Ke Surabaya

...~Happy Reading~...

“Sayang, kita harus ke Surabaya sekarang,” ucap Yusuf setelah melihat istrinya sedikit lebih tenang.

Deg!

Eleena benar benar merasa seperti naik rollercoaster, yang mana tadi dirinya di buat terkejut, setelah sedikit tenang kembali di buat terkejut oleh Yusuf yang tiba tiba mengajak nya ke Surabaya.

Berbagai prasangka buruk dan pikiran negatif kini hinggap dan terus terbayang dalam benak nya. Air mata yang semula sempat kering, kini seolah kembali mengalir deras membasahi pipi nya.

Padahal, Yusuf belum mengatakan untuk apa mereka akan pergi ke Surabaya. Namun Eleena sudah merasa seperti akan terjadi hal yang tidak baik, terlebih saat ini ayah nya yang sedang sakit juga berada di Surabaya, tentu saja hal itu semakin membuat Eleena takut yang bukan main.

“M—mas, jangan bilang kalau—“

“Sssttt, tenang dulu. Kita lihat dulu ke sana, dan jangan berfikir yang negatif. Kita harus banyak berdoa, semoga tidak terjadi apapun dengan Papa, oke. Tetap ber Husnudzon kepada Allah,” ucap Yusuf yang berusaha untuk menenangkan istrinya.

Tidak butuh waktu lama, Eleena dan Yusuf segera berkemas dan pergi ke Bandara untuk langsung menuju Surabaya.

Baru tadi pagi, Eleena mengantarkan papa nya ke Bandara. Dan malam ini, dirinya kembali ke Bandara untuk menyusul sang ayah.

Sepanjang perjalanan, Eleena tidak memutus doanya, ia terus berdoa berharap sang ayah memnag benar baik baik saja. Akan tetapi, akal sehat nya seolah menolak.

Karena, jika sang ayah baik baik saja, tentu dirinya tidak akan pergi ke Surabaya secara mendadak dan tiba tiba tengah malam seperti ini, batin Eleena.

...🕊🕊🕊...

...Bandar Udara Internasional Juanda 02:35Pm...

Tepat saat keduanya berjalan keluar Bandara, seorang laki laki yang di duga sebagai supir suruhan papa nya sudah menjemput dan akan mengantarkan Eleena serta Yusuf ke tempat tujuan nya.

“Pak, Papa saya tidak apa apa kan?” tanya Eleena yang seolah tidak sabaran untuk sampai di tempat tujuan nya.

“Maaf mbak, saya tidak tahu. Saya hanya supir yang di tugaskan pak Iman untuk menjemput mbak Eleena dan mas Yusuf ke rumah sakit,” jawab supir itu seketika membuat tubuh Eleena semakin etrasa lemas.

Beruntung, Yusuf begitu sigap langsung memeluk istrinya dan terus memberikan ketenangan agar istrinya bisa mempersiapkan diri.

Tangisan Eleena sudah tidak bisa di bendung lagi, hatinya sudah benar benar sesak, mendengar bahwa papa nya kini berada di rumah sakit.

Dan setelah beberapa saat, kini mobil itu sudah tiba di sebuah rumah sakit yang berada di kota Surabaya.

Eleena segera turun dan berlari untuk masuk ke rumah sakit. Tanpa perduli dengan Yusuf yang masih berada di belakang nya.

“Sus, dimana Papa saya? Papa saya dimana Sus?” tanya Eleena dengan berlinang air mata dan langsung menghampiri meja resepsionis.

“Maaf mbak, atas nama siapa?” tanya suster itu sedikit bingung lantaran Eleena hanya menyebut papa tanpa nama.

“Pak Brata, apakah benar Papa mertua saya di rawat di sini?” tanya Yusuf dan langsung menggenggam tangan Eleena agar tidak kabur lagi dari nya.

Bukan apa, Yusuf hanya khawatir kepada Eleena. Mengingat, bahwa wanita itu masih sakit karena ulah nya, dan kini harus berlari dengan begitu kencang saat memasuki rumah sakit.

“Oh iya, pak Brata baru saja masuk siang tadi. Dan sekarang ada di ruangan Delima nomor tiga puluh tujuh. Ruangan nya ada di lantai enam,” jelas suster itu setelah mencarikan informasi tentang pasien nya.

Tanpa banyak bicara, setelah mengucapkan terimakasih, Eleena kembali menarik tangan Yusuf dan mengajak nya berlari. Akan tetapi, Yusuf berusaha untuk menahan Eleena dan mengajak nya jalan cepat tanpa harus berlari.

Yusuf juga khawatir dengan papa mertua nya. Namun, ia tidak ingin gegabah apalagi sampai membuat Eleena terluka nanti, jika sampai terjatuh atau tertabrak apapun, mengingat bahwa istri nya itu mantan atlit serba bisa yang selalu mengutamakan emosi dibanding akal.

...~To be continue ......

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***