya, Arya terus mondar-mandir. Sekarang bahkan dia berkeliling di kamar Isma sambil tertawa dan bertepuk tangan.
Fitri terdiam, air matanya mengalir. Tangannya yang tadi menahan tisu di hidung Isma pun berhenti. Inilah yang ditakutkan Fitri selama ini. Trauma suaminya benar-benar mendalam. Kali ini suaminya bertingkah aneh, karena menepis rasa takut, khawatir dan penyesalan.
Malam itu kamar Isma di penuhi dengan suara tawa Arya, suara tangis Fitri dan aliran darah dari hidung Isma yang mulai menetes ke bantal dan spreinya.
"Mas… Istighfar. Mas aku takut…" Ucap Fitri sambil menghambur dalam dekapan suaminya.
Fitri menahan tubuh Arya dengan erat, agar Arya berhenti berjalan. Ia juga menyandarkan kepalanya di dada Arya tepat di hatinya. Fitri mengucapka banyak doa dan kata-kata pengobat agar suaminya bisa tenang.
"Aku sangat mencintaimu, Mas... percayalah Isma juga sangat mengkhawatirkan mas. Mas juga harus ingat Abah dan umi yang menunggu kedatangan kita di Bandung." Ucap Fitri sambil terus mempererat pelukannya.
Dan dengan izin Allah, Arya berhenti tertawa. Perlahan tangannya mulai menyentuh punggung Fitri. Di balasnya pelukan Fitri, lalu Arya mencium puncak kepala Fitri yang membuat Fitri sadar, suaminya telah kembali.
"Mas Arya…" Panggilnya sambil terisak.
Arya mengangguk menanggapi panggilan Fitri. Lalu di dekapnya erat tubuh Fitri.
"Maafkan aku sayang…" mengelus punggung Fitri.
Lalu, sekilas Arya menatap tubuh Isma yang terbaring lemah dengan darah yang terus mengalir di hidungnya.
"Kita bawa adek kerumah sakit."
Arya melepas pelukannya dari Fitri. Dia melangkah menuju Isma. Digendongnya tubh Isma di punggungnya.
"Sayang siapkan mobil." Pintanya pada Fitri.
Fitri pun mengikuti arahan suaminya. Dan mereka melangkah menuju mobil. Darah yang mengalir di hidung Isma mulai menetes di bahu Arya dan beberapa menetes ke lantai.
"Maafkan, Mas dek. Mas salah… mas mohon bertahanlah."
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Yayoek Rahayu
masih menyimak
2022-04-02
1
coffee vanilla
kakaknya knp maen pukul ajaa sih duh😩😩😩🥺🥺🥺😭😭😭
2022-02-22
1
Riana Rinanda
Jadi ingat masa lalu ku thoooorrr😭😭😭😭😭
2021-04-25
2