Pagi itu, para kontraktor sudah siap bekerja, mereka melakukan apel pagi terlebih dahulu sebelum mulai menghancurkan kastel tua itu. Tidak seluruhnya di hancurkan. Hanya beberapa bagian saja.
"Kastel yang malang." Ucap Isma saat melihat alat-alat berat itu mulai menghancurkan kastel.
"Kastel tua yang malang ini, akan berganti dengan hotel yang elit dan mewah. Dan di lengkapi dengan Wonderland." Ujar Bimo menghampiri Isma.
"Ya tau kok. Aku hanya merasa sedih mewakili pemilik asli kastel ini. Pasti banyak kenangan berharga saat itu." Jelasnya mengungkapkan rasa sedih.
Bimo tersenyum mendengar celoteh Isma. 'Haruskah ku kuangkapkan sekarang?' Batinnya sambil terus menatap wajah Isma.
Sementara yang ditatap sibuk memperhatikan detail design yang mereka kerjakan bersama Tim. Isma benar-benar teliti akan hal itu. Dia tidak mau ada kesalahan, karena hotel dan wonderland yang akan di bangun adalah salah satu impiannya sejak kecil.
Tidak mudah mengajukan idenya pada Prince. Isma harus melalui lima kali penolakan, barulah akhirnya Prince mengizinkan pembangunan Wonderland. Dia tidak tahu alasan apa yang akhirnya membuat Prince mengizinkan Bimo dan Timnya untuk mengerjakan projek ini.
Bukan hanya mengizinkan, tapi Prince juga mengizinkannya untuk ikut serta berpartisipasi. 'Meski ditolak, akhirnya impianku tercapai. Aaa… menyenangkan.' Batinnya.
Sementara Isma dan tim sibuk dengan segala pekerjaan mereka, Prince juga sedang sibuk dengan segala pekerjaannya tanpa Sekretaris yang selalu menyusun dan mengatur segala schedulenya.
"Rina, bantu saya mengerjakan ini. Buatkan PPT juga. Seadanya saja, hanya untuk sampel saja." Prince meminta Rina untuk membantunya.
"Baik Bos. Lalu bagaimana untuk meeting?"
"Saya akan menyiapkan sendiri." Ucap Prince, lalu meninggalkan ruangan Rina.
Kini Prince berada di ruangan Isma. Dia mengerjakan semua pekerjaan menggunakan komputer di ruangan itu. Prince seperti sedang melakukan peran sebagai seorang sekretaris.
"Seperti ini sibuknya pekerjaan sekretaris?" Ucapnya pelan, sebentar Prince menghentikan pekerjaannya.
Dia merebahkan punggunggya pada sandaran kursi. 'Apakah bekerja dilapangan jauh kebih baik dari pada bekerja di ruangan ber Ac?' Batinnya.
Pikirannya kini kacau. Bukan karena kewalahan akan pekerjaan, tapi Prince ingin bicara dan bertemu Isma. Dia ingin mendengar jawaban Isma tentang pengakuan cintanya.
Tok…tok…tok…
"Masuk!" Serunya dari dalam sambil merapikan cara duduknya.
"Bos, ada mbak Amanda?" Ucap Rina.
Prince terdiam, dia langsung melangkah keluar menuju ruangannya. Dan di sana, Isma duduk manis. Mini dress yang dipakainya terlalu ketat hingga menampakkan lekuk tubuh indahnya.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Prince.
Amanda berdiri, dia melangkah mendekati Prince yang berdiri sambil bersandar pada tepi meja kerjanya. Amanda mendekatkan tubuhnya hingga tidak ada jarak tersisa antara keduanya. Prince tidak protes, dia hanya diam.
"Dalam posisi ini, semua lelaki akan langsung menerkamku. Dan kamu satu-satunya lelaki yang tidak terangsang dengan tubuhku." Ucap Amanda sambil menyentuh bibir Prince dengan jemari lentiknya.
"Karena aku tidak pernah menganggap kamu sebagai wanita." Jawab Prince sambil menyibak rambut Amanda dengan lembut.
Mendapat perlakuan seperti itu, membuat Amanda nekat. Dia menempelkan bibirnya tepat di bibir Prince. Amanda melakukannya dengan penuh gairah, dia bahkan mulai meraba dada bidang Prince dan mulai membuka kancing kemeja Prince.
Tapi tiba-tiba Amanda berhenti. "Yaakkk…" Teriaknya sambil menjauh dari Prince. Amanda memegangi kepalanya. Dia bahkan menjambak rambutnya sendiri. "Lima tahun aku coba menggoda, tapi kamu tetap sama." Menunjuk Prince.
"Apa kamu mencintai seorang Pria? Apa Pria lebih menggairahkan dibandingkan tubuhku?" Makinya setengah berteriak, karena menahan perasan sakit yang teramat sangat.
"Selama lima tahun… lima tahun, kamu bahkan tidak pernah mau menerima cintaku. Bahkan, setiap kali aku menciummu, kamu tidak merespon sama sekali. Apa semenjijikkan itukah aku dimatamu, Prince?" Ucap Amanda terisak.
Air matanya menetes, ditatapnya wajah Prince yang bahkan tak mau memandangnya.
"Apa kamu menyukai Pria?" Tanya Amanda putus asa. "Jawab Prince, aku mohon? Aku akan merahasiakannya. Aku akan mundur, kalau memang..."
"Mmhh." Jawab Prince singkat.
Seketika Amanda terdiam. Hatinya semakin hancur, remuk bagaikan pasir. Dia tidak menyangka Prince akan menjawab pertanyaan itu.
"Kenapa kamu menjawabnya sekarang? Kenapa sekarang?" Teriaknya, lalu Amanda mendekati Prince. Di pukulnya dada bidang Prince sambil sesekali menarik kerah baju Prince.
"Ratusan… tidak, kurasa hampir ribuan kali… pertanyaan ini tidak pernah kamu jawab. Tapi, se…kaa… sekarang kamu menjawabnya." Tangisnya semakin menjadi.
Amanda terus memukul Prince dan menarik kerah bajunya. Sementara Prince hanya diam. Dia tidak berkutik.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Afseen
pura2 biar amandl nyrah
2021-02-25
1
Yasmiati 0924
lanjut
2021-01-15
1
Mikaila Dira Khodijahatika
ramee
2020-12-28
1