"Kamu mau kemana, sayang?" tanya Alviano masuk ke dalam kamar.
Alena diam tidak menanggapi pertanyaan suaminya. Dia berjalan keluar dari dalam kamar dengan menggendong Lani di sisi tangan kanannya sedangkan Lian si bungsu di sisi tangan kiri Alena kini. Keduanya memeluk tubuh sang ibu erat.
"Alena! Alena sayang. Mas benar-benar minta maaf, Mas janji akan segera mengakhiri hubungan Mas sama wanita itu. Mas hanya khilaf, dia yang menggoda Mas duluan!" Alviano sama sama sekali tidak menyerah, dia mengikuti istrinya ke sana ke mari seraya menggendong kedua buah hati mereka.
"Cukup, Mas. Jangan seperti ini di depan anak-anak," pinta Alena, suaranya tidak seketus sebelumnya. Dia tidak ingin membuat anak-anaknya merasa terluka melihat pertengkaran mereka berdua.
"Mas gak akan berhenti sebelum kamu memaafkan Mas."
Alena diam tidak menjawab ucapan suaminya. Dia mendudukkan kedua putra-putrinya di kursi ruang makan. Kedua tangannya seketika bergerak cepat membuatkan susu formula untuk mereka berdua.
Lani dan Lian nampak terlihat biasa saja, mereka masih belum mengerti apa yang sedang terjadi dengan kedua orang tua mereka. Tangan mungilnya menggenggam botol susu yang di berikan oleh sang ibu.
"Kalian berdua tunggu di sini sebentar ya. Mommy mau menyiapkan air hangat untuk mandi kalian berdua," pinta Alena, mengusap kepala mereka berdua lembut dan penuh kasih sayang.
Dia pun berjalan menuju kamar mandi diikuti oleh suaminya yang tidak berhenti mengungkapkan permintaan maaf, dan tentu saja diabaikan oleh Alena dengan wajah datar tanpa ekspresi apapun. Raut wajahnya terlihat lelah, bukan hanya lelah fisik, tapi batinnya pun merasa sangat kelelahan.
"Sayang! Mas mohon jangan seperti ini, jangan diamkan Mas kayak gini. Mas lebih suka kamu marah-marah, berteriak sama Mas dari pada kamu diam saja," ujar Alviano menarik pergelangan tangan istrinya, tapi lagi-lagi di tepis kasar dengan wajah datar juga tanpa sepatah katapun.
"Alena! Saya mohon maafkan saya."
Alena masih diam membisu. Setelah menyiapkan air hangat untuk anak-anaknya, dia keluar dari dalam kamar mandi lalu meraih sebuah koper dan membuka lemari pakaian, satu-persatu pakaian miliknya dia keluarkan begitu pun dengan pakaian kedua buah hatinya.
Bruk!
Tiba-tiba koper tersebut di lemparkan oleh Alviano. Seketika itu pakaian yang sudah di tata di dalamnya berhamburan di lantai. Alena memejamkan kedua matanya, dia masih mencoba untuk menahan diri, dia tidak ingin kedua putra-putrinya mendengar pertengkaran mereka.
Bruk!
Tubuh Alena seketika ambruk, dia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Tangisnya pun kembali pecah, tapi dengan suara yang dia tahan sedemikian rupa. Dadanya benar-benar terasa sesak sekarang.
"Kamu jahat, Mas. Hiks hiks hiks!" Hanya kata itu yang keluar dari bibir seorang Alena.
Grep!
Tubuhnya di peluk erat oleh suaminya. Kali ini dia tidak berontak sedikitpun, tenaganya seperti sudah terkuras habis. Hanya suara isaknya saja yang masih lirih terdengar.
"Mas mohon maafkan Mas, sayang. Mas benar-benar menyesal, hiks hiks hiks!" Alviano seketika menangis sesenggukan mendekap erat tubuh istrinya.
"Lepaskan aku, Mas. Lepaskaaan! Aku mau pulang ke rumah ibu." Alena berusaha untuk melepaskan diri.
"Tidak! Jangan tinggal Mas sendirian, Alena."
"Kamu tidak sendirian, ada wanita itu. Mas bisa meminta dia untuk menemani Mas di sini."
"Nggak! Mas gak akan melakukan hal itu. Mas akan mengakhiri hubungan Mas dengan dia, Mas janji."
"Sayangnya aku gak percaya dengan apa yang Mas katakan. Bukankah Mas menuliskan kata sayang, cinta kepada wanita itu?"
"Ya Mas akui, tapi itu hanya cinta sesaat, Len. Hanya kamu wanita yang Mas cintai, sungguh."
"Kalau Mas benar-benar mencintai aku, Mas gak akan berani mencintai wanita lain, mengkhianati aku. Jadi, biarkan aku pergi untuk menenangkan diri, beri aku waktu untuk menata hati, izinkan aku untuk pulang ke rumah ibu dan membawa anak-anak bersamaku." Alena seketika mengurai pelukan suaminya.
"Tidak, jangan tinggalkan Mas. Mas ngaku salah, Mas minta maaf hiks hiks hiks!" lirih Alviano menangis sesenggukan.
Alena kembali merapatkan bibirnya. Dia pun seketika bangkit lalu meraih koper yang tergeletak begitu saja, memasukan kembali pakaian yang sempat berserakan di atas lantai. Dadanya terlihat naik turun menahan rasa sesak, tubuhnya benar-benar lelah juga terasa lemas sebenarnya.
Aviano hanya bisa menatap sayu wajah sang istri. Sepertinya, Alena memang tidak mudah untuk di bujuk, luka yang dia torehkan terlalu dalam dan dia sadar betul akan hal itu. Laki-laki berkulit sawo matang juga bertubuh tinggi itu hanya bisa pasrah menatap wajah istrinya. Namun, bukan berarti dia menyerah, Alviano akan memperjuangkan cintanya kembali.
"Baiklah, Mas izinkan kamu untuk menginap di rumah ibu, tapi Mas harap kamu kembali lagi ke sini setelah perasaan kamu tenang nanti. Jika tidak, maka Mas yang akan menjemput kamu ke sana," ujar Alviano menatap lekat wajah wanita yang telah menemani hidupnya selama lebih dari 5 tahun itu.
"Aku tidak janji, Mas. Biarkan takdir yang akan menentukan seperti apa nasib rumah tangga kita kedepannya," jawab Alena dengan wajah datar.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
siti Hasanah
klo ud ketahuan ja minta maaf
2024-12-23
0
guntur 1609
cocok tu alena. suami sampah yg tukang selingkuh kelaut ja..atau buang ke tempat sampah
2023-10-23
1
Ony Syahroni
lanjut thor
2023-07-01
1