Memberanikan diri

...~Happy Reading~...

Hari demi hari berlalu. Rencana berbulan madu yang di inginkan oleh Eleena, tidak jadi ia lakukan. Setelah Eleena tahu tentang penyakit yang di derita oleh sang papa. Eleena memutuskan untuk menghabiskan waktu nya bersama papa nya.

Eleena ingin menjadi anak yang berbakti dan selalu ada untuk sang papa. Tentu saja, Yusuf tidak keberatan dengan hal itu. Bahkan, kini Yusuf mau tak mau ikut ke Jakarta untuk membantu pak Brata dalam mengurus perusahaan nya.

Yusuf rela meninggalkan usaha nya di Bandung dan ke Jakarta agar bisa selalu dekat dengan istri nya.

Namun, meski begitu, Yusuf juga tidak bisa lepas tangan begitu saja. Dirinya juga terkadang pergi ke bandung untuk mengecek usaha nya.

“Kamu capek banget ya?” tanya Eleena saat melihat suami nya baru pulang bekerja, “Maaf ya Mas,” imbuh Eleena tersenyum begitu lembut.

Gadis itu membantu Yusuf untuk membuka jas nya, dasi berikut juga dengan kancing kancing kemeja nya. Membuat laki laki itu hanya bisa menganggukkan kepala nya sambil tersenyum.

“Akhir akhir ini, aku terlalu sibuk sama Papa. Rencana bulan madu kita juga harus di cancel,” Eleena menundukkan kepala nya, “B—bagaimana kalau kita lakukan itu sekarang saja? M—malam ini?” imbuh nya sedikit ragu dan gugup.

Dengan perlahan, Yusuf menyentuh dagu Eleena, mengangkat nya agar lebih mendongak dan menatap ke arah nya, “Apakah kamu yakin?”

“Aku tidak ingin memaksa, dan aku tidak mau kamu melakukan itu karena terpaksa,” imbuh Yusuf dengan begitu lembut.

“Insyaallah aku siap. Dan aku tidak terpaksa sama sekali,” jawab Eleena dengan sangat yakin.

“Alhamdulilah,” Yusuf tersenyum lalu ia mengecup kening Eleena hingga membuat jantung gadis itu kembali berdetak dengan begitu kencang.

Meskipun Yusuf sering mencium kening atau pipi nya. Namun, entah mengapa kali ini rasanya sangat berbeda, mungkin kah perkataan nya yang ingin menyerahkan diri kepada Yusuf malam ini, menjadi pengaruh luar biasa dari ciuman itu juga, batin Eleena.

“K—kamu mandi saja dulu. A—aku akan membantu mbok Tri nyiapin makan malam. P—papa juga sudah menunggu kita,” ujar Eleena langsung memalingkan wajah nya, karena malu.

Eleena langsung berlari keluar kamar, meninggalkan Yusuf yang masih tersenyum geli melihat tingkah istrinya yang semakin lama semakin menggemaskan untuk nya.

Di meja makan, Eleena seperti bisa mengambilkan makanan untuk suami nya, lalu untuk ayah nya dan untuk dirinya, “Papa gimana? Besok jadi ke rumah sakit?”

“Tidak,” Pak Brata menggelengkan kepala nya, “Papa besok harus ke Surabaya dulu. Setelah itu, baru Papa chek up.”

“Dihh Papa, jadwal nya kan besok. Kenapa harus di tunda sih, memang nya yang di Surabaya lebih penting!” saut Eleena berdecak kurang suka.

“Ele, besok mama kamu akan datang kemari. Papa tidak bisa melarang nya, biar bagaimana pun, dia tetap Mama kamu.” Ucap pak Brata di sertai helaan napas berat, “Yusuf, besok tidak perlu datang ke Kantor. Tolong dampingi istri kamu saat mama nya datang.”

“Iya Pa,” jawab Yusuf langsung menganggukkan kepala nya.

Bukan tanpa alasan pak Brata meminta bantuan seperti itu. Bukan karena dirinya tdiak percaya dengan mantan istri nya, namun pak Brata hanya ingin berjaga jaga. Mengingat pertemuan terakhir dengan mantan istrinya berakhir perdebatan dan kacau.

Pak Brata tidak ingin, jika nanti mantan istri nya akan bicara sembarangan atau hal yang akan menyakiti hati Eleena.

Setidaknya, jika ada Yusuf di samping Eleena, maka laki laki itu bisa menenangkan Eleena dan membantu agar mantan istri nya pak Brata tidak berbuat lebih.

...~To be continue ......

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***