"Alhamdulillah… akhirnya semuanya selesai." Ucap Isma lega, saat tiba di rumah. Dia akhirnya bisa kembali merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya yang ditinggalkan selama tiga hari ini.
Perlahan, Isma mulai memejamkan matanya. Bukannya tidur, malah pikirannya membawanya mengingat kembali ucapan Bimo sewaktu dalam perjalanan pulang.
"Is, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."
"Apa? Aku bersedia menjadi pendengar."
"Tapi kamu harus janji satu hal…" Menoleh sebentar pada Isma.
"Janji? Janji apa?" Tanya Isma penasaran.
Bimo mengatur posisi duduk dengan nyaman. Kedua tangannya memegang erat stir mobil. Lalu dia menghela napas dalam-dalam. "Apapun yang aku katakan nanti… suka tidak sukanya kamu dengan apa yang kamu dengar... aku harap kamu tidak akan membenciku. Dan kita tetaplah sahabat."
Sejenak Isma terdiam. Dia mulai menerka kemana arah pembicaraan ini. Sebenarnya selama ini Isma tahu kalau Bimo menyukainya. Tapi, Isma selalu berharap Bimo tidak akan mengungkapkan itu padanya.
"Kamu mau, kan. Berjanji?" Sambung Bimo.
Isma mengangguk, kemudian tersenyum. "Ok, aku janji."
"Aku sayang kamu, Isma." Ucapnya tegas dan lantang.
Isma mengatur napasnya. Tiba-tiba terasa gerah. "Bim, aku juga sayang kamu…" Menghela napas, dan bibir Bimo hampir tersenyum.
"Sebagai sahabat. Ya, sebagai seorang sahabat."
Senyumnya itu hilang berganti menjadi raut wajah kecewa. Sebenarnya Bimo tahu dia akan di tolak. Tapi, sebagai manusia dia berharap punya sedikit harapan untuk mendapatkan hati Isma.
Isma membuka matanya. Dia mencoba melupakan ingatan tentang pembicaraan dengan Bimo tadi siang. "Maafkan aku Bim. Aku harap kamu tidak berubah. Tetap lah menjadi Bimo seperti biasa yang selalu membuatku tersenyum." Ucapnya penuh harap.
Drriitt…
Handphone Isma bergetar, panggilan masuk dari Prince. Isma langsung menjawab panggilan itu.
"Ada yang bisa di bantu, Bos?"
"Ini bukan jam kerja. Kamu bisa memanggilku dengan nama."
Isma terdiam heran, 'Kenapa Bos mendadak jadi aneh, sih?' Batinnya.
"Isma, aku mau tau jawabanmu."
"Jawaban apa, Bos?" Tanya Isma pura-pura tidak tahu.
"Aku serius, Is. Aku mau kamu jadi pendamping hidupku selamanya."
"Bos bersedia pindah agama?"
Sejenak Prince terdiam. Pertanyaan itu membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
"Bos… Islam melarang pernikahan beda agama. Lagi pula, keluarga Bos pasti akan menentang pilihan Bos untuk pindah agama."
"Aku tau, Isma. Tapi… aku mau kamu menungguku. Tunggu aku sampai aku siap pindah agama. Tunggu aku sampai aku yakin untuk mengenal islam."
Kini giliran Isma yang terdiam. Banyak hal yang kini berputar dalam pikiran Isma. Mulai dari Trauma Arya, dan juga amanah Abah untuk menikahkan Isma dengan anak sahabatnya. Ditambah lagi dengan dendam Abah.
"Isma… Please! Beri aku kesempatan."
"Saya bingung. Kenapa Bos bisa tiba-tiba suka sama saya. Dan kenapa secepat itu Bos melupakan Amanda yang sudah bersama Bos selama lima tahun."
"Aku tidak pernah menyukai Amanda lebih dari sekedar sahabat."
"Hehh, bohong." Ucap Isma sambil tersenyum geli.
"Aku serius. Kenapa kamu tidak percaya?"
"Bos memberi perhatian sepenuh hati, selalu bersama dia siang malam saat tidak bekerja. Bos menghabiskan semua waktu bersamanya. Apa itu bukan cinta? Hah, laki-laki semua sama."
"Ok. Wajar kamu nggak percaya. Pembicaraan ini terlalu panjang. Bagaimana kalau kita ketemu besok, di Suncafe."
"Saya nggak janji."
"Aku akan menunggu sampai kamu datang."
Prince mengakhiri pembicaraan. Dan Isma pun kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas.
Tok… tok… tok…
"Dek, Mas boleh masuk?" Tanya Arya.
"Iya, mas." Isma membuka pintu kamarnya. Mempersilahkan Arya masuk dan duduk di sofa samping meja riasnya. Sedangkan Isma duduk di atas tempat tidurnya.
"Kamu masih capek?"
"Sudah sedikit hilang rasa capeknya, tadi adek mandi air panas." Jelas Isma.
"Berarti boleh dong mas ngomong?"
"Ngomong aja, mas. Adek akan menjadi pendengar yang baik." Tersenyum manis memandang Arya.
"Tentang Bos adek yang non muslim, kenapa adek tidak jujur sama mas?"
Isma terdiam, dia bingung mau jawab apa. Selama ini setiap kali Arya membahas tentang perusahaan, Isma selalu mengalihkan pembicaraan.
"Maafkan adek, mas. Adek nggak maksud bohong. Adek cuma takut, mas marah. Adek suka sama pekerjaan adek, apalagi akhirnya design wonderland yang dulu selalu adek impikan, sudah mulai di bangun. Adek gak mau berhenti kerja hanya karena pemilik perusahaan itu non muslim. Toh, selama adek bekerja mereka tidak pernah memperlakukan karyawan muslim dengan perlakuan buruk. Mereka bahkan menyediakan tempat sholat untuk karyawan muslim." Jelas Isma.
"Semoga saja… mas hanya khawatir kalau abah tahu hal ini, perjodohan adek akan di percepat." Ucap Arya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
RahmaYesi
😥😥😥😥😪😭
2022-06-17
0
Nur Lia
gimana yah, aku jga saling suka sma orang non muslim, tpi aku sma dia gk pcaran karna emng di bilang zina yekan, udh 5 bln aku suka sma dia tpi yg jdi masalh itu aku mwnya dia jdi mualaf tpi takut pasti ke protes sma keluarganya, jdi aku pasrahin aku sma yg maha kuasa😢😓
2021-10-13
2
Afseen
kyknya prince suka sama isma gara2 isma brani marah2 sama dia dulu😅😅😅
2021-02-25
1