"Akhirnya.. Kelaarrr juga.." Bisikku.
Entah kenapa meeting hari ini terasa sangat lama. Sangat menegangkan.. dan sangat menyulitkan.. Satu persatu seluruh peserta meeting disini bangkit dari duduknya, menghampiri Adit, menyapanya dengan ramah dan memberikan ucapan selamat padanya.
Berbeda denganku. Aku memilih untuk melangkah segera, meninggalkan ruangan ini. Ku tutupi wajahku dengan salah satu tanganku saat ku tepat melintasinya.
"Jangan sampai Adit menyadari langkahku" Bisikku.
Namun usahaku sia-sia. Luna memanggil namaku begitu keras, hampir semua orang di ruangan ini mendengarnya dan menatap kami. Tak terkecuali Adit.
Ku menatap Luna kesal, berharap dia paham maksudku. Dia telah mengacaukan rencana ku dalam sekejap. Saat dia telah menyadarinya dia hanya menutup mulutnya, tanda bersalah.
"Bu Ayna, bisa setelah makan siang nanti ke ruangan saya" Pinta Adit.
Ku mengiyakan dengan muka terpaksa, Luna menghampiriku. Menarik tanganku dan meninggalkan ruangan meeting ini.
"Sorry.. sorry.. Ayna." Pinta Luna.
"Sudahlah.. semua sudah terjadi." Jawabku pelan dan pasrah sambil melangkah lemah dengan tatapan lurus ke depan masih tak percaya bahwa Adit adalah bosku sekarang.
Aku dan Luna beranjak pergi kekantin. Makan siang pastinya, menaiki lift dan turun ke lantai dasar gedung ini. Disanalah kantin kami berada.
Aku memilih duduk didekat jendela, empat kursi tersedia dan terlihat nyaman untuk kami duduki. Jendela besar dan pemandangan yang asri sangat memanjakan mata.
"Lo mau makan apa, Lun?" Tanyaku.
"Ehmm kayakanya gw mau makan gado-gado aja lah"
"Oke gw pesenin ya, pake lontong dan pedes ya"
"Ya" Jawab Luna dengan senyum senang.
Ku bangkit dari duduk. Menuju penjual gado-gado. Aku pesan dua porsi untuk ku dan Luna. Tiba tiba ada yang memukul pundakku lembut, ku menoleh ke arahnya. Adit.. sudah berada tepat disampingku dan aku masih menatapnya tak percaya akan kehadirnya.
"Tambah satu porsi lagi ya bu" Ucapnya.
"Deg.. ngapain dia disini?" Tanyaku heran. Dia bisa saja menyuruh asistannya untuk memesankan makanan, tanpa harus repot kesini.
"Mau sampai kapan kamu menatapku seperti itu" Tanyanya.
Ku tersadar dan ku mengalihkan pandanganku secepatnya.
"Kamu ngapain disini mas.. eh maksudku pak..?"
Haduh.. aku bingung sekarang harus menyapanya dengan sebutan apa.
"Yuk.. kita duduk dulu" Pintanya dan tak menjawab pertanyaanku.
Aku duduk, Adit juga duduk dan memilih duduk disampingku. Luna terbengong melihat kedatangan Adit. Suasana menjadi hening terasa.
"Bapak makan disini juga" Tanya Luna memecahkan kesunyian.
"Ya" Jawabnya cepat dan kemudian terdiam sesaat dan berucap kembali.
"Mau makan ditemenin Ayna" Ucapnya sambil tersenyum bangga.
"Hah.."
Ku berteriak, Luna menganga.. masih tampak takjub dengan apa yang barusan didengarnya.
"Kayaknya saya salah tempat duduk yah" Ucap Luna.
"Kamu disini aja Lun" Teriakku segera.
"Iya.. Kamu tetap disini" Ucap Adit.
"Baik pak.." Jawab Luna menurutinya dan..
"Ha.. ha... ha... ha..."
Adit tertawa, Aku dan Luna saling menatap dan kemudian terbengong melihatnya.
"Kalian ini kenapa?" Tanyanya dengan sedikit tawa kecil yang masih tersisa.
Sesaat kemudian, tiga porsi gado gado pun hadir di meja kami.
"Ini gara-gara kamu mas" Jawabku.
"Kamu kenapa engga pernah bilang kalo kamu tuh Ceo di perusahaan ini mas?" Tanyaku kesal.
"Kamu kan engga pernah nanya?"
"Tapi kan mas.. setidaknya kamu infolah ke kami, ya ke aku khususnya" Ucapku kecewa.
"Kamu sudah tau sejak pertama kali kita ketemu kan?" Tanyaku kembali.
"Ya.., tepatnya saat aku bertanya kamu bekerja dimana" Jawabnya dengan senyum kecil tersirat diwajahnya.
"Truss.. kenapa kamu ga mengakui juga kalo kamu bekerja ditempat yang sama denganku?"
"Truss.. tau-taunya kamu jadi bos aku lagi" Kesalku merasa tertipu.
"Iya.. maaf Ayna.. maaf.." Pintanya.
"Aku traktir kalian makan ya.." Bujuknya.
"Traktir gado-gado gitu?" Tanya Luna polos yang tengah asyik menyantap gado-gado miliknya sambil menatap dan menyimak perdebatan kami berdua, bagaikan tontonan menarik yang menemani makan siangnya.
Ku menatap Luna kemudian. Kenapa disaat seperti ini malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya.
"Kita makan dulu ya, setelah ini kita bahas ini lagi, tapi tidak disini" Bujuknya.
Ku menarik nafasku perlahan, menenangkan hatiku. Entah rasa kecewa, kesal, terkejut, sedih atau bahagia. Mereka bercampur menjadi satu yang ku tak pahami perasaan apa yang ku rasakan saat ini.
🍀🍀🍀
Makan siang kami berjalan cukup lancar. Kami memutuskan untuk segera kembali ke kantor. Namun lain dengan Luna. Ia izin untuk tidak kembali ke kantor terlebih dahulu. Ada hal yang perlu ia lakukan sebelum ia kembali ke ruangannya. Yah.. hanya Aku dan Adit melangkah masuk berdua ke dalam lift. Menekan angka sepuluh dan pintu tertutup.
Adit meraih tanganku dan menggenggamnya. Ku melihat sosoknya, ku melihat pundaknya dan ku melihat wajahnya dari samping. Adit hanya diam akupun begitu sampai akhirnya pintu lift terbuka dan kami keluar bersama.
Sudah ada beberapa orang kembali ke meja kerja mereka masing masing. Segera ku melepaskan genggaman tangannya, saat ku sadar Adit masing menggenggamnya. Adit menatapku seakan bertanya kenapa.
"Engga enak mas, kalo diliat orang" Jawabku segera memahami maksud tatapannya.
Adit menurut, ku mengikuti langkahnya menuju ruang kerjanya sekarang. Dia menutup pintu dan memintaku untuk duduk di sofa yang tersedia di ruang kerjanya itu dan sekarang Adit sudah berada disampingku duduk bersamaku.
"Ayna, mas minta maaf ya"
"Sudahlah" Jawabku
"Tapi mas, kamu engga nyesel pacaran sama aku?, Aku kan cuman anak buah kamu" Tanya ku merendah padanya.
"Maksudnya?" Tanyanya sambil menatapku kecewa.
"Ya maksudku, kamukan bisa mendapatkan wanita yang setidaknya selevel dengan kamu" Jawabku sedikit hati-hati dengan pemilihan kataku.
"Ayna, aku memilih kamu memangnya ada yang salah disitu?"
"Tapi kan mas, kalo seisi kantor bertanya padaku tentang kamu, aku harus menjawab apa. Kalian kenal dimana, kapan kalian bertemu, Adit seperti apa orangnya.. dan belum sampai ku menyelesaikan ucapanku. Ia menghentikannya...
Bibir Adit menyentuh bibirku.. Ia menciumku. Dia benar benar menciumku. Ku merasakan lembutnya sentuhan bibirnya itu. Tapi ku hanya terdiam dan tak berucap apapun. Membalas ciumannya pun tidak.. menolaknya pun tidak.. Dan kemudian dia menatapku, aku menatapnya.. Aku mematung.
"Aku engga peduli, mereka mau bertanya dan menilai seperti apa aku, yang terpenting kamu milikku Ayna" Ucapnya.
Adit menatapku kembali.. jarakku dan jaraknya masih sangat dekat.. dan..
"Klek" Pintu ruang kerja Adit terbuka. Terlihatlah seorang pria muda berpakaian rapih memasuki ruangan ini dan kemudian terhenti langkahnya. Terkejutlah Ia menatap kami, posisi duduk kami yang sangat dekat wajah Adit yang mendekati wajahku.. Tangan Adit yang menggengam tanganku. Mungkin dia baru menyadari bahwa dia datang diwaktu yang tidak tepat. Dia menatap kami penuh rasa bersalah.
"Maaf kan saya tuan, silakan dilanjut. Saya keluar segera" Pamit pria itu.
Langkahnya sangat cepat ketika meninggalkan ruangan ini dan kemudian menutup pintunya kembali. Aku mengenali pria itu. Pria yang dipanggil Ajun oleh Adit. Pria yang pernah mengantarkan pakaian ganti ke apartemenku untuk Adit.
Kupun tersentak kaget ketika ku menyadari posisi Adit masih sangat dekat dengan ku dan aku baru ingat dan sadar bahwa Adit barusan mencium bibirku. Ya ampun Ayna kenapa kamu melupakan hal sepenting itu. Kenapa aku jadi sebodoh ini dihadapanya. Ku bangkit dari dudukku dan ku berdiri tepat di sampingnya.
"Aku mau kembali keruang kerjaku mas" Pamitku.
"Ok, nanti kamu bisa bantu aku berkeliling jam berapa?"
"Jam empat sore aja ya mas" Jawabku dan melangkah cepat pergi meninggalakan Adit.
Tertutuplah pintu itu.. ku menarik nafas panjang mencoba menenangkan hatiku. Aku panik.. aku malu.. Ahhhh.. teriakku sendiri dengan sedikit mengacak acak rambutku dan ternyata.. ada sosok lain disampingku.
"Non Ayna, sudah selesai dengan tuan?" Tanyanya.
"Hah.. Sejak kapan kamu disitu" Tanyaku panik.
"Sejak tadi Non" Jawabnya jujur.
"Hah.. jadi kamu ngeliat apa yang barusan aku lakukan di depan pintu" Tanyaku memastikan.
"Kalo boleh jawab jujur, iya Non.." Ucap Ajun dengan senyum bersalahnya.
Ku melangkah begitu saja meninggalkan Ajun. Sangat tidak sopan memang. Tapi aku malu. Haduhhh.. aku telah berbuat bodoh hari ini.. Aku pasra.. hanya bisa pasrah..
.
.
.
.
Lanjut episode berikutnya ya dears😘..
Semoga suka dan dijadikan favorite.
jangan lupa likenya.. bintang dan vote yang banyak
komentar dan masukan yang baik ditunggu😇
terima kasih..
tetap setia menunggu upnya ya😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dhina ♑
Bisakah anda rapat dengan saya Bu
2021-08-03
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
wow Adit selalu aja bikin ayna klepek-klepek 🤣
2021-07-01
0
rintob
Ajun jngn buka rahasia Ayna
2021-06-26
0