"Mom! Mommy kenapa menangis?" tiba-tiba saja terdengar suara Lani berjalan menghampiri membuat mereka menyudahi percakapan tersebut.
Alena mengurai pelukan sang ibu. Dia pun mengusap wajahnya kasar juga merubah raut wajahnya kini. Senyuman kecil pun dia layangkan. Kedua tangannya seketika meraih tubuh mungil sang putri lalu membawanya ke dalam pangkuannya kini.
"Mommy gak nangis, sayang. Mata Mommy kelilipan tadi," jawab Alena tersenyum kecil.
"Beneran gak nangis? Ko mata Mommy merah gitu? Mommy jangan nangis lagi, Mommy sudah menangis terus di jalan tadi. Aku sedih kalau melihat Mommy nangis kayak gini."
"Hmmm! Putri Mommy yang cantik ini sudah pandai bicara juga ternyata, anak siapa sih? Pinter banget," decak Alena mencubit gemas kedua sisi pipi sang putri.
"Anak Mommy sama Daddy dong. O iya, Mom. Daddy kapan ke sini? Kasihan Daddy di tinggal sendirian di rumah."
Pertanyaan yang sukses membuat Alena seketika merubah raut wajahnya. Dia melirik ke arah ibu dan sang kakak yang juga berada di sana. Dirinya tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan sang putri, dia pun sadar betul bahwa pertanyaan seperti itu akan dia dengar dari buah hatinya itu setiap harinya nanti.
"Lani, adik kamu di mana? Om Fazril mau ajak kalian jalan-jalan, mau?" tanya Fazril segera merubah topik pembicaraan.
"Mau, Om. Mau! Lian lagi sama bibi di belakang," jawab Lani tersenyum sumringah.
"Kita berangkat sekarang?"
Lani menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar.
"Mom, boleh ya aku jalan-jalan sama Om Fazril?" Lani mengalihkan tatapan matanya kepada sang ibu.
"Tentu saja boleh, sayang, tapi ingat kamu jangan nakal ya. Nurut sama Om, oke?"
"Oke, Mom. Aku janji gak akan nakal."
Alena tersenyum kecil menatap wajah sang putri. Berkat kakaknya dia tidak perlu menjawab pertanyaan Lani. Berat sekali rasanya jika harus berkata jujur kepada anak-anaknya prihal keputusan dia yang akan segera melayangkan gugatan cerai kepada ayah mereka.
Meskipun begitu, dia tetap harus mengatakan yang sebenarnya nanti. Ya ... Nanti, Alena akan merangkai kata sehalus mungkin, mencari waktu yang tepat untuk mengatakan tentang perpisahannya dengan ayah mereka.
Perlahan, Lani mulai beringsut turun dari pangkuan sang ibu. Fazril sang kaka pun melakukan hal yang sama. Dia menggenggam telapak tangan keponakannya juga berpamitan untuk membawa mereka keluar.
"Apa gak apa-apa Abang membawa anak-anak keluar? Nanti Abang kerepotan lho?" tanya Alena kemudian.
"Gak apa-apa, Abang mau ajak bibi juga. Biar Lian di jagain sama bibi."
"Baiklah, kalian hati-hati di jalan."
Fazril dan Lani pun mengangguk-angguk kepalanya seraya tersenyum sumringah.
Alena menatap kepergian mereka berdua. Beruntung dirinya memiliki kaka laki-laki yang baik dan bersedia menghibur kedua buah hatinya. Fazril bisa menjadi pengganti sosok ayah bagi mereka. Meskipun kasih sayang yang diberikan oleh Om mereka tidak akan sama dengan kasih sayang yang pernah mereka terima dari Alviano sang ayah kandung.
"Lebih baik kamu istirahat dulu, Len. Wajah kamu pucat banget lho. Ibu takut kamu jatuh sakit nanti," pinta sang ibu sesaat setelah putra sulungnya meninggalkan rumah bersama kedua cucunya.
"Iya, bu. Aku memang lelah banget. Aku tidur dulu ya," jawab Alena.
"Ingat pesan ibu. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Jangan nangis lagi, laki-laki seperti itu tidak pantas untuk di tangisi."
Alena menganggukkan kepalanya seraya tersenyum hambar.
* * *
Malam hari.
Alena menatap kedua buah hatinya yang kini tertidur lelap di atas ranjang. Sepertinya mereka berdua merasa kelelahan setelah di ajak jalan-jalan dan segera terlelap setelah mereka sampai di rumah sang ibu.
Dret! Dret! Dret!
Ponsel yang dia letakkan sembarang di atas ranjang seketika bergetar. Dia pun meraih benda itu dan menatap layar ponsel lalu kembali meletakkannya di tempat yang sama. Alena memutuskan untuk mengabaikan panggilan telpon tersebut.
Ponsel miliknya itu pun akhirnya berhenti bergetar. Namun, benda pipih itu kembali bergetar singkat tanda sebuah pesan masuk. Alena kembali meraih benda itu lalu membaca pesan tersebut.
📲 "Kenapa kamu tidak mengangkat telpon dari Mas? Mas kangen kamu dan anak-anak. Mereka apa kabar? Rumah sepi sekali tanpa kalian. Sayang ... Mas sudah mengakhiri hubungan Mas sama wanita itu. Mas sadar, hanya kamu wanita yang Mas cintai. Mas khilaf, Mas tergoda dengan cinta sesaat. Jadi, Mas mohon pulanglah, atau setidaknya segera pulang setelah perasaan kamu merasa tenang. Maafkan Mas, sayang. Mas janji gak akan pernah mengulangi kesalahan Mas lagi. I love you, Alena."
Seperti itulah pesan yang di kirimkan oleh suaminya. Dia meletakan kembali benda pipih itu. Alena tidak membalas pesan tersebut. Dirinya meringkuk di atas ranjang. Seluruh tubuhnya pun dia tutup dengan selimut tebal. Air mata itu kembali berjatuhan tatkala mengingat masa-masa indah yang pernah dia lewatkan dengan suaminya itu.
Flash Back.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Daulat Pasaribu
kasih pelajaran Thor buat alviano.uda celup dgn perempuan Lin masih mau balikan...kalau aja ceritanya di balek...istrinya yg selingkuh pasti dgn mudah karma itu menghampiri
2023-05-27
2
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-05-24
1
Diana Susanti
sedih pastinya
2023-05-24
1