Kesibukan di kantor kembali seperti biasa. Hari ini merupakan hari pertama kerja setelah akhir pekan. Isma begitu sibuk di depan komputer dengan setumpuk file di atas meja kerjanya. Tangannya begitu cekatan menekan tombol keyboard, tapi secara tidak sengaja matanya menangkap sinar dari permata cincin yang kini melingkar di jari manisnya.
"Ya Allah, semoga ini pilihan dari-Mu untukku." Ucapnya pelan sambil menyentuh cincin itu.
Drriiittt….
Suara Telepon. Isma pun langsung menekan tombol hijau.
"Keruangan saya sekarang."
"Baik, Bos." Bangkit dari tempat duduknya. Isma langsung melangkah menuju ruangan Prince.
Tanpa mengetuk pintu, Isma langsung masuk. "Ada yang bisa saya bantu, bos?" Tanya Isma.
Prince tidak menjawab, dia malah menatap kearah jari manis tangan kiri Isma yang sudah di isi dengan cincin permata. Isma yang menyadari hal itu langsung menyembunyikan tangannya kebelakang.
Entah mengapa hati Isma terasa aneh, rasanya sesak. Air mata seakan hendak mengalir dari pelupuk matanya. Hal yang sama juga dirasakan Prince. 'Ternyata benar.' Batinnya.
*Sebenarnya Prince memanggil Isma hanya untuk membuktikan apa yang di dengarnya dari para karyawannya tadi pagi. Saat di lift, semua bergunjing tentang cincin di jari manis Isma.
"Yang benar? Isma sudah tunangan?" Bisik beberapa Karyawan yang menumpang di lift yang sama dengan Prince.
"Aku yakin cincin itu dari Bimo."
"Aku juga yakin. Aku memperhatikan mereka saat di Bogor. Mereka selalu bersama. Bimo juga sangat perhatian sama Isma." Sambung salah seorang Karyawan.
"Benar. Bahkan Isma gak risih sama sekali dengan perhatian Bimo. Padahal dulu, kalau Bimo perhatian, Isma akan marah atau malah memukul Bimo." Celoteh mereka tanpa menyadari kehadiran Prince di antara mereka.*
"Bos… bos… bos…" Panggil Isma sambil melambaikan tangannya di depan wajah Prince.
"Aaa… eemm… saya lupa. Kamu boleh kembali keruanganmu."
Mendengar itu, Isma bersungut kesal. Bagaimana tidak kesal. Pekerjaan Isma menumpuk di ruangannya, lalu Prince memintanya datang keruangannya dan dengan seenaknya bilang lupa.
"Apa kamu tidak dengar? Kembali ke ruanganmu." Ulang Prince saat melihat Isma masih berdiri di hadapannya.
"Baik…" Ucap Isma dengan merapatkan giginya kuat-kuat.
Isma kembali keruangannya dan melanjutkan pekerjaan. Dia ingin merutuk, mencaci dan memaki Prince. Namun, tidak cukup waktu untuk melakukan hal itu. Kali ini Isma memilih untuk diam dan fokus pada pekerjaan.
Berjam-jam telah berlalu. Isma masih setia di depan komputernya. Dia bahkan tidak sadar melewatkan makan siangnya.
Rani sempat mampir satu jam yang lalu, tapi Isma menolak ajakan Rani untuk makan siang. Bimo juga datang membawakan makan siang. Tapi, sampai saat ini makan siang yang di bawakan Bimo masih utuh rapi terletak di atas meja. Isma bahkan tidak sempat meluangkan waktu lima menit saja untuk makan siang.
Krrruuukkk… kkkrrruuukk…
Suara perut Isma yang sudah keroncongan. Jam sudah menunjukkan pukul 14.56 Siang. Dan Isma masih belum mengisi perutnya.
Sebenarnya Isma sudah sangat lelah dan lapar. Tapi dia tidak bisa menghentikan pekerjaannya. Saat Isma berhenti bekerja, maka dia akan terus mengingat banyak hal. Seperti cincin yang kini menghiasi jari manisnya, lalu cincin yag sangat ingin dipakainya yaitu cincin pemberian Prince.
"Ya Allah…" Ucap Isma.
Dia pun akhirnya berhenti menatap layar komputer. Perlahan tangannya meraih kotak kecil merah dari dalam laci kecil meja. Di bukanya kotak kecil itu, dan cincin indah pemberian Prince ada di dalam kotak tersebut.
Entah mengapa, air mata Isma mengalir begitu saja membasahi pipinya. Dadanya terasa sesak, tangannya gemetar. Isma mencoba melepas cincin yang terpasang dijari manisnya. Dia ingin menggantinya dengan cincin pemberian Prince.
Tapi bayangan senyum kebahagiaan dari wajah abah dan umi membuat Isma menghentikan aksinya untuk melepas cincin di jari manisnya.
"Umi, abah... maafkan adek..."
Isma pun akhirnya menangis terisak. Baru kali ini Isma merasakan sakit seperti ini. Rasanya seperti dia mengkhianati lelaki yang sangat di cintainya. Padahal, Isma sendiri tidak begitu yakin dan tau tentang perasaannya pada Prince.
Dan tanpa Isma sadari, Prince menatapnya dari luar. Prince melihat tangisan Isma, dia juga melihat Isma yang berniat memakai cincin pemberiannya.
"Tuhan. Jangan permainkan hati kami." Ucap Prince. Hatinya terasa sakit saat melihat Isma menangis seperti itu.
'Haruskah aku menemui kedua orangtuanya?' Batin Prince.
Prince berniat menemui kedua orangtua Isma. Dia pun berlari menuju ruang Administrasi kearsipan. Prince mencari data-data karyawan. Hingga akhirnya dia menemukan data Isma. Prince melihat alamat orangtua Isma.
Di photonya bagian alamat tersebut. Lalu Prince menyusun kembali file data tersebut.
"Tunggu aku Isma. Aku akan menghentikan air mata itu. Aku sekarang tau kamu juga memiliki rasa yang sama seperti rasaku padamu." Ucap Prince sambil tersenyum bahagia.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
RahmaYesi
begitulah kira kira
2022-05-30
0
coffee vanilla
ni namanya kyk layu sblm berkembang thor😭😭
2022-02-22
1
Lina Emilyanti_
huaaa😢 kok ak nangis
2021-07-16
1