Alena telah siap untuk meninggalkan rumah. Kedua putra-putrinya pun telah siap untuk pergi bersama dirinya. Koper besar berisi pakaian juga perlengkapan lainnya sudah berada di teras rumah.
Alviano berjalan menghampiri sang istri yang saat ini berdiri bersama Lian di dalam gendongannya. Tatapan matanya nampak kosong menatap lurus ke depan. Ekspresi wajahnya datar, wajahnya pucat pasi tanpa polesan make up sedikit pun.
"Sayang, Daddy gak bisa ikut kalian ke rumah eang, tapi Daddy janji akan segera menyusul kalian ke sana," ujar Alvian mengusap kepala putranya lembut dan penuh kasih sayang.
"Daddy kenapa gak ikut dengan kami?" tanya Lani mendongakkan kepalanya menatap wajah sang ayah.
"Lani sayang. Daddy masih harus kerja, tapi Daddy janji akan menyusul kalian nanti. Kamu jangan nakal, nurut sama Mommy, sama eang di sana ya, muach." Satu kecupan mendarat di pipi sang putri.
Alvian berjongkok tepat di hadapan Lani kini. Dia merapikan pakaian yang dikenakan oleh putrinya. Laki-laki itu memeluk tubuh mungil sang putri seraya mengusap punggungnya lembut dan penuh kasih sayang.
'Maafkan Daddy, Nak. Semua ini salah Daddy. Daddy tidak bisa menjaga hati, Daddy tak bisa menjaga pandangan mata Daddy akan wanita lain. Semoga Mommy mu bisa memaafkan Daddy dan memberi kesempatan ke 2 kepada Daddy-mu ini,' batin Alvian penuh penyesalan.
"Daddy kenapa sedih kayak gini?" Lani balas memeluk tubuh sang ayah.
"Tidak, sayang. Daddy gak apa-apa, Daddy cuma sedih aja karena di tinggal kalian."
"Hmm! Jangan sedih, Dad. Katanya Daddy mau nyusulin kami ke sana?"
"Iya, Daddy gak akan sedih lagi. Pokoknya kamu jangan nakal ya, nurut sama Mommy."
Lani menganggukkan kepalanya. Keduanya pun mulai mengurai pelukan. Alvian kembali berdiri tegak, dia menatap wajah Alena dengan tatapan mata sayu. Wanita itu segera memalingkan wajahnya menatap ke arah samping. Menatap wajah suaminya hanya akan membuat hatinya semakin merasa sakit.
"Mas antarkan kalian ke sana ya?"
"Gak usah," jawab Alena singkat.
"Tapi Mas khawatir, sayang."
Alena diam tidak menanggapi ucapan suaminya.
Ckiiit!
Sebuah taksi berhenti tepat di depan rumah mereka. Alena segera berjalan dengan menggandeng tangan Lani. Sementara Alvian mendorong koper besar menuju taksi lalu memasukkannya ke dalam bagasi. Setelah itu, dia segera menghampiri istrinya yang hendak memasuki taksi tersebut.
"Tunggu, Len," pinta Alviano menarik pergelangan tangan istrinya.
Alena lagi-lagi hanya diam seraya memalingkan wajahnya.
Grep!
Alvian memeluk tubuh istrinya juga sang putra yang saat ini berada di dalam gendongan Alena. Tangisnya seketika pecah. Air matanya tumpah, dia tahu kejadian seperti ini akan menimpanya jika istrinya itu sampai tahu perselingkuhan yang dia lakukan, tapi dirinya tidak menyangka kalau rasanya akan sesakit ini.
"Maafkan Mas, Len. Mas khilaf. Cepatlah pulang, Mas janji akan berubah. Mas janji gak akan mengulangi kesalahan Mas, hiks hiks hiks!" lirihnya penuh penyesalan.
Alena tetap bergeming. Dia memalingkan wajahnya bahkan kedua tanganya terlihat kaku tidak membalas pelukan laki-laki yang telah menorehkan luka di hatinya itu. Buliran air mata tertahan di dalam kelopak matanya. Rasanya sakit, sangat sakit. Namun, dia akan menahan rasa sakit itu, demi kedua buah hatinya tercinta.
"Cukup, aku harus pergi," ucap Alena dengan nada suara dingin.
Alviano perlahan mulai mengurai pelukan. Dia mengecup wajah Lian putra bungsu mereka secara berkali-kali. Anak kecil itu hanya tersenyum kecil. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya.
"Daddy janji akan menjemput kalian nanti," ucap Alviano meletakan kedua telapak tangannya di kedua sisi pipi mungil sang putra.
"Aku tayang Daddy," celoteh Lian tersenyum lebar.
"Daddy juga sayang kalian bertiga."
Dada seorang Alena semakin sesak saja kini. Perpisahan ini bukan hanya menyakitkan baginya, tapi bagi kedua putra-putrinya yang masih berusia balita dan masih membutuhkan sosok sang ayah tentu saja. Air mata itu tumpah juga pada akhirnya. Air mata yang dia tahan sebisa mungkin, tidak mampu dia bendung lagi.
"Mom, aya berangkat," teriak Lani yang saat ini sudah duduk manis di dalam mobil.
"Aku pergi dulu, Mas," pamit Alena, dia perlahan mulai masuk ke dalam mobil.
"Sayang!" Alviano menatap dengan tatapan mata sayu, air matanya semakin deras membasahi wajah tampannya.
Blug!
Pintu mobil pun di tutup. Alviano meletakan kedua telapak tangannya di kaca jendela mobil taksi tersebut. Kedua kakinya ikut melangkah seiringan dengan taksi yang perlahan mulai melaju pelan. Sampai akhirnya mobil pun melesat kencang meninggalkan dirinya sendirian, kedua kakinya sontak berhenti.
Dia menatap kepergian istri juga buah hatinya. Dadanya terasa sesak. Penyesalan demi penyesalan dia rasakan. Wanita yang telah menemaninya dari 0 kini pergi meninggalkannya. Wanita yang telah memberinya 2 buah hati kini terluka hatinya karena perbuatan yang telah dia lakukan.
"Maafkan Mas, Alena. Mas mohon kembalilah kemari, Mas janji akan berubah," lirih Alviano mengusap wajahnya kasar.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sri Puryani
ya kamu yg jmpt istrimu alena, bukan alena yg disrh kembali ke rmh oon
2025-01-07
0
siti Hasanah
sukuriin...
2024-12-23
0
MFay
ya Alena tinggal aj suami seperti itu kamu pasti bahagia walau tanpanya karena anakmu adalah penguatmu 😢😭
2023-10-05
1