Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar di ketuk pelan, Alena yang baru saja selesai berpakaian seketika menoleh ke arah pintu. Dia berdiri tepat di depan cermin. Menatap tubuh langsingnya dari pantulan cermin. Wajahnya terlihat pucat pasi, dia pun meraih lipstik lalu memoles bibirnya agar wajahnya terlihat sedikit segar.
Setelah memastikan tidak ada yang aneh dengan wajahnya. Dia berbalik dan hendak berjalan menuju pintu. Namun, wanita itu kembali memutar badan, menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin. Senyuman kecil pun dia layangkan, senyuman yang akan dia perlihatkan di depan semua orang untuk menutupi luka yang sebenarnya begitu menyiksa di dalam hatinya.
Tok! Tok! Tok!
"Alena, ini Abang. Kamu ada di dalam?" terdengar suara sang kaka. Dia adalah dua bersaudara, Fazril 31 tahun adalah kakak satu-satunya yang dia punya.
"Iya, Bang. Sebentar!" jawab Alena segera berjalan ke arah pintu lalu membukanya kemudian.
Ceklek!
Pintu pun di buka lebar. Sang kaka berdiri tepat di depan pintu. Dia masuk begitu saja ke dalam kamar tanpa menunggu dipersilahkan.
"Tumben kamu pulang gak sama suami kamu? Di mana Alvian?" tanya Fazril menatap sekeliling.
"Mas Vian sibuk. Makannya aku datang sendiri," jawab Alena mencoba untuk bersikap biasa saja.
"Aneh."
"Ko aneh? Gak aneh sama sekali, Mas Vian memang sibuk banget orangnya, apa lagi dia baru saja naik jabatan."
Fazril menatap lekat wajah adik kesayangannya. Adik satu-satunya yang dia miliki. Dia bahkan rela di langkahi oleh adiknya ini. Dia merasa ada yang janggal dengan kepulangan Alena yang secara tiba-tiba bahkan tidak ditemani oleh suaminya.
"Abang jangan liatin aku kayak gitu. Apaan sih?" pinta Alena memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain.
"Kamu baik-baik saja?"
"Tentu saja aku baik-baik saja, memangnya aku kenapa?"
"Alena ... Abang merasa ada yang aneh dengan kepulangan kamu secara tiba-tiba ini. Ya ... Abang sih berharap rumah tangga kamu baik-baik saja."
Alena terdiam seraya tersenyum kecil. Dia pun berjalan ke arah jendela lalu berdiri tepat di depan jendela tersebut. Tatapan matanya lurus menatap keluar, dimana halaman luas terhampar di depan sana.
"Len?" sapa sang kaka, dia masih yakin bahwa adiknya ini tidak sedang baik-baik saja. Feeling-nya sebagai seorang kaka begitu kuat. Aura yang terpancar dari wajah Alena pun terlihat berbeda, dia memang tersenyum, tapi senyumannya terlihat dipaksakan.
Fazril berjalan menghampiri sang adik, dia berdiri tepat di depan Alena kini. Kedua tangannya dia letakkan bahunya adiknya, kedua matanya menatap lekat wajah Alena seolah ingin menyelami relung jiwa adiknya itu.
Alena tentu saja segera memalingkan wajahnya. Jika kakaknya ini menatap wajahnya selekat itu, tentu saja kesedihan yang telah dia sembunyikan sedemikan rupa akan terlihat juga pada akhirnya.
Benar saja. Sang kakak seketika mendengus kesal. Dia menurunkan kedua tangannya berdiri tepat di sampingnya, dan sama-sama menatap keluar jendela. Dia yakin bahwa sedang ada masalah dengan rumah tangga adiknya itu.
"Abang tahu kalau kamu tidak sedang baik-baik saja. Kamu tahu, dari dulu kamu gak bisa berbohong sama Abang. Bukan maksud Abang untuk ikut campur dengan urusan rumah tangga kamu, Len, tapi beban akan terasa lebih ringan jika kamu mau berbagi dengan orang lain. Jangan kamu pikul masalah kamu sendirian."
"Meskipun itu masalah rumah tangga kamu sendiri, tapi setidaknya kamu akan sedikit lega jika kamu menceritakannya kepada orang lain. Abang akan menjadi pendengar yang baik, ya meskipun Abang gak akan bisa membantu apapun, karena masalah rumah tangga kalian, hanya kalian yang bisa menyelesaikannya. Ceritakan sama Abang, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba pulang tanpa suami kamu?" ucap Fazril panjang lebar.
Alena seketika menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Suara tangis pun seketika terdengar, pertahanannya benar-benar runtuh setelah mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh kakak kandungnya itu. Bahu Alena terlihat naik turun menahan rasa sesak juga karena dia sudah tidak kuasa lagi menanggung semuanya sendirian.
Grep!
Fazril segera memeluk tubuh sang adik. Dia mengusap punggung Alena lembut dan penuh kasih sayang. Dirinya masih belum tahu apa yang telah di lakukan oleh Alviano sampai adiknya menangis sesenggukan seperti ini. Yang jelas, hatinya ikut merasa sakit ketika adik kesayangannya itu terlihat begitu kesakitan.
"Menangislah sepuasnya, Len. Tak apa, jangan di tahan lagi," pinta sang kaka mendekap erat tubuh Alena.
Tidak ada satu patah pun yang keluar dari bibir Alena, hanya suara tangisnya saja yang terdengar nyaring. Dia seperti sedang memuntahkan semua kesedihan yang begitu menyesakkan.
"Mas Alvian selingkuh, Bang," lirih Alena membuat Fazril merasa terkejut tentu saja, laki-laki itu seketika mengurai pelukan lalu kembali meletakkan telapak tangannya di kedua sisi bahu adiknya.
"Apa? Kamu gak bercanda 'kan? Alviano suami kamu selingkuh?!" tanya Fazril terlihat geram.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
jawir
Ingat wanita mungkin bisa memaafkan tp tidak bisa untuk melupakan
2025-03-07
1
Nurjanah
diselingkuhi itu sakit dan ingat trs sampai kpan pun
2023-09-27
2
Lisa Halik
huhuhu..bacanya kok saya juga ikut sedih😭
2023-05-31
1