Pintu telah tertutup rapat, yah Adit telah menutupnya dan kemudian menarik tanganku perlahan. Perasaan canggung seperti ini benar - benar sangat menyiksa. Aku diam membisu, mengikuti langkahnya dengan detak jantung yang masih berdetak tidak beraturan.
"Ay." Panggilnya.
"Ya." Jawabku pelan.
"Boleh pinjam handphone kamu?" Tanyanya.
Ku memberikannya begitu saja, menatapnya dan melihatnya sibuk menekan angka demi angka pada layar handphone saat itu dan ku hanya sibuk memperhatikannya saja.
"Ini nomor handphoneku." Tunjukknya.
Dia memasukan nomor handphonenya ke kontak handphoneku, kemudian memanggil nomornya itu. Beberapa detik kemudian dia sibuk mencari nomor lain di handphoneku. Aku makin bingung dibuatnya.
"Ini sebenarnya Adit mau ngapain sihh." Bisikku dalam hati.
"Ini nomor Luna teman sekantor kamu bukan?" Tunjuknya dan tanyanya.
"Hah.." Teriakku.
Kenapa Adit bisa kenal Luna. Apa hubungan Adit dengan Luna.
"Iya itu nomor handphonenya, kenapa?" Jawabku dan tanyaku kemudian.
"Ok."
Dia hanya berkata Ok, Tak lama kemudian dia langsung menghubunginya. Dahi ku makin mengerut, mataku makin menyipit,
dan aku makin bingung dibuatnya.
"Halo Luna, saya Adit, sekarang saya bersama Ayna di apartemennya. Bisakah kesini sekarang?" Tanyanya dan aku hanya bisa bengong menatapnya.
Dia pergi melangkah menjauhiku, kenapa aku tidak boleh mendengar percakapan mereka, makin mencurigakan. Ku terus mengikutinya dan Adit menghalangi terus.
Aku menatapnya heran, beribu pertanyaan berkumpul di otakku. Seperti benang kusut. Tak lama kemudian samar - samar ku mendengar Luna berkata "Ok" dan kemudian menutupnya. Ku menatapnya kembali meminta penjelasan padanya.
"Kamu kenal Luna?" Tanyaku memastikan.
"Tidak." Jawabnya singkat sambil menyerahkan handphoneku kembali dan meletakanya ke tanganku.
"Lalu kenapa kamu minta dia ke sini?" Tanyaku lagi dan lagi.
"Karena aku mau pergi."
"Apa hubungannya kamu mau pergi dengan Luna?" Tanyaku terus.
"Kalau aku pergi, berarti kamu sendiri di sini." Jawabnya dengan lembut.
Ku mengerutkan dahiku kembali saat mendengar jawabannya itu. Timbul pemikiran - pemikiran aneh yang melintas dengan lincah di fikiranku.
"Ini maksudnya Adit mengkhawatirkan aku kah?, Ahhh.. jangan kepedean kamu Ay" Bisikku dalam hati.
"Memangnya kenapa kalau aku sendiri?" Tanyaku memastikan.
"Kamu itu milikku sekarang, menurutlah." Pintanya.
Ku terbengong mendengar ucapannya, "Aku jadi miliknya sekarang, ini maksudnya bagaimana sih?" Tanyaku sendiri.
Dia mengacak - ngacak rambutku kembali. Sambil tersenyum yang membuatku berfikir bahwa ada maksud lain dari senyumannya itu dan kemudian dia melangkah menuju sofa.
"Tunggu.. tunggu.. sepertinya ini mesti kita luruskan." Ku menarik tangannya yang hendak pergi meninggalkan posisi kami berdiri saat itu.
"Sebelumnya maaf sudah melibatkan kamu dalam hubunganku dengan Rafka."
"Maafffff juga.. sudah ngeklaim kamu sebagai pacarku."
"Ide seperti itu keluar gitu aja dari mulutku"
"Maaf ya mas." Pintaku kembali dengan menundukkan pandanganku. Sejujurnya aku malu mengakui kalau aku punya ide gila seperti itu.
"Sudahlah." Jawabnya singkat dan hendak pergi kembali menuju sofa.
"Lohhh.. kenapa sudahlah.. ini masih belum beres menurutku." Batinku bertanya.
Sebelum sampai ku meminta penjelasannya kembali, bel apartement berbunyi lagi.
"Itu pasti Luna."
Dengan yakin Adit berkata dan pergi menuju pintuku dengan cepat dan benar Luna sudah berdiri tepat di hadapan kami saat itu. Luna terdiam mematung menatap Adit yang membukakan pintunya.
"Haaa..iii" Sapa Luna terbata dan menatap Adit dengan tatapan tanpa dosa.
Ku melangkah menuju Adit dan Luna. Ku menarik tangan luna segera dan membawanya memasuki ruangan ini. Luna bisa berubah jadi bodoh dalam sekejap kalau melihat pria tampan seperti Adit. Menurutnya ini rezeki yang tidak boleh disia siakan.
Luna adalah temen sekantorku sekaligus teman curhatku, dia juga asistenku di kantor. Anaknya ceria dan bawel, cerdas dan selalu punya ide yang gila. Itu menurutku..
Tubuhnya tinggi bagaikan model. Cantik ya itu pasti.
Ku mencubit pinggangnya dan menyadarkannya dari mimpi besarnya itu.
"Lun.." Bisikku
"Jangan jadi **** gitu ah.." Bisikku kembali.
"Iya.. iyaa.. sorry"
"By the way, ini Adit yang tadi telepon?" Tanyanya.
"Halo saya Adit" Sapa Adit lembut.
"Boleh minta tolongkan?" Tanya Adit kemudian.
"Boleh.. boleh.." Jawab Luna cepat.
"Tolong menginap disini semalam, temani Ayna.. Saya harus pergi"
"Hah...." Teriaku lagi dan lagi
"Ahhhh.. siyappp itu mah" Jawab Luna dengan ceria.
Adit kemudian menatapku, terlihat jelas dia tampak senang melihat kebingunganku.
Aku kesal dibuatnya. Dia menghampiriku dan mengusap lembut rambutku.
"Aku pamit Ay, kamu baik-baik sama Luna, jangan pernah bukakan pintu jika Rafka yang datang" Pintanya.
Ku hanya diam.. ku kesal.. dia tidak memberikan penjelasan sedikitpun ke diriku.
"Terima kasih untuk tadi malam" Bisiknya yang mendarat tepat di telingaku.
Muka ku mungkin memerah mendengar ucapannya. "Kenapa dia berkata sedekat itu?" Lirihku dalah hati.
Dia tersenyum dan kemudian benar - benar pergi melangkah menjauhi ku dan Luna. Meninggalkan apartemenku ini. Ku menyadari sesuatu bahwa sejak tadi Luna ada disampingku. Dia pasti mendengar apa yang Adit bisikkan barusan, menatapku dengan senyum keponya meminta penjelasan kepadaku.
"Siapa itu?"
"Ko aku baru liat"
"Tadi malam kalian ngapain..?", ehmm.. pacaran ya.." Ledeknya
"Trusss kenapa kalau Rafka dateng enggak boleh dibukakan pintu.. maksdunya apa tuh?"
"Sekarang kamu pacaran sama Adit gitu"
Tanyanya terus dan terus.
"Lunaaa..." Teriakku
"Hayulaaahhh Ay.. ceritalah.. bisa mati penasaran nanti" Bujuknya terus sambil menggelayutkan tangannya di pergelangan tanganku.
"Ok.. ok... Aku ceritakan semuanya dari A sampai Z, puas sekarang"
Luna tersenyum puas mendengar ucapanku dan ku akui akupun perlu mencurahkan perasaanku saat ini.
"Lohh ko malah pergi.. katanya mau cerita.. lo mau kemana Ay?"
"Mau ke kamar mandi duluuu Luna"
Ku mencubit kedua pipinya dan kemudian pergi meninggalkannya.
"Dasar luna" Bisikku sendiri.
Ku melangkah masuk ke dalam kamar mandi membuka pintunya dan kemudian menutupnya kembali. Aku terbengong tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Ku menatap jelas apa yang bergelantung rapi di balik pintu kamar mandiku. Ku teringat dan menyadari sesutu saat ini, menyadari akan kebodohanku.
"Ahhhhh.. Luna" Teriakku dengan keras.
Luna seperti berlari dengan cepat dan mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil namaku berulang kali.
"Lo kenapa Ay" Tanyanya.
Ku membuka pintu itu dan kemudian menutup mataku sendiri dengan ke dua tanganku ini.
"Gw malu Lun" Jawabku.
"Malu kenapa" Tanyanya heran.
"Gw naro pakaian dalam di belakang pintu kamar mandi"
"Truss malunya dimana?, Gw juga sering kayak gitu"
"Warnanya merah lagi.. "Jawabku dengan tidak karuan, masih syok dengan apa yang barusan kulihat.
"Iya lalu kenapa lo malu, ini kan apartemen lo sendiri"
"Haduhhh.."
Ku memeluk Luna.. mencoba menutupi rasa maluku. Sekarang ku tahu apa yang terjadi dengan Adit pagi tadi. Kenapa mukanya memerah seketika melihatku tepat setelah Ia kembali dari kamar mandi. "Aduhh Ayna kamu berbuat bodoh lagiii hari ini" Bisikku
.
.
.
.
.
Lanjut episode berikutnya ya dears😘
semoga suka di like dan dijadikan favorite
bintang dan divote yang banyak.
komentar yang baik sangat diharapkan😇
tetep semangat dan setia menunggu up nya😘
terima kasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
😂😂😂Adit ngeliat barang berharga ny Ayna berwarna merah jd malu sendiri.. muka nya jd ikut2an merah
2022-05-03
1
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
bhahhaha
2021-09-24
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
dalamannya warna merah..mukanya Adit ikutan merah🤣🤣
2021-07-01
0