Ku menatap Adit yang tengah asik duduk di sofa, sibuklah ia dengan hapenya saat ini. Sedangkan Luna sudah beranjak pergi meninggalkan kami beberapa menit yang lalu. Perlahan ku menghampirinya dan memanggilnya.
"Mas" Panggilku.
"Hei.. Ay..na!" Panggilnya terbata sambil menatapku dan tampak terkejut dan tak menyangka.
"Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Tanyaku sendiri sambil merapikan rambutku, khawatir itu menjadi penyebab dia tak berhenti menatapku.
Saat ini aku hanya mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana jeans berwarna biru gelap. Tas slempang bersandar sempurna di pundakku. Rambutku memang ku biarkan terurai saat itu. Yah.. ku membasahinya dan mencucinya pagi tadi.
"Mas.." Panggilku kembali sambil melambaikan tangan kananku ke arah pandangannya.
Dia tersentak dan bangkit dari duduknya.
"Kamu sudah siap?" Tanyanya melangkah perlahan ke arahku dan entah kenapa aku malah melangkah mundur melihat langkahnya yang makin mendekatiku.
"Memangnya kita mau kemana mas?" Tanyaku tapat saat Ia sudah berada di hadapanku persis.
"Kalau ku menolak untuk ikut gimana mas?" Tantangku sedikit penasaran akan reaksinya.
Hari ini ku memang tidak ada rencana kemanapun. Jadi seharusnya memang tidak masalah jika ku ikut denganya. Toh.. yang ada aku hanya diam termenung di apartemen ini, tanpa Luna yang sudah pamit sejak tadi.
"Kamu harus ikut" Jawabnya menatapku.
" Kenapa harus" Tanyaku makin menantanginya.
Langkah mundurku terhenti, saat sudah mencapai ujung ruang ini. Kenapa situasinya jadi menegangkan seperti ini.
"Kamu pacarku" Jawabnya sambil tersenyum.
"Deg.. " Aku tersipu mendengarnya, bisa kacau kalau Adit menyadari mukaku memerah karenanya.
"Kalau aku ini pacarmu, kamu engga bisa egois gitu lah" Berusaha tetap cool dihadapannya.
"Jadi sekarang kamu sudah mengakui kalau aku pacar kamu?" Tanyanya kembali sambil tersenyum menang.
"Bukan.. bukan seperti itu.. maksudku.. " Jawabku panik dan Adit tampak senang menatapku.
"Kamu kenapa selalu saja bilang aku ini pacarmu sih?" Tanyaku akhirnya.
"Kan kamu yang bilang sendiri, kalau aku ini pacar kamu" Belanya.
"Maksud kamu saat mas Rafka ke sini?" Tanyaku memastikan.
"Aku kan sudah mencoba menjelaskan saat itu, dan sudah minta maaf juga sama kamu " Penjelasanku panjang kali lebar.
Adit menatapku.. dan hanya tersenyum mendengar ucapanku. Wajahnya makin mendekat ke wajahku. Sangat dekat.. mata hidung, mulut sangat jelas terlihat. Jantungku berdetak tak karuan. Apa yang akan terjadi setelah ini, ku tak kuat menatapnya.
Adit mulai bersuara, jantungku makin berdetak kencang. Mataku benar - benar terpejam dibuatnya. Mulutku diam membisu saat itu.
"Kamu milikku Ayna" Bisiknya namun sangat jelas terdengar.
Wajahnya benar-benar mendarat dihadapanku, jarak ku dengannya sangat dekat sekali. Aku bisa merasakan nafasnya, aku bisa mencium aroma tubuhnya. "Haduh.. apa yang akan dia lakukan sekarang?" dan..
"Drrrrtttt.." Hapeku bergetar.. Mataku terbuka dan ku terkejut saat wajahnya sangat jelas terlihat. Tanganku sibuk mencari sumber getaran saat ini. Namun pandanganku tak berpaling menatapnya. Dia pun menatapku dengan senyum kecil terlukis jelas di wajahnya.
Tiba-tiba tanganya menghampiri tanganku. Dia menghentikan gerakan tanganku yang masih sibuk mencari hape saat itu. Entah kenapa menjadi sangat sulit menemukan hape itu. Padahal jelas-jelas aku menyimpannya di tas ku saat ini.
"Hape ku bu..nyi mas.." Ucapku terbata masih dengan tatapan dan wajahnya yang masih sangat dekat denganku. Seperti tak ada jarak diantara kami.
"Aku menemukannya" Tunjukknya dengan mengangkat salah satu tangannya agak tinggi.
Tatapanku beralih ke hape yang saat ini ada di genggamannya. Tepat di sebelah kiriku. Sejak kapan hape itu pindah posisi dari dalam tas ke tangan dia. Reflek ku memajukan tubuhku berusaha untuk meraihnya. Namun yang ada wajahku malah menyentuh wajahnya, hidung kami bertemu dan bibir ku menyentuh bibirnya tepat setelah pandanganku beralih yang mulanya fokus melihat hape yang dipegangnya, menjadi menghadap ke wajahnya kembali.
Ku memundurkan tubuhku ke belakang namun tak bisa melangkahkan kakiku lagi setelah ku sadar dengan apa yang barusan terjadi.
"Maaf.. maaf..." Pintaku sambil menundukkan pandanganku.
Kenapa jadi aku menciumnya. Bisikku malu sambil menggigit lembut bibirku sendiri.
Adit mengangkat daguku. Aku kembali menatapnya.. tunggu.. tunggu.. apa yang akan dilakukannya lagi sekarang. Jantungku berdetak makin tak karuan dan akhirnya..
Adit mencium ku kembali, mencium keningku.
"Ini hape mu, telepon lah kembali setelah itu kita pergi"
Sesaat setelah adit meletakan hape yang ada di tanganya ke tanganku, Ia melangkah meninggalkanku menuju sofa. Kakiku menjadi sangat lemas. Jantungku masih berdetak cepat tak beraturan. Aku masih tak percaya dan tak berdaya mengingat kejadian yang barusan terjadi.
"Oh my god", Adit mencium ku kembali. Bukan.. bukan.. Aku mencium Adit tadi. Ahhhh... itu tidak sengaja. Bibirku hanya menyentuh bibirnya. Itu tidak dikatagorikan sebagai ciuman kan yah.. Tanyaku sendiri berkali kali untuk memastikan.
🍀🍀🍀
Dan akhirnya ku menuruti kemauannya, ikut dengan Adit. Entah Adit mau membawaku kemana, ku tak berani bertanya. Aku masih malu untuk memulai pembicaraan.
Sampai akhirnya Adit menghentikan mobilnya. Di sebuah restauran besar, restauran yang sangat terkenal elegan dan enak makananya, harga yang fantastis dan pelayanan yang mewah. Kebanyakan tamu yang datang kesini yah mereka mereka yang berduit.
Mobil mewah banyak terpakir cantik menutupi halaman restauran ini. Adit memintaku untuk turun dan aku menurutinya. Kami melangkah bersama dan salah satu pelayan pria menghampiri kami dan menyambut kami dengan ramah.
"Reservasi atas nama Raditya" Ucap Adit pada pelayan tersebut.
Pelayan itu mengangguk dan meminta kami mengikutinya dan tibalah kami di salah satu ruangan yang kurasa cukup besar untuk kami berdua. Ku menatap setiap inci sudut ruangan ini. Masih dengan kekaguman yang luar biasa atas dekorasi yang tercipta.
"Kita mau makan disini?" Tanyaku akhirnya.
"Ya" Jawabnya singkat.
"Ehmm.. Aku boleh ke toilet dulu" Pintaku.
Adit mengangguk tanda setuju dan aku segara melangkah meninggalkan ruangan ini dan Adit.
Setelah ku menyelesaikan urusanku di toilet. Ku melihat seorang ibu yang sepertinya akan terjatuh pingsan. Ku melangkah cepat menghampirinya dan menahan tubuhnya supaya tidak benar-benar terjatuh. Dia memegang pergelangan tanganku sangat kuat.
"Terima kasih ya.." Ucapnya.
"Saya antar ya bu, ibu mau kemana?" Tanyaku.
"Antar saya ke depan saja, saya kesini bersama suami saya, nanti saya telepon untuk datang segera"
Ku mengganguk tanda setuju, membantunya dan memapahnya keluar dari kamar mandi ini. Menuju tempat duduk yang letaknya tak jauh dari sini. Ku meminta seorang pelayan untuk menyediakan kami segelas air putih, lalu ku memberikan ibu itu air tersebut.
"Terima kasih ya nak" Ucapnya kembali.
Kalau boleh tahu siapa nama kamu nak?" Tanyanya.
"Ayna bu" Jawabku.
"Gimana keadaan ibu sekarang, sudah lebih baik?" Tanyaku mengkhawatirkannya.
"Sudah baikkan, ini faktor kelelahan sepertinya"
"Sebaiknya kedokter ibu, untuk memastikan" Pintaku.
Dia mengganguk tersenyum dan ku menyambut senyumnya itu dengan hangat. Ibu itu memanggilku nak, aku jadi merindukan mamahku. "Hemm...Sedang apa ya mamah?" Fikirku sendiri.
"Sebentar lagi suami ibu datang, tunggu ya disini" Pintanya.
dan benar.. beberapa menit kemudian ada sosok pria tua seumuran dengan ibu yang ada disampingku ini, datang menghampiri kami. Terlihat jelas kekhawatiran di wajahnya dan sang ibu tersenyum melihat kedatangan suaminya itu.
Pandanganku segera beralih ke samping pria yang merupakan suami dari ibu ini, sesosok lelaki muda yang sangat familiar buat ku.
"Itu kan mas Adit, mereka saling kenal" Tanyaku heran.
"Kamu kenapa?" Tanya suami dari ibu ini, sambil berlutut menghampiri istrinya yang tengah duduk saat itu. Menggenggam kedua tangannya erat sekali.
"Engga apa apa, untung tadi ada nak Ayna membantu" Jawab ibu itu dengan mengarahkan pandangannya ke arah ku.
"Terima kasih sudah membantu istri saya" Ucapnya.
"Sama-sama pak, kebetulan saja saya berada ditempat yang sama saat ibu mau jatuh tadi" Ucapku.
"Oh ya.. ini kartu nama ibu, main - mainlah kerumah jika senggang"
Ku menyambut pemberiannya dan tersenyum ramah.
"Ibu punya anak cowok seumuran dengan nak Ayna, siapa tahu berjodoh" Lanjutnya.
Owhhh.. kenapa pembicaraamya jadi mengarah ke perjodohan ya.. ku tersenyum sedikit memaksa.. tak baik jika langsung menolaknya, setidaknya bisa ku basa basi untuk bisa meluangkan waktuku berkunjung kerumahnya dan belum sampai ku berucap menyampaikan maksud hatiku Adit mulai bersuara. Dia tampak tidak senang mendengarnya. Haduhhh suasananya jadi mencekam begini. Bisikku sendiri.
"Maaf Bu Darma, Pak Darma.. ini Ayna calon tunangan saya" Jawab Adit yang membuatku terkejut sesaat. Ku terdiam bagaikan patung mendengar pengakuannya.
Status pacarnya saja masih belum jelas, sekarang dia bilang aku ini calon tunangannya. Jadi dia mau bertunangan dengan ku begitu. Ahhhhh.. pasti aku sedang bermimpi. Tapi ini benar - benar terjadi, bukan mimpi.
.
.
.
.
Lanjut episode berikutnyanya dears😘
semoga suka dan dijadikan favorite
like dan vote yang banyak ya..
komentar yang baik sangat diharapkan
tetap semangat dan setia menunggu up nya😍💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
apa Adit anak dari kluarga Pak Darma ya...
2022-05-05
1
Dhina ♑
hayooo mencium
2021-07-28
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
asekkk Adit selalu bikin kejutan buat ayna😄
2021-07-01
0