"Ini cincin lamaran…" Abah mulai memjelaskan. "Cincin ini milik kamu, nduk." Mendorong kotak kecil itu kehadapan Isma.
"Umi akan memasangkan di jari manismu." Sambung Umi.
Tanpa bertanya, Umi langsung membuka kotak merah kecil berisi cincin permata nan cantik dan mewah itu. Umi menarik pelan jari manis tangan kiri Isma. Lalu memasangkan cincin itu di jari manis Isma.
Isma hanya diam. Sebenarnya banyak pertanyaan di kepalanya. Tapi entah mengapa, mulutnya kaku untuk bicara.
Arya dan Fitri diam menyaksikan proses pemakaian cincin itu. Lalu mereka saling bertatapan dan menggeleng bersamaan. Sedangkan Abah dan Umi tersenyum bahagia melihat cincin itu cocok di jari manis Isma.
"Siapa yang mengkhitbah adek, Abah?" Tanya Arya.
"Randy. Anak Kiai Abdullah, teman abah dulu. Nak Randy baru menyelesaikan S2 nya di Mesir. Sekarang dia sedang pulang." Jelas Abah dengan semangat.
Terlintas sekilas wajah Randy dalam ingatan Isma. Dia pernah bertemu Randy dua tahun lalu di Pesantren asuhan Kiai Abdullah.
Saat itu Abah mengenalkan Isma pada Kiai, sekaligus ingin meminta Isma mengajar di Pesanteren. Saat itu lah dia bertemu Randy. Sempat mengobrol dan mendengar keluh kesah Randy tentang kehidupannya di Mesir.
Randy pria sholeh yang mapan, dewasa dan bertanggung jawab. Namun, Isma hanya menganggapnya sebagai seorang saudara sesama muslim. Tidak sedikitpun hati Isma tergetar oleh ketampanan Randy pada saat itu. Padahal, Randy adalah pria idaman para muslimah.
"Abah menerimanya tanpa bertanya dulu sama adek?" Sambung Fitri disambut dengan anggukan Arya.
Sebentar Abah tersenyum, lalu menatap Isma yang juga menatap kearahnya.
"Adek mu sudah pasti setuju. Randy memiliki semua syarat seperti yang Rasulullah sarankan dalam memilih jodoh. Randy mantap untuk adek mu." Jelas abah.
"Tapi, setidaknya kita harus bertanya dulu, bah. Apa pendapat adek?" Sambung Fitri.
Lalu abah menatap Isma dengan senyum lembut penuh harap. Umi juga ikut menatap Isma dengan tatapan yang sama.
Sebentar Isma mengatur duduknya agar lebih nyaman. Diraihnya tangan Umi. "Kalau menurut abah dan umi Mas Randy baik untuk Adek, adek baik untuk Mas Randy. Maka adek setuju. Tapi, adek belum siap untuk menikah dalam waktu dekat." Jelasnya dengan tegas tanpa beban.
"Alhamdulillah..." Sambut abah dan umi dengan lega.
Sedangkan Arya dan Fitri hanya diam saling bertatapan dan ikut tersenyum lega.
Sementara Keluarga Isma tengah bahagia dengan lamaran yang di setujui Isma. Di sebuah rumah yang memah, Prince sedang berbincang dengan kedua orangtuanya.
"Papa kaget saat Amanda menceritakan tentang hubungan kalian yang sudah berakhir."
"Maaf pa, aku tidak bermaksud menyembunyikan itu dari Papa." Jawab Prince.
"Apa kamu akhirnya menemukan Princess yang membuat hatimu bergetar, harimu menjadi lebih berwarna?" Goda Papa
"Papa bisa aja!" Seru Prince malu-malu.
"Cie…cie…, anak Mama jatuh cinta." Timpal Mama ikut menggoda Prince.
Dan Prince hanya tersenyum malu-malu diikuti anggukan pelan yang berhasil membuat kedua orangtunya ikut tersenyum bahagia.
"Siapa gadis itu?" Tanya Papa penasaran.
Mama yag tak kalah penasaran juga, menggeser duduknya hingga berdenpetan dengan suaminya.
"Rahasia." Ucap Prince singkat yang berhasil membuat kedua orangtua nya terdiam kecewa.
"Suatu hari nanti akan aku kasih tau. Sekarang belum saatnya, Ma, Pa." Jelas Prince.
Namun penjelasan Prince tidak diindahkan oleh kedua orangtuanya. Mereka benar-benar penasaran dengan gadis yang akhirnya bisa membuat Pangeran mereka jatuh cinta itu.
"Kamu tidak pernah mau mengenalkan gadis tercintamu pada kami. Hanya Amanda saja yang kami kenal." Rutuk Mama dengan nada mengiba.
"Bukan tidak mau, Ma. Dia saja belum memberi jawaban. Apa dia menyukai aku atau malah menolakku." Jelas Prince.
"Ok, Papa tunggu sampai gadis itu memberi keputusan. Tapi, sepertinya Pangeran Papa akan kembali di tolak." goda Papa.
Prince hanya diam. 'Sepertinya begitu, Pa, Ma.' Batinnya.
"Tapi Mama mau tahu sekarang?" Rengeknya. "Apa dia cantik?"
Prince mengangguk. "Sangat anggun dan cantik, Ma."
"Oya? Apa rambutnya panjag?" Tanya Mama lagi.
"Kalau itu aku benar-benar tidak tahu, Ma."
"Loh kok bisa? Apa kalian tidak saling bertemu?"
"Kami sering bertemu, Ma." Jawab Prince.
"Lalu, kenapa kau tidak tahu rambutnya pajag atu pendek."
Sebentar Prince menghela napas, menenagkan dirinya yang mulai gelisah.
"Aku tidak bisa melihat rambutnya, Ma. Dia menggunakan penutup kepala atau yang sering mereka sebut Hijab." Jelasnya .
Mendengar kata hijab membuat Mama dan Papa terdiam. Sejenak mereka saling pandang untuk menyatukan apa yang terlintas di pikiran mereka.
"Ya, dia seorang Muslim, Ma, Pa." Jawab Prince yang memahami arti dari diam dari kedua orangtuanya.
"Hentikan. Jangan di lanjutkan lagi. Banyak gadis di luar sana yang jauh lebih baik dan menggemaskan." Tegas Papa.
Prince terdiam. Dia tidak menyangka akan mendapat tanggapan seperti ini dari Papa dan Mamanya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Dewi Suntana
ya cerita ak banget . 6th pacaran beda agama .. akhirnya end
makasih thor . in cerita mirip bget dgn hdup ku
2022-08-09
1
RahmaYesi
Susah juga ya
2022-05-29
0
coffee vanilla
berat deh klo udh kyk gini😩😩😩🥺🥺
2022-02-22
1