Di dalam taksi. Tangis Alena semakin pecah saja. Dia memeluk erat tubuh Lian di dalam gendongannya. Dadanya benar-benar terasa sesak. Semoga dirinya tidak salah mengambil keputusan. Baginya tidak ada kata maaf untuk sebuah pengkhianatan.
Selingkuh adalah sebuah penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Satu kali laki-laki berselingkuh, maka dia akan melakukannya lagi nanti. Jika memaafkan sebuah perselingkuhan dengan begitu mudahnya, maka kesalahan itu akan berulang karena laki-laki itu memiliki senjata yaitu sebuah mata, 'maaf'.
"Mommy kenapa menangis?" tanya Lani dengan begitu polosnya. Gadis kecil itu memeluk tubuh sang ibu erat.
Alena mengusap wajahnya kasar. Tangannya di rentangkan lalu balas memeluk tubuh mungil putri sulungnya itu. Suara tangisnya dia tahan. Dia pun akan mencoba untuk tegar, demi siapa lagi jika bukan demi mereka berdua.
"Mommy tidak apa-apa, sayang," jawab Alena tersenyum dipaksakan.
"Mommy jangan nangis kayak gini. Aku sedih kalau lihat Mommy sedih. Apa Daddy nakal sama Mommy?"
"Tidak, sayang. Daddy kamu tidak nakal ko," jawab Alena mengigit bibir bawahnya keras.
'Maafkan Mommy, sayang,' batin Alena merasa tersiksa.
"Aku sayang Mommy."
"Mommy juga sayang sama kalian berdua."
Cup! Cup!
Satu kecupan mendarat di kening Lani dan juga Lian secara bergantian. Senyuman pun terpaksa Alena perlihatkan. Senyuman menahan getir, senyuman hanya untuk menyembunyikan luka hanya saat ini menganga di lubuk hatinya yang paling dalam akibat perselingkuhan suaminya.
* * *
Di kediamannya, Alviano nampak menatap sekeliling. Rumah yang biasanya ramai dengan celoteh kedua putranya kini terasa sepi. Rumah yang biasanya ramai dengan suara tangis buah hatinya kini terasa hening. Dia menyisir setiap sudut rumah, perasaanya benar-benar terasa hampa. Tidak ada lagi senyuman sang istri yang selalu menyambut kedatangannya ketika dirinya memasuki rumah tersebut.
"Baru beberapa menit saja kalian meninggalkan Daddy, rumah ini rasanya sepi dan hening. Daddy kangen kalian," gumamnya duduk di kursi ruang tamu seraya mengusap wajahnya kasar.
Dret! Dret! Dret!
Ponsel miliknya seketika bergetar. Alvian meraih ponsel yang dia letakkan sembarang di atas meja. Dia menatap layar ponsel. Keningnya dikerutkan, nama Aprilia wanita yang selama ini menjadi selingkuhannya terpampang nyata di layar ponsel. Dia pun kembali meletakan ponsel tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Alvian kembali mengusap wajahnya kasar.
Ponsel miliknya tidak berhenti bergetar. Alvian hanya menatap nama wanita yang saat ini sedang mencoba untuk menghubunginya itu. Ponsel tersebut memang sempat berhenti bergetar, tapi suara getar itu kembali terdengar. Wanita itu sepertinya tidak akan menyerah untuk menghubungi dirinya.
Tidak ada pilihan lain lagi selain mengangkat telpon. Dia tahu betul seperti apa sipat wanita ini. Dia tidak akan menyerah sebelum dirinya menjawab panggilan dari wanita bernama Aprilia itu.
📞 "Halo," jawab Alvian mengangkat telpon dengan nada suara dingin.
📞 "Halo, sayang. Kenapa baru di angkat. Apa kamu masih di rumah? Ko belum datang ke kantor," samar-samar terdengar suara Aprilia nan jauh di sana.
📞 "Saya masih di rumah. Hari ini saya gak ngantor. Ada masalah di rumah."
📞 "Lho, kenapa? Padahal aku sudah bawain sarapan kesukaan kamu lho. Are you okey, honey?"
📞 "April ..."
📞 "Iya, sayang. Kamu kenapa? Ada masalah apa? Cerita saja jangan sungkan. Aku akan menjadi pendengar yang baik untuk kamu, sayang."
📞 "Lebih baik kita akhiri hubungan ini."
📞 "Apa? Kamu bercanda 'kan, sayang? Apa jangan-jangan istri kamu sudah--"
📞 "Ya, dia sudah tahu tentang hubungan kita ini, dia pergi dari rumah bersama anak-anak. Saya tidak bisa hidup tanpa mereka. Jadi, saya harap kamu mengerti. Kita akhiri hubungan terlarang ini sekarang. Maafkan saya, dan terima kasih."
📞 "Tunggu, Vian. Kamu gak bisa mengakhiri hubungan kita begitu saja."
📞 "Sekali lagi maafkan saya, Pril."
Tut! Tut! Tut!
Sambungan telpon pun terputus. Alvian menggenggam kuat ponsel canggih miliknya itu. Dirinya memang mencintai wanita bernama Aprilia, tapi dia lebih mencintai Alena dan anak-anaknya. Jika dirinya harus memilih, tentu saja Alvian akan memilih istrinya, karena jika dia kehilangan sang istri, maka dia pun akan kehilangan 2 buah hatinya dan dirinya tidak ingin jika itu sampai terjadi.
Dreeeeet!
Ponselnya kembali bergetar, kali ini sebuah pesan masuk. Dari siapa lagi jika bukan dari Aprilia wanita bekerja di perusahaan yang sama dengan dirinya.
'Jika kamu tidak masuk kantor, maka aku juga gak akan bekerja. Aku ke rumah kamu sekarang juga. Kita selesaikan masalah kita secara langsung, kita memulai hubungan kita baik-baik maka kita akhiri dengan cara yang baik-baik pula'.
Alvian kembali meletakkan ponsel miliknya sembarang. Dia tidak membalas pesan yang yang dikirimkan oleh wanita itu. Hatinya benar-benar di landa dilema.
"Kenapa kamu membuat aku semakin bingung, April? Kalau kayak gini, aku akan semakin sulit untuk memilih, astaga!" gumamnya mengusap wajahnya kasar.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
dalam rumah tangga harus ada kesetiaan. bila tak ada Acurrr
2024-05-17
0
guntur 1609
betul itu penyqkit selingkuh gak bisa di sembuhkan....
2023-10-23
1
S
Sekarang bilang bingung padahal berjanji sama istri akan mengakhiri.Dasar sudah gak bener ....dah gak usah lama" mbaknlqngsung aja cus ..Kantor.Pengadilan Agama ajah
2023-06-13
5