Perjalananku terasa sunyi, sesunyi suasana hatiku saat itu. Hanya dapat menatap daun yang sepertinya menari seirama dengan hembusan angin yang bertiup. Pohon - pohon tampak kokoh berbaris sepanjang jalan menuju villa. Nikmat mana yang engkau dustakan.. sungguh indah pemandangan yang terpampang nyata di hadapanku saat itu.
"Masih jauh tidak ya pak?" Tanyaku memecahkan kesunyian.
"Harusnya sih tidak ya non, kalau dilihat dari alamat yang non berikan sudah dekat ini." Penjelasan Pak Herman, supirku.
Pak Herman adalah supir keluargaku, beliau sudah lama ikut bersama keluarga kami. Waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Diusianya yang sudah terbilang cukup tua ini, beliau masih sangat setia menemani kami.
"Non Ayna, kita sudah sampai sepertinya, nomor 69 kan ya?" Tanyanya memastikan.
Ku memperhatikan gerbang hitam yang berdiri kokoh di hadapanku, bertuliskan angka 69 di sana. Tampak ukiran kayu yang membuat gerbang tersebut menjadi sangat elegan dilihat.
"Wah.." Bisikku.
"Saya antar ya non ke dalam." Pinta pak Herman.
"Enggak usah pak, bapak pulang saja, setelah ini pak Herman masih harus jemput mamahkan, Ayna bisa sendiri pak." Pintaku.
"Pulangnya gimana Non, mau dijemput atau gimana?" Tanyanya kembali.
"Kan ada mas Rafka pak, Ayna pulang sama mas Rafka nanti." Jawabku.
"Siap dah Non, semoga menyenangkan liburannya. Saya pamit dulu ya non." Pintanya.
"Ya pak, hati-hati dijalan, makasih ya pak."
Aku tersenyum menatap kepergian pak Herman, melambaikan tangan tanda berpisah. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, pak Herman yang dulu sangat terlihat gagah, sekarang tampak terlihat lemah, Semoga pak Herman selalu diberikan kesehatan, doaku untuknya.
🍀🍀🍀
Ternyata jarak dari gerbang ke pintu masuk villa cukup jauh, untungnya udara di sini sangat bersahabat, terasa sejuk. Tapi kalau tahu begitu jauh minta tolong pak Herman antar tadi. Kenapa juga mas Rafka tidak bisa dihubungi, kesalku sendiri.
"Tok... tok... tok.."
Ku mengetok pintu perlahan, sekali, dua dan sampai tiga kali, tak ada jawaban yang terdengar. Ku memberanikan diri meraih gagang pintu villa itu dan hendak membukanya dan "klek.." Tidak terkunci ternyata.
"Hallo, Assalamualaikum." Sapaku berkali - kali dan masih tak ada jawaban terdengar.
Ku melangkah masuk perlahan, makin ke dalam dan akhirnya aku pun terdiam. Langkahku pun terhenti seketika, saat ku melihat sosok pria yang tampak asing di hadapanku. Pria yang cukup tinggi, berkulit putih dan bersih. Hidung mancung, seperti pria berdarah campuran, sangat tampan. Mengenakan kaos polos dan celana training berwarna putih yang membuat makin terlihat sempurna penampilanya. Sebuah buku yang cukup tebal menempel di tangan kanannya.
Aku terdiam begitupun pria itu. Entah kenapa terlintas dalam fikirku bahwa pria ini adalah temannya mas Rafka, toh mas Rafka bilang siang tadi kalau dia sedang meeting. Mungkin ini temanya yang ikut meeting dan diajak mas Rafka ke mari, yahh mungkin seperti itu.
"Hai, Rafkanya di mana ya." Tanyaku akhirnya membuyarkan kebingungan kami saat itu. Tapi sepertinya pria itu malah terlihat berfikir.
"Rafka." Ulangnya kembali.
"Iya, kamu temennya mas Rafka kan?" Tanyaku dengan sangat percaya diri.
"Sorry, sepertinya anda salah alamat." Jawab pria itu.
"Hah.." Teriakku akhirnya.
Salah alamat bagaimana, jelas - jelas ini alamat yang diberikan Rafka padaku. Pasti pria ini yang salah alamat, atau pria ini pencuri, tapi kok pencuri ganteng sangat yak.
"Salah alamat gimana mas, jelas - jelas ini alamat yang diberikan pacar saya, ini villa pacar saya mas, masnya kali yang salah alamat." Paksaku akhirnya.
"Ini Villa saya, coba hubungi pacarnya untuk memastikan." Pintanya.
"Waw." Bisikku kembali.
Pria ini tampak terlihat tenang dan dewasa. Aku sudah memaksa dan menuduhnya, bisa kacau kalau ternyata memang salah alamat. Tidak... aku yakin ini villa mas Rafka.
"Masalahnya pacar saya enggak bisa dihubungi." Penjelasanku padanya.
Mungkin mas Rafka masih meeting, Handphonenya dimatikan atau mungkin Handphonenya lowbat fikirku dalam hati.
Pria itu langsung melangkah menuju sofa hitam yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat itu. Menghampiri Laptop yang tergeletak di sana, membaca dan mengamati tulisan yang tertera di sana.
"Ya Tuhan.. Aku dicuekin.." Kesalku.
"Heii kamu.." Panggilku akhirnya.
"Saya enggak percaya kalau saya yang salah alamat, saya mau nunggu pacar saya di sini" Paksaku kembali.
"Silakan." Jawabnya dengan tenang.
Ishh ini pria, kenapa bisa kalem begini. Aku pun melangkah menuju sofa hitam yang terletak di hadapannya, duduklah aku di sana. Berkali kali ku menghubungi mas Rafka, tapi masih tidak aktif. Aku kesal.. aku lelah.. tertidurlah aku di sofa itu. Seketika melupakan pria yang masih duduk manis di hadapanku dengan laptop dan buku yang menemaninya.
.
.
.
.
lanjut episode berikutnya ya dears...😘
semoga suka..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Alya Yuni
Dah salah alamat msih mau blng di cukai ya dia cukai kenl kmu Nayna jdi prmpuan jngn terllu bego
2023-01-17
0
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
apa bner Ayna salah alamat ya... 🙈
2022-04-30
0
▫️
ko jd degdegan 🤭
2022-01-17
0