Isma dan rombongan tiba di lokasi tepat pukul sembilan. Karena tadi mereka banyak Istirahatnya untuk sholat Zuhur dan makan siang, lalu sholat asar. Kemudian berhenti lagi saat Magrib, dan kembali melanjutkan perjalanan ba'da Isa.
Mata Isma berkaca-kaca saat turun dari mobil. "Masya Allah." ucapnya saat melihat sebuah Kastel tua di tengah hutan.
"Katanya, kastel ini di bangun oleh seorang saudagar kaya. Dia ingin seluruh keluarganya tinggal di sini." Tutur Bimo.
Semua anggota Tim sudah tiba. Mobil mereka membantu mobil Bimo menyinari sekeliling kastel tua itu. Sehingga mereka bisa melihat jelas keindahan design bangunan itu.
"Oke, karena semua sudah tiba. Untuk yang Pria, bagi jadi dua tim. Sebagian mencari kayu bakar dan langsung menyalakan api. Sebagian lagi memasang tenda." Perintah Bimo.
Mereka pun bergegas melaksanakan perintah Bimo. Sementara Bimo ikut bergabung dengan anggota pencari kayu bakar. Sedangkan para perempuan, menyusun meja dan kursi lipat untuk tenpat mereka menata makanan dan peralatan masak lainnya.
"Mbak Isma, Bos memanggil." Teriak Maria yang tengah berada di dekat mobil Bimo, sedangkan Isma asyik menyusun kayu bakar untuk menyalakan api.
"Bos?" Isma bergegas melangkah menuju Mobil untuk mengambil HP di tangan Maria.
"Thank you." Ucapnya pada Maria. Lalu Isma melangkah sedikit menjauh dari rombongan.
Bimo memperhatikan dari kejauhan. "Isma…" Lirihnya pelan.
"Nyatakan saja mas Bimo. Kalau mas Bimo tetap ragu, yang ada mbak Isma keburu di ambil yang lain." Goda Hengki.
"Susah, bro. Serba salah. Sudah terlanjut dekat, dia cuma nganggap aku sahabat." Jelas Bimo.
"Tapi cinta tetap harus di ungkapkan, mas Bimo. Apapun yang terjadi, setidaknya tidak akan ada lagi penyesalan di kemudian hari." Sambung Doni.
Bimo mengangguk pelan. Apa yang mereka katakan memang benar. Lagi pula Bimo hanya menerka saja kalau Isma suka sama Bos. Siapa tahu semua itu hanya prasangkanya saja. Dan kecemburuan melihat kedekatan Isma dengan Bos, hanya karena takut kehilangan Isma.
Dan di tempat yang agak jauh dari rombongan, Isma berbicara dengan Prince melalui Handhpone.
"Sudah sampai?" Tanya Prince.
"Sudah, Bos. Ini lagi menyiapkan tenda dan perlengkapan lainnya."
"Seru sepertinya… andai saya bisa ikut."
"Ada yang bisa saya bantu, Bos?" Tanya Isma mengalihkan pembicaraan Prince.
"Ada. Bantuannya, cukup dengan kamu memakai cincin itu."
"Maksud Bos, saya menjadi kambing hitam untuk melindungi selingkuhan Bos dari amukan Amanda?"
"Loh kok kamu mikirnya gitu?"
"Jadi kalau nggak gitu, apa dong?"
Terdengar suara napas Prince, sepertinya dia menghela napas dalam-dalam.
"Hubungan saya sama Amanda sudah berakhir sejak dua minggu lalu, Isma." Jelasnya.
"Bohong."
"Saya serius. Memang itulah kenyataannya."
"Lalu, kenapa Amanda baru menelpon saya tadi siang. Kenapa nggak dia lakukan sejak dua minggu yang lalu di hari kalian mengakhiri hubungan."
"Mana saya tau. Lagi pula apa urusannya sama dia. Saya sejak awal tidak memiliki perasaan apapun sama dia, hanya sebatas sahabat tidak lebih."
"Ya terserah, Bos. Mau sahabat, pacar atau apapun itu, nggak ada hubungannya sama saya. Saya hanya tidak ingin Bos Mempermainkan saya. Hanya itu."
Isma langsung mengakhiri pembicaraan yang tidak penting itu. Lalu dia kembali ke rombongan.
Dan di kamarnya, Prince merasa kesal. Dia bahkan membanting Handphonenya ke atas tempat tidur.
"Apa sih sebenarnya mau kamu Amanda?" Teriaknya.
Prince mengamuk. Dia membanting beberapa jam tangannya yang ada di atas nakas. Lalu membanting semua bantal ke lantai, memberantakkan sprei dan selimut.
"Aaagghrr…" Teriaknya kesal sambil merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuknya dengan posisi tangan menjambak rambutnya sendiri.
Tok…tok...tok…
"Tuan, tuan kenapa? Ada yang bisa saya bantu." Sahut pembantunya dari luar.
"Gak ada, bik. Cukup berpura-pura nggak dengar aja, udah."
"Baik Tuan. Maaf saya lancang mengganggu tuan." Ucapnya, kemudian langsung kembali ke dapur.
Dan Prince sudah menghentikan amukannya. Dia mulai memejamkan matanya. Dan saat mata itu terpejam, Prince bisa melihat senyum indah Isma. Bibirnya pun tersenyum.
Segala kesal dan amarahnya hilang seketika, saat melihat wajah Isma meski hanya dalam ingatannya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
RahmaYesi
😁😁😁😁😁😄😄😄😄😄😄
2022-06-11
0
ferisa baroatin
ngakak ak di bab ini
2021-03-22
1
Mikaila Dira Khodijahatika
rameee ceritanya
2020-12-28
1