4.Apa salahku?

#Satu jam sudah mereka kini sampai di rumah. Mereka segera keluar dari mobil tersebut dan berjalan menuju rumah.

"Dari mana aja kamu?" tanya seorang pria yang kini sedang duduk di ruang tamu.

"Eh, Mas. Habis belanja keperluan rumah," jawab Revi menatap suaminya.

"Ayah ...." panggil putranya.

Rangga berjalan menghampiri Chiko lalu, duduk di pangkuan sang Ayah.

"Iya, Sayang. Habis dimana sih? Belepotan amet ya bibirnya," Chiko mengusap bibir putranya dengan tisu yang di sediakan meja tamu.

"Habis belanja Ayah, tadi Angga abis makan eskrim," jawab Rangga tersenyum pada sang Ayah.

"Oh gitu ya."

"Habis dari mana  sih kalian? Banyak benar belanjaannya," Bu Sani menatap sinis menantunya.

"Eh Bu ... aku tadi habis belanja keperluan rumah, Bu," jawab Revi menatap Ibu mertuanya.

"Boleh sih belanja tapi enggak banyak juga kali. Dengar ya kamu tuh harus bisa ngatur keuangan jangan boros kayak gini. Kamu pikir suamimu enggak cape apa kerja? Dia harus banting tulang pagi sampai siang bahkan sampai malam. Tapi kamu malah enak-enakan menghambur-hamburkan uang," Bu Sani sambil melipatkan kedua tangannya.

Revi menarik napas mendengar perkataan Ibu mertuanya. Kenapa bisa, kalau dirinya di bilang menghambur-menghamburkan uang.

"Udah bilang sama Ibu kalo aku  beli keperluan rumah dan jajanan untuk Rangga."

Wanita itu langsung membongkar isinya dan memperlihatkan barang belanjaan yang dia beli.

"Ibu lihat sendirikan apa yang aku bawa? Jadi aku mohon sama Ibu jangan salah paham, lagian aku cuma beli keperluan rumah," lanjutannya.

Bu Sani memutarkan matanya dengan malas dan menurutnya sangat di sayangkan aja beli banyak keperluan rumah.

"Udahlah, ngomong sama kamu bikin Ibu darah tinggi tau! Bilangin sama istrimu, berhematlah dalam berbelanja! Kalo dia punya uang sendiri enggak apa-apa, tapi kalo itu uangmu sangat di sayangkan aja," Bu Sani menatap sinis menantunya.

"Itu kewajiban Mas Chiko harus menafkahi aku, Bu. Lagian aku pake uangnya untuk kepentingan rumah, jajan anak. Udah gitu aja kok enggak lebih," jelas Revi.

"Berani sekali melawan sama Ibu! Di omongin malah ngeyel dan enggak terima, mau kamu apa sih?" tanya Bu Sani menatap tajam menantunya.

"Aku enggak mau apa-apa Bu, cuma menjelaskan aja bukan melawan," ucap Revi.

Chiko langsung berdiri dan mencoba memisahkan Ibunya dan sang istri.

"Stop, kalian kenapa jadi berantem? Lagian Bu, Revi enggak salah kok. Dia emang belanja sesuai kebutuhannya," jelas Chiko.

"Kamu jangan membela istrimu! Yang jelas-jelas sangat boros dan enggak pernah menghambur-hamburkan uang!" Bu Sani menatap putranya.

"Asal kamu .... " ucapan Bu Sani harus tergantung karena tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam ruangan tamu.

"Selamat siang semuanya," sapa seseorang yang kini berdiri di ruang tamu.

Bu Sani pun tersenyum saat melihat wanita yang kini ada di depannya, Kemudian merangkul wanita itu.

"Siang juga, Nak. Udah nyampe sini ternyata," ucap Bu Sani tersenyum pada wanita itu.

"Iya, Bu, makanya aku sapa kalian," Bella tersenyum.

Chiko merasa terkejut saat sahabatnya ada disana. Padahal dia tidak mengundang Bella untuk datang ke rumahnya.

"Bella? Oya, mau apa kesini?"

Chiko merasa terkejut sahabatnya datang kesini. Padahal dirinya tidak meminta Bella untuk datang.

"Aku di suruh Ibumu untuk datang kesini. Entahlah apa yang ingin Ibu bicarakan padaku," ucap Bella.

Chiko pun mengerutkan keningnya lalu, menatap sang Ibu dan penasaran apa yang ingin di lakukan saat Bella ada di rumahnya.

"Iya, emang Ibu yang meminta agar dia datang kesini. Ibu sengaja mendatangkan dia untuk menemani Ibu acara arisan yang akan di lakukan rumah ini," lirih Bu Sani menatap putranya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***