Mata dan mulut Jasmine langsung terbuka lebar saat mendengar perkataan dari ibunya yang jelas mengejutkannya. ''Jasmine, Nak, Irfan ini adalah suamimu, kamu harus menghormatinya, Jasmine!'' ungkap Bu Salma.
''Apa, Bu? S-suami?'' pekiknya terkejut.
''Benar, kalian sudah menikah dan ---''
''Tidak, Ibu! Berhenti bicara melantur, Bu! M-mana mungkin A-aku sudah menikah, itu tidak benar,'' ujar Jasmine dengan suara yang terputus-putus.
''Tapi sayang, kenyataannya adalah seperti itu, begitu, Nak Irfan,'' ujar Ibunya pada Irfan.
''I-ya, benar,'' jawab Irfan. ''Semuanya benar kan?''
''Apa?'' Jasmine semakin menatap heran ketika Irfan mengiyakan perkataan ibunya.
''Kamu jangan asal menuduh, siapa yang mengarang cerita,'' balas Irfan.
''Ya, kamu tukang cerita,'' ujar Jasmine.
''Ssstttt Jasmine, jangan begitu pada suamimu, Nak. Ibu bilang jaga sikapmu. Dia adalah suamimu yang sekarang harus kamu hormati,'' ujar Bu Salma mencoba meredakan keduanya.
''Ibu! Kenapa bicara seperti itu, Bu? Aku belum menikah, aku tidak ingin menikah, aku mau bersama Ibu!'' kini Jasmine menangis membantah.
''Sudah, Jasmin. Ibu minta maaf mungkin ini belum saatnya ibu harus memberitahukannya padamu. Istirahatlah, Jasmine,'' kata Bu Salma, agak menyesal karena akhirnya Jasmine bereaksi histeris.
Jasmine menurut dan membaringkan tubuhnya kemudian menatap sang ibunda, ''Tapi, Bu, aku tidak menikah kan? Aku bukan menikah dengan pria itu kan, Bu?'' tanya Jasmine berharap itu salah.
Namun Bu Salma diam saja tanpa menjawab, hal itu membuat Jasmine khawatir bila apa yang terjadi adalah benar, meskipun dia tidak bisa mempercayainya.
**
''Nak Irfan, tolong jaga anak ibu, ya. Ibu mau keluar dulu, dan mungkin akan cukup lama ibu kembali, makanya ibu minta Nak Irfan menjagai Jasmine!'' pinta Bu Salma, memintanya menemani Jasmine yang sedang tertidur karena efek obat.
''Kalau boleh tahu, Bu, kemana ibu akan pergi?'' tanya Irfan, karena saat itu waktu sudah sore dan ia merasa penasaran.
''Ibu mau jualan dulu, Nak. Biasanya, memang ibu suka jualan pada jam segini, dan sudah lama ibu tidak jualan, makanya hari ini, ibu harus pergi berjalan,'' jelaskan Bu Salma.
''Ibu jualan apa, ya?'' tanya Irfan lagi.
''Ibu suka jualan kue dan bunga di pinggir jalan gitu, Nak. Kamu ingat tidak saat kejadian malam lalu? Ibu baru selesai berjualan dan akan pulang, tapi kecelakaan itu terjadi,'' cerita Bu Salma pada Irfan.
''Maaf, Bu, itu kesalahan saya waktu itu yang tidak hati-hati mengemudi. Jadi saat itu, ibu dan Jasmine akan pulang begitu, Bu? Dan juga kalian baru selesai berjualan? Oh ya, jadi apa Jasmine menyukai ikut bersama ibu berjualan?'' tanya Irfan.
''Iya, benar. Kami berdua berjualan, ibu dan Jasmine. Dia suka membantu ibu menjual bunga di tepi jalan dan meminta pengemudi mobil untuk membelinya,'' Bu Salma menjelaskan kembali.
Mendengar penjelasan Bu Salma, Irfan merasa semakin tidak enak hati. Dia merasa bersalah karena tindakannya yang ceroboh sehingga Jasmine tidak bisa membantu Bu Salma.
''Bu, tolong maafkan saya, ini kelalaian saya, yang tidak hati-hati mengemudi. Sebagai gantinya, karena Jasmine tidak bisa membantu ibu sekarang, saya ingin memberikan bantuan dengan sejumlah uang sebagai ganti, Bu. Ibu terima ini, tolong,'' ujar Irfan sambil memberikan sejumlah uang berwarna merah dari dompetnya kepada Bu Salma.
Meskipun Bu Salma membutuhkan uang, namun ia tidak ingin menjadi orang yang tamak atau mencari keuntungan dari apapun.
''Maaf, Nak Irfan, ibu tidak bisa menerima uang ini. Terima kasih banyak atas kebaikanmu,'' kata Bu Salma menolak.
''Loh, kenapa, Bu? Saya ikhlas memberikan ini, Bu,'' kata Irfan heran.
''Ibu tidak bisa, karena ibu masih bisa mencari uang sendiri. Bukan sombong atau munafik, tapi memang ibu tidak bisa,'' jawab Bu Salma.
''Baiklah, kalau itu kemauan ibu. Saya tidak bisa memaksa,'' ujar Irfan.
Selanjutnya Irfan menunggu Jasmine seperti yang diperintahkan oleh Bu Salma, sambil menunggu ia pun memeriksa kondisi kantornya yang bisa dilakukan di tempat lain.
Kemudian ia ingat sesuatu dan melihat jam di pergelangan tangannya.
''Sudah jam lima. Saatnya berganti pakaian,'' gumam Irfan.
Saat itu, mata Jasmine terbuka dan ia bangun tidur.
''Kamu melakukan apa di sini?'' tanya Jasmine dengan nada kasar sambil menatap Irfan.
''Tidakkah sudah pasti menunggumu?'' jawab Irfan.
''Menunggu aku, ckk, aku bukanlah anak kecil yang harus menunggu kamu! Dan dimana ibuku?'' Tanya Jasmine sambil melihat sekitar ruangan kosong, wanita itu sempat berdecak kesal mengejek Irfan.
''Ibumu sedang keluar, katanya mau berjualan,'' jawab Irfan.
''Ibu jualan? Tapi kenapa ibu membiarkan aku bersama pria asing ini?'' gumam Jasmine.
Tiba-tiba Irfan beranjak dan mendekati tempat tidur Jasmine.
''Eh, berhenti! Mau apa kesini!'' pekik Jasmine dan mengangkat tangannya agar Irfan berhenti.
''Lihat jam itu,'' Irfan menunjuk ke arah jam dinding dan Jasmine ikut menatap.
''Ada apa?'' tanya Jasmine.
''Ini sudah waktunya kamu membersihkan tubuh dan berganti baju,'' kata Irfan sambil mengambil wadah dan kain yang telah diisi dengan air hangat dan kembali lagi ke samping Jasmine. Irfan memulai pekerjaannya untuk membersihkan tubuh Jasmine, memang ia sudah terbiasa, tetapi tidak dengan Jasmine.
''Eh, eh, berhenti! Mau apa sih kamu ini!'' teriak Jasmine panik.
''Kenapa banyak bertanya seperti itu? Lagipula, bukankah sudah kukatakan kalau aku ingin membersihkan tubuhmu,'' bentak Irfan yang mulai kesal pada Jasmine.
''Apa? Oh, tidak, tidak! Jangan, kamu berani melakukan itu! Mundur, kamu!'' Jasmine benar-benar panik, matanya melotot.
''Jangan buang waktuku, oke? Dan diam saja!'' ucap Irfan.
''Jangan! Aku akan lakukan sendiri, aku bisa kok melakukannya,'' kata Jasmine sangat panik takut bila pria ini memanfaatkan kondisinya dan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya terhadapnya. Oleh karena itu, ia tidak membiarkan Irfan mendekatinya, apalagi menyentuhnya.
"Ok, kamu lakukan saja sendiri dan jangan harap aku akan membantumu lagi!" tegaskan Irfan.
"Siapa yang nyuruh dan mau aku tidak perduli," balas Jasmin sambil membersihkan dirinya sendiri. Namun, dia masih merasa tidak nyaman. Dia merasa kegerahan dan butuh membasuh muka dan bagian tubuh lainnya dengan air yang lebih banyak.
"Aku gak bisa seperti ini, aku ingin ke kamar mandi. Tapi aku gak bisa jalan, bagaimana dong ini? Aku ingin ke kamar mandi sekarang. Duh, badanku lengket. Aku butuh mandi sepertinya," batin Jasmine tanpa meneruskan membasuh tangan dan bagian tubuh lainnya dengan air yang sedikit di hadapannya.
"Kenapa berhenti?" tanya Irfan, rupanya memperhatikan Jasmine sejak tadi.
"Ah, tidak ada," jawab Jasmine berbohong.
"Ada apa? Katakan saja," desak Irfan.
"Gak ada. Memangnya kenapa sih?" cetus Jasmine.
"Aku hanya bertanya karena sepertinya wajahmu itu aneh. Kamu butuh sesuatu?" kembali tanya Irfan.
"Eeee, tidak."
"Oh, yaudah," kemudian Irfan mau pergi.
"Eh, tunggu," Jasmine cepat mencegah.
"Ya?" Irfan hanya berbalik badan.
"Itu aku... Aku minta tolong," ucap Jasmine dengan suara lirih.
"Apa? Apa aku tidak bisa mendengarnya?" kata Irfan.
"Aku mau minta tolong,"
"Minta tolong untuk apa?"
"Tolong bantu aku ke kamar mandi ya. Aku kebelet," pinta Jasmine sambil tersenyum semanis mungkin agar Irfan mau.
Irfan sedikit terhenyak ketika wanita ini tersenyum kepadanya untuk pertama kalinya. Senyumannya yang manis membuat hatinya hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Chantie Imudh
lanjut lagi kak 😊😊
2023-05-26
0