Toxic Relationship

Toxic Relationship

part 1

"Selamat pagi bi, bibi lagi masak apatuh, wangi banget deh. Sampai kecium ke kamar aku, jadi laper deh," ucap nona rumah yang sudah lengkap dengan seragam sekolah nya itu.

"Nasi goreng non, ini bibi masak khusus untuk non untuk hari pertama di semester baru," balas Ririn, selaku pelayan yang sudah lama bekerja di rumah Michel.

Wanita yang sudah memasuki umur 40 tahunan itu bahkan sudah lama bekerja dan sudah ada sejak Michel masih kecil.

wanita itu yang menjadi pengasuh nya dan merawat nya. Dia bahkan lebih mendapatkan banyak kasih sayang dari Ririn dibandingkan dengan kedua orang tua nya.

Dia malah lebih dekat dengan Ririn dibanding dengan ibu nya sendiri. Bagiamana tidak, mama nya juga sibuk dengan karir nya dan tak ingin meninggalkan karir nya itu.

Untung saja dia masih memiliki Ririn hingga dia memiliki teman untuk mengobrol, meski dan jauh dalam lubuk hati nya sangat ingin berkumpul hangat dengan kedua orang tua nya.

Dia begitu menginginkan kasih sayang dari orang tua nya apalagi mama nya. Sejak kecil Michel tidak pernah mendapatkan itu.

Semua kebutuhan materi nya memang di penuhi dengan sedemikian rupa namun tidak dengan kasih sayang.

"Em, bi aku sudah tidak sabar, aku ingin membawa ini sebagai bekal ku. Tolong buatkan ya bi," pinta Michel sembari tersenyum lembut.

"Tentu non, non tunggu aja di meja makan yah," ucap Ririn yang langsung di angguki oleh Michel.

Gadis itu menurut dan duduk manis di meja makan sembari menunggu bi Ririn untuk menyediakan makanan nya.

Michel tidak melepaskan pandangan nya dari Ririn. Mata gadis itu kian ikut mengawasi setiap pergerakan yang dilakukan oleh Ririn.

Setelah semua nya sudah siap, Ririn segera menghidangkan makanan nya di meja makan lalu setelah nya dia ikut bersama dengan nona nya itu.

Hal itu sudah menjadi kebiasaan karena Michel yang meminta untuk di temani makan. Rasanya tidak enak jika hanya makan seorang diri saja, Michel menjadi seperti orang yang menyedihkan.

Setelah berdoa, kedua nya langsung makan dengan hikmat. Apalagi Michel, setelah satu suapan nasi goreng tersebut masuk ke dalam mulut nya, matanya langsung berbinar.

"Em enak banget, bibi yang terbaik. Nanti kapan-kapan bibi harus ngajarin aku buat masak," ucap Michel yang ingin belajar.

"Tentu saja nona," balas Ririn tersenyum, senang rasanya melihat Michel senang.

"Oh iya nona, putri bibi besok akan datang kemari," ucap Ririn.

"Ya nanti aku akan temenin bibi buat jemput, bibi udah nemuin sekolah buat anak bibi belum?" hanya Michel perihal anak Ririn yang satu tahun di bawah nya.

Ririn sudah bercerita akan hal itu. Putri dari Ririn baru saja lulus dari SMP dan sekarang akan menempuh pendidikan di SMA dan Ririn ingin mengajak putri nya untuk tinggal bersama dengan Ririn.

Michel tentu saja tidak keberatan sama sekali dan malah dia teramat senang karena akan memiliki teman di rumah dan juga teman untuk mengobrol dan bermain tentu nya. Michel tidak sabar akan kedatangan putri dari bibi Ririn.

"Saya belum menemukan sekolah yang cocok untuk nya non," balas Ririn jujur. Karena dia bingung mau menempatkan anak nya di sekolah mana.

Michel mengangguk mengerti, Michel mengambil tisu dan mengelap sisa makanan yang menempel di mulut nya.

"Begini saja bi, putri bibi sekolah di sekolah yang sama dengan ku saja," tawar Michel yang membuat Ririn terkejut.

Tentu saja terkejut karena sekolah Michel termasuk sekolah hang elit dan tentu nya juga mahal.

"Saya tidak akan sanggup nona, biaya disana pasti mahal, gaji Saya tidak akan cukup," ringis Ririn yang membuat Michel tersenyum tipis.

"Bibi tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, biar aku yang urus," balas Michel dengan enteng dan tidak ada nada bercanda sama sekali dari nya.

"Tapi nona, nanti tuan dan nyonya akan marah," ucap Ririn.

"Tidak akan bi, aku yang bicara nanti, sudah lah jangan memikirkan hal apapun lagi. Bibi sudah lama bekerja disini anggap aja sebagian bonus," Michel mengedipkan sebelah mata nya sembari membawa bekal yang sudah disediakan Ririn untuk nya.

"Aku berangkat dulu bi," ujar Michel yang diikuti oleh Ririn sampai ke depan.

"Hati-hati non," ucap Ririn yang di angguki oleh Michel.

Michel berangkat dengan naik ojek ke sekolah nya. Gadis yang sudah kelas 11 SMA itu memang sengaja padahal ada supir yang siap mengantar nya.

Di sekolah nya, Michel dikenal sebagai anak beasiswa padahal tidak. Dia sudah membicarakan hal tersebut pada guru nya.

Dia menyembunyikan identitas nya yang merupakan keluarga berada karena ingin mendapatkan teman yang benar-benar ingin berteman dengan nya tanpa memandang materi nya.

Dan beruntung nya dia memiliki beberapa sahabat yang selalu baik terhadap nya.

Michel juga selalu menyukai naik motor seperti ini karen ad kesenangan tersendiri untuk nya.

Apalagi di sore hari saat pulang dari sekolah, angin sepoi-sepoi yang menyapu wajah nya membuat nya tenang. Pernah juga dia hanya meminta tukang ojek berkeliling tidak jelas dan itu dapat membuat Michel senang padahal itu adalah hal yang sederhana.

Tak beberapa lama akhirnya Michel sampai juga di sekolah nya. Michel turun tepat di depan gerbang sekolah nya.

Sudah banyak siswa dan siswi yang datang pagi ini. Dan sebagian besar membawa kendaraan mewah mereka masing-masing dan juga ada yang diantar oleh orang tua nya.

Michel mengeratkan genggaman tangan nya pada tas nya saat ada yang memperhatikan dan membicarakan nya. Michel tentu saja menyadari nya bahkan ada yang menujuk nya secara langsung.

Michel sudah biasa mendapatkan tatapan seperti di remehkan oleh mereka namun tetap saja Michel terkadang tidak menyukai pandangan tidak suka itu, seakan-akan dirinya tidak berharga.

Namun Michel mencoba untuk menyueki mereka sebisa mungkin dan tak memperdulikan mereka hang membicarakan diri nya.

Michel dengan langkah cepat nya menuju ke arah kelas nya.

"Nah itu tuh anak beasiswa yang tidak mampu, ck. Bisa-bisanya dia malah sekolah disini, padahal ini kan sekolah elit right, dia sangat menganggu," ucap salah satu siswi yang menyidir nya saat Michel lewat dari hadapan mereka.

Michel hanya melirik sekilas tanpa menanggapi dan tetap melangkah kan kaki nya.

"Hey, songong banget sih tuh anak, anak beasiswa aja belagu," kesal gadis itu.

"Udahlah Fi, biarin aja," ucap teman nya itu menenangkan.

"Mengapa kamu menjadi membela nya?" tanya Fiara dengan nada ketus pada Nanda.

"Aku tidak membela nya," balas Nanda.

"CK terserah,"

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!