Alena seketika mengurai pelukan suaminya. Dia pun menunduk sedih masih enggan untuk menatap wajah Aviano. Laki-laki itu meletakan jarinya di dagu runcing sang istri lalu mengangkat wajah wanita itu hingga kedua mata mereka akhirnya bertemu.
Untuk beberapa detik, Alena menatap bola mata suaminya. Menatap wajah tampan laki-laki itu, wajah laki-laki yang sangat dia rindukan sebenarnya. Namun, rasa rindu itu kembali tenggelam tatkala mengingat pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Alvian. Rasa sakit itu kembali menusuk relung hatinya.
"Kita bicara di halaman, Mas," pinta Alena memalingkan wajah, jemari suaminya itu pun seketika terlepas.
"Mas kangen banget sama kamu, Len," lirih Alvian, meraih telapak tangan istrinya lalu menggenggamnya kuat.
Alena seketika melepaskan genggaman tangan suaminya. Dia pun berbalik lalu kembali memasuki halaman. Wajahnya benar-benar datar, tidak ada senyuman yang selalu dia perlihatkan ketika dirinya bertemu sang suami. Tidak ada tatapan penuh rasa cinta yang selama ini dia tunjukan tatkala menatap wajah Alviano.
Hatinya benar-benar hampa, sepertinya dia telah hilang rasa. Meskipun rasa rindu itu sempat datang mengusik relung hati, tapi kehadirannya tidak bertahan lama. Yang ada kini hanya sebuah rasa kecewa yang menguasai jiwanya.
Alena duduk di kursi kayu halaman rumahnya diikuti oleh Alvian yang melakukan hal yang sama. Laki-laki itu menatap lekat wajah Alena. Akhirnya dia pun sadar, bahwa keadaan sudah tidak lagi sama. Perasaan istrinya itu tidak seperti dulu lagi. Aura yang terpancar dari wajah Alena pun tidak secerah dahulu. Dia tidak lagi dapat merasakan cinta dari tatapan mata istrinya itu.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Alvian, pertanyaan yang sangat tidak masuk akal sebenarnya. Mana mungkin istrinya itu baik-baik saja?
"Apa tujuan kamu datang kemari, Mas? Kamu benar-benar tidak memberiku waktu untuk menenangkan diri," tanya Alena. Mengabaikan pertanyaan suaminya.
"Mas kangen sama kamu, sayang. Sama anak-anak juga, rumah sepi sekali tanpa kalian."
"Mas bisa meminta wanita itu menemani Mas di rumah." Tatapan mata Alena menatap lurus ke depan. Dadanya terasa sesak, rasanya sakit sekali mengatakan hal itu sebenarnya.
"Tidak! Mas sama sekali tidak akan melakukan hal itu. Mas sudah memutuskan hubungan Mas dengan dengan si April."
"Jadi dia, wanita itu yang selama ini menjadi selingkuhan kamu?" Alena tersenyum miring.
Alvian seketika diam menundukkan kepalanya.
"Lebih baik Mas pulang. Aku lelah, aku mau istirahat," pinta Alena tidak kuasa lagi menahan berbagai rasa di dalam hatinya.
Antara rasa cemburu, rasa sakit, diiringi rasa sesak seolah melebur menjadi satu kini. Dia takut, emosinya bisa saja meledak tiba-tiba. Perasaan Alena benar-benar tidak karuan sulit untuk dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Tidak, Mas gak akan pulang sebelum Mas ketemu dengan anak-anak."
"Ini sudah malam, anak-anak sudah tidur. Besok lagi saja Mas datang kemari."
"Kamu tidak mengizinkan Mas untuk masuk ke dalam?"
Alena seketika memalingkan wajahnya.
"Sayang? Kamu benar-benar tidak mengizinkan Mas masuk, ketemu anak-anak, tidur di ranjang yang sama dengan kamu dan mereka?"
Alena diam tidak menanggapi pertanyaan suaminya.
"Leeeen!" rengek Alvian, perlahan beringsut lalu berjongkok tepat di hadapannya istrinya.
Telapak tangan laki-laki itu menggegam erat jemari istrinya seraya menatap wajahnya lekat. Alena lagi-lagi memalingkan wajahnya. Buliran air mata itu tiba-tiba saja berjatuhan tanpa dia rasa.
"Apa itu artinya, kamu tidak memaafkan kesalahan yang telah Mas lakukan? Tidak akan memberikan kesempatan ke 2 untuk Mas memperbaiki semuanya? Memperbaiki rumah tangga kita."
Alena masih diam membisu. Dadanya semakin terasa sesak saja kini. Sakit, rasanya sangat sakit. Tidak mudah baginya untuk mengatakan bahwa seperti itulah yang dia inginkan saat ini.
"Len ... Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Mas? Mas minta maaf, sayang. Mas benar-benar menyesal, Mas khilap. Hanya kamu wanita yang Mas cintai. Izinkan Mas untuk memperbaiki semuanya. Beri Mas kesempatan untuk menunjukkan rasa penyesalan Mas. Sungguh, Mas gak bisa hidup tanpa kamu dan anak-anak," lirih Alvian dengan nada suara serak kelopak matanya pun nampak memerah.
Alena hanya mengigit bibir bawahnya keras. Kenapa rasanya sulit sekali untuk mengatakan bahwa dia ingin bercerai dengan suaminya itu? Bibirnya terasa kelu. Hatinya seketika dilanda rasa dilema. Apakah suaminya itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu? Atau, apa yang dikatakan oleh Alvian hanyalah sebuah rayuan gombal? Entahlah, Alena seketika mengusap wajahnya kasar, menyeka air mata yang berjatuhan dengan begitu derasnya tanpa mengeluarkan suara.
"Sayang ... Saya mohon jangan diam saja seperti ini. Bicaralah, Len. Mas mohon, hiks hiks hiks!" tangis Alviano seketika pecah. Dia mengecup punggung tangan istrinya secara berkali-kali.
"Mari kita bercerai," akhirnya kata itu keluar dari bibir seorang Alena membuat Alvian seketika merasa terkejut tentu saja.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
siapa aku
di dunia novel ini, alena 5thn dg alvian, sedang kan didunia nyata aku 10 thn dg suamiku, di selingkuhin 1 tahun, nyesek bgt rasanya, hanya di gantung tak ada kepastian🥲🥲
2023-11-27
1
🌷💚SITI.R💚🌷
lagian laki² ga tau diri 5th aleena berkorban demi lamu mlh selingkuh alasah hilaf lah..alasan basi
2023-06-17
2
Lisa Halik
tetapkan pendirian alena
2023-05-31
1