Masih dengan susana yang membingungkan. Masih penuh tanda tanya dalam benakku yang ingin ku lontarkan segera ke Adit. Adit menarikku untuk mendekati posisinya. Menggenggam jemariku sangat erat.
"Oh.. kalian akan bertunangan?, Ibu minta maaf ya nak." Pinta Bu Darma.
Ku tersenyum sangat memaksa.. Aku harus bilang apa sekarang.
"Tapi pintu rumah ibu, tetap terbuka lebar buat kamu nak." Lanjut Bu Darma.
"Iya bu, pak.. terima kasih, nanti pasti Ayna sempatkan mampir." Ucapku akhirnya.
"Oh iya.. nak Adit, sepertinya kita harus tunda pertemuan kita dilain waktu, maaf ya nak Adit?" Pinta Pak Darma.
"Tak apa Pak, masih ada lain waktu. Kapan pun bapak siap, saya usahakan pasti siap." Jawab Adit.
"Kami pamit dulu ya, selamat menikmati kencan kalian." Ucap Pak Darma dan tersenyum pada kami.
Beberapa menit kemudian, mereka pergi meninggalkan kami, Yah.. Aku dan Adit. Lalu
ku menatapnya meminta penjelasan atas pengakuannya barusan pada Bu Darma dan Pak Darma.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Adit.
"Kenapa kamu bilang ke mereka, kalau aku ini calon tunangan kamu?" Tanyaku tak mau kalah.
"Jika tidak begitu, kamu akan dikenalkan dengan anaknya Bu Darma, Ayna.." Penjelasannya.
"Owh.. kamu takut kalah saing ya." Ledekku.
"Kamu itu pacarku Ayna, aku enggak setuju kalau kamu dijodohkan dengan anaknya bu Darma."
Sekali lagi ku mendengar kata pacar darinya dan aku masih ragu.. akan status itu.
"Mas Adit." Panggilku.
"Jadi sebenarnya status kita itu apa sih mas?" Tanyaku.
"Kamu pacarku, Ayna."
"Nembak aku aja belom, kenapa bisa jadi pacar?"
"Ayna.. Kamu adalah pacarku dan tetap menjadi pacarku." Yakinnya.
"Kamu enggak mau nanya perasaanku sama kamu itu seperti apa?" Ku terhenti sesaat dan melanjutkan ucapanku.
"Aku tuh takut mas, takut menggangap kamu sebagai pelarianku aja." Jawabku sedikit kecewa.
"Kamu pria baik, baik banget menurutku.. kamu perhatian.. secara fisik kamu sempurna, tapi maaf aku perlu waktu untuk memahami perasaanku." Ku menunduk tak berani ku menatapnya.
Adit memegang kedua pundakku, dan mengangkat wajahku dengan sentuhan jarinya ke daguku, sekarang aku melihat wajahnya sangat dekat. Dia menatapku..
"Ku berikan seluruh waktuku, untuk kamu bisa memahaminya dan bisa menerimaku. Tapi yang pasti aku sayang kamu dan aku akan selalu melindungi dan menemani kamu, Ayna."
"Deg.." Ya Tuhan.. kenapa Adit jadi romantis begini, lancar sekali dia mengatakannya. Hati wanita mana yang tak tersentuh mendengar ucapannya. Aku terharu.. entah kenapa aku malah meneteskan air mataku. Seiring waktu mungkinkah aku akan mencintainya.. atau mungkin aku sudah mencintainya.
Adit mengusap air mataku perlahan. Kemudian menarik tanganku, menggenggam jemariku dan membawaku ke tempat pesanan kami.
🍀🍀🍀
Hari semakin sore, sudah banyak cerita yang terukir indah bersama Adit sepanjang makan siang kami tadi. Adit hendak mengantarku pulang.
"Kamu mau ku antar ke apartemen?" Tanyanya sambil menyetir.
"Aku mau pulang ke rumah aja mas, liat bu Darma dan Pak Darma tadi jadi kangen mama sama papah di rumah." Jawabku.
"Bagus itu, jadi kamu tidak sendiri." Ucapnya sambil terseyum tenang.
"Pak Darma itu, rekan kerja kamu?" Tanyaku.
"Yah dia calon investor."
"Jadi tadi kalian berencana mau buat kesepakatan kerja sama?"
"Yah.. bisa dibilang seperti itu."
"Oh ya... Di mana rumah orang tua kamu?" Tanyanya.
"Serius kamu enggak tau rumahku." Aku terkejut mendengarnya dan menatapnya yang tengah sibuk dengan kemudi yang sedang ia pegang.
"Aku serius Ayna."
"Hahahaha.. Aku kira kamu tahu mas, habis alamat sama pasword apartemenku saja kamu tahu.. sampai Luna sahabatku saja kamu tahu."
"Aku memang tidak tau alamat rumah kamu." Dia berhenti berucap dan kemudian dia membisikkan ke telingaku yang membuatku menjadi patung seketika.
"Tapi aku tahu yang lebih rahasia dari diri kamu."
"Deg.." Maksud yang lebih rahasia dari diriku ini apa? Oh Tuhan.. kenapa aku jadi teringat kejadian saat aku meninggalkan pakaian dalamku di kamar mandi dan diketahui oleh Adit.
"Ayna.. Ini lurus atau belok?" Tanyanya.
"Lurus mas.. lurus mas.." Jawabku tergesa dan terdiam kembali.
Ah.. Adit telah mengacaukan pikiranku.
🍀🍀🍀
Keesokan harinya, Senin pagi.. aku bersiap menuju kantor. Menjalankan rutinitas keseharianku. Pagi ini Aku diantar Pak Herman, melangkah memasuki gedung secara perlahan dan berlari mengejar lift yang akan segera tertutup rapat.
"Yes." Teriakku sendiri menandakan bahwa aku telah berhasil masuk ke dalam lift ini.
Ting..
Lantai 10, ku melangkah keluar, tersenyum cerah dan menyapa beberapa orang yang sudah hadir di sana, perlahan menuju ruanganku.
Ku melangkah menghampiri meja kerjaku, menarik kursinya, meletakan tasku segera di atas meja dan menyalakan laptopku kemudian.
Tak sampai lima menit, tanpa mengetuk pintu dan tanpa ku sadari. Luna sudah berlari ke arahku.. tampak lelah.. tampak bingung.. dan tampak terkejut.
"Lo kenapa Lun?" Tanyaku sedikit khawatir melihat tampangnya.
"Lo pasti kaget dan enggak percaya Ay" Jawabnya masih dengan suasana yang tegang.
"Iya.. apa?" Jawabku yang jadi penasaran.
"Adit.. Ay.."
"Iya kenapa dengan Adit? Lo tenang dulu deh, coba lo tarik nafas lalu buang." Pintaku.
Luna menuruti perintahku. Dia tampak tenang sekarang. Ku menatapnya, menagih janji penjelasannya yang belum selesai diucapkan.
"Lo mesti baca ini." Luna menyerahkan sebuah artikel ke hadapanku. Ku menatap jelas foto yang tertera dalam artikel ini.
"Ini kan Adit" Ucapku..
Perlahan ku membacanya.
Raditya Chandra Putra, Pria kelahiran Jakarta, 09 November 1990 yang merupakan anak semata wayang dari keluarga Chandra, Chandra Group. Pembisnis ulung di bidang jasa perhotelan. Sekarang sedang mengembangkan karirnya sebagai CEO di perusahaan Ayundra. Perusahan kosmetik milik kakeknya.
Ayundra diambil dari nama depan kakek dan neneknya. Ayu Putri Andara dan Indra Darmawan............
"Hah.." Teriaku menatap tak percaya dengan apa yang telah ku baca.
"Jadi Adit bos kita Luna." Tanyaku memastikan.
"Iya Ay.."
Ku merebahkan tubuhku ke sandaran kursi yang sedang ku duduki. "Jadi aku pacaran sama bos ku sendiri." Bisikku dalam hati.
Artikel ini pasti salah.. yah.. pasti salah..
dan ting..
Terdengar notifikasi berbunyi pada emailku, ku membacanya perlahan.
Meeting
Senin, 20 Juli 2020
Pukul 10.00 wib - selesai
Agenda:
Perkenalan dengan CEO dan Perkenalan setiap divisi.
"Gimana nih Lun?" Tanyaku tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Adit ngundang rapat pagi ini."
Luna melangkah menghampiri monitor laptopku dan membacanya.
"Lo tinggal ngejelasin aja kan."
"Yang jadi masalah disini adalah gw ketemu Adit, Luna.. Dia jadi bos kita sekarang." Panikku.
"Tenang.. tenang.. langkah pertama yang harus kita lakukan adalah.. menarik nafas panjang lalu buang.. yahh seperti itu.."
Entah kenapa aku jadi menuruti perintahnya. Kenapa malah jadi terlihat konyol. Ahh.. tenang Ayna.. tenang.. Ku menenangkan diriku kembali
🍀🍀🍀
Tepat pukul sepuluh pagi, ku melangkah memasuki ruangan meeting. Ruangan ini tiba - tiba menjadi sangat menakutkan. Aku gugup, Luna menyadarinya. Dia kembali menenangkanku.
Ku menarik kursiku, Luna duduk tepat di sampingku. Ruang meeting ini berbentuk Ushape, ada satu meja dan kursi yang memang tersedia khusus untuk orang yang akan berbicara, tepat berada di tengah. Sehingga dapat terlihat jelas oleh peserta meeting yang hadir. Aku memilih kursi yang cukup jauh dari kursi itu, karena ku tahu kalau Adit pasti akan menempati tempat duduk itu.
Satu persatu, perwakilan setiap divisi hadir. Memenuhi seluruh kursi dalam ruang meeting ini dan akhirnya yang dinanti - nanti setiap orang datang, kecuali aku pastinya.
Tapi aku terkejut menatapnya.
"Kemeja, Jas.. Oh tidak.. itu Adit.." Tanyaku tak percaya dalam hati.
Ku kembali menundukkan pandanganku, saat Adit menyadari kehadiranku dan menatapku.
Dia memulai rapat, menyapa kami dan kemudian memperkenalkan dirinya. Sampai akhirnya.. semua orang menatapku karena ucapan Adit. Luna ikut-ikutan menatapku.
"Selamat pagi Bu Ayna." Sapa Adit tiba-tiba.
"Waduh.. Adit nyari perkaraaaa.."
Belum sampai ku memperkenalkan diriku, Adit sudah menyapaku. Itu menandakan bahwa Adit sudah mengenalku jauh sebelum Ia mengenal semua orang di sini. Tapi Adit memang mengenalku dan sudah mengganggap aku sebagai pacarnya. Enggak ada yang salah memang, yang salah kenapa Adit mengakuinya di sini dan sekarang.
"Di kantor ini saya sangat kenal bu Ayna, Mungkin nanti bu Ayna bisa bantu saya untuk mengenalkan staff disini." Lanjutnya.
Ah... Adit, kamu menyulitkanku kembali. Aku harus bilang apa, jika nanti ada yang bertanya, apa hubunganku dengannya. Kenapa aku bisa mengenalnya dan pertanyaan - pertanyaan lain yang akan berkembang nantinya.
Dan untuk saat ini, ku hanya bisa mengganguk tanda mengiyakan permintaanya dengan senyum sedikit memaksa untuknya.
.
.
.
.
Lanjut episode berikutnya ya dears😘..
Semoga suka dan dijadikan favorite.
jangan lupa likenya.. bintang dan vote yang banyak.
komentar dan masukan yang baik ditunggu😇
terima kasih..
tetap setia menunggu upnya ya😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dhina ♑
Hebatnya....bu Ayna
2021-07-28
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
selalu penuh kejutan untuk ayna👍👍
2021-07-01
0
Arif Muzakki
owalah jadi Adit pengagum rahasia ayna toh🤭
2021-06-29
0