Tidak sadar

Archie dan Kaivan sampai di rumah mereka setelah acara makan malam di rumah Risa. Keduanya masuk tanpa ada pembicaraan sama sekali dari mulut keduanya.

Berkali-kali Archie ingin bicara, namun ia ragu dan takut untuk menanyakan hal itu kepada suaminya yang terus saja memasang wajah dingin.

"Saya ada sedikit pekerjaan, kamu mandi duluan saja." Tutur Kaivan tanpa menatap Archie.

"Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama om, tapi mungkin kita akan bicara setelah om selesai dengan pekerjaan om." Kata Archie hendak pergi, namun Kaivan malah bicara.

"Bicara sekarang saja, saya akan lama bekerja nya." Ujar Kaivan lalu melangkah mendekati sofa dan duduk disana.

Archie berdehem pelan, ia pun lekas menyusul untuk duduk di depan Kaivan. Sebelum bicara, Archie sempat menatap suaminya sebentar.

"Om benar-benar mengizinkan aku untuk bekerja kan?" Tanya Archiena.

"Tentu saja, saya tidak akan mengubah keputusan saya begitu saja kecuali kamu tidak menjalankan tugasmu sebagai istri dengan baik." Jawab Kaivan. Pria itu bicara dengan nada dingin dan wajah datar.

Sudah biasa memang, tapi Archie berharap jika ada sedikit senyuman di wajah suaminya.

"Besok aku ada undangan interview di salah satu perusahaan, Om. Aku boleh datang?" Tanya Archie lagi.

Kaivan mengangkat sebelah alisnya, namun sesaat kemudian ia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Datang saja, tapi perusahaan apa dan posisi apa?" Tanya Kaivan.

"Saya hanya ingin tahu, jika kamu tidak mau memberitahu saya itu tidak masalah." Ucap Kaivan lagi dengan cepat.

Archiena tersenyum manis, ia lalu merogoh tas selempang dan mengambil ponselnya untuk membaca nama perusahaan tempatnya interview besok.

"Aku jadi sekretaris direktur, Om." Ucap Archie memberitahu.

Nada nya terdengar bahagia, membuat Kaivan bisa ikut merasakannya. Gadis itu sepertinya sangat ingin bekerja.

"Perusahaan apa?" Tanya Kaivan kembali bertanya.

"D'trax company." Jawab Archie lalu menunjukkan email masuk tentang undangan interview.

Kening Kaivan mengkerut, namun sesaat kemudian ia manggut-manggut mendengar jawaban istrinya.

"Baiklah, datang saja. Meski sepertinya itu bukan perusahaan besar, tapi siapa yang tahu jika kamu bisa merintis karir dari sana." Sahut Kaivan menimpali.

Archie tersenyum. "Doain aku ya, Om. Semoga besok aku bisa lancar interview nya dan di terima." Kata Archie.

"Saya pasti doakan, tapi ada yang ingin kamu bicarakan lagi?" Tanya Kaivan.

"Nggak ada, Om. Aku akan ke kamar dan bersih-bersih, om harus bekerja kan." Jawab Archie lalu bangkit dari duduknya.

Kaivan hanya mengangguk singkat, pria itu menatap Archie sejenak dan membiarkan gadis itu pergi meninggalkannya di ruang tamu.

Kaivan memijat pelipisnya, ia pun membuka laptopnya yang ada di meja kemudian mulai bekerja. Kaivan sedang banyak sekali pekerjaan.

Sementara Archie dikamar, gadis itu langsung masuk ke kamar mandi tanpa membawa pakaiannya. Ia benar-benar lupa karena terlalu buru-buru ingin mandi.

Archie menghela nafas, bukan masalah besar jika dia tidak membawa pakaian, lagipula suaminya pasti sedang fokus pada pekerjaannya.

Archie berdiri di bawah guyuran air shower, membiarkan air berjatuhan dan membasahi seluruh tubuhnya.

Gadis itu tentu tidak lupa untuk memberikan seluruh tubuhnya sabun agar bisa jauh lebih bersih dan pastinya segar.

"Menyegarkan sekali." Gumam Archie meski tak membasahi rambutnya.

Setelah beberapa menit, Archie pun keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar di dada sampai pangkal pahanya.

Archie membuka lemari pakaian dan mengambil satu daster kesayangannya, namun ia tiba-tiba dikejutkan dengan sesuatu yang berjalan di kakinya.

Archie menundukkan kepalanya, dan dia sontak melotot di sertai teriakan kencang melihat ada hewan yang paling Archie takuti.

"OM!!!" teriak Archie tanpa sadar malah memanggil suaminya.

Archie berlari keluar dari walk in closet dengan perasaan geli. Ketika Archie keluar, Kaivan masuk. Jadilah tubuh mereka bertabrakan.

Archie dengan perasaan takut, dan Kaivan dengan perasaan panik. Ia sampai melompat dari ruang tamu ketika mendengar suara teriakan istrinya.

"Om, kecoa. Ada kecoa di dalam, dia tadi jalan di kaki aku." Ucap Archie sambil tanpa sadar mencengkram baju Kaivan dan memeluk pria itu.

"Tenang, Archie. Hanya kecoa kan, jangan takut." Tutur Kaivan dengan lembut.

"Aku nggak takut, tapi geli." Sahut Archie semakin menduselkan ke tubuh suaminya.

Archie benar-benar lepas kendali, ia tidak sadar penampilannya yang masih menggunakan handuk saja, bahkan malah menempelkan diri pada tubuh suaminya.

"Besok saya akan panggil orang untuk bersih-bersih, saya tidak tahu bagaimana bisa ada hewan seperti itu di rumah ini." Tutur Kaivan semakin lembut.

Archie tidak menyahut, ia masih dengan posisinya dan mata yang terpejam.

"Archiena." Panggil Kaivan.

"Iya?" Sahut Archie membuka matanya dan langsung bersitatap dengan mata tajam Kaivan.

Untuk sesaat mata mereka saling memandang, bahkan tanpa sadar jika tangan Kaivan merengkuh pinggang ramping istrinya.

Archie tersadar, gadis itu buru-buru menjauh bahkan sedikit memberikan dorongan reflek karena terkejut.

"Astaga! Om maafkan aku, aku tidak bermaksud." Ucap Archie seraya menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

Kaivan berdehem, ia membenarkan bajunya sebentar lalu buru-buru keluar dari kamar, meninggalkan istrinya tanpa berkata apapun.

Archie masih berdiri di tempatnya sambil memegangi handuknya, ia benar-benar tidak sadar karena takut.

Archie merasa sangat bersalah, Kaivan pasti merasa tidak nyaman dengan tingkahnya tadi. Tapi sungguh, Archie benar-benar geli pada hewan seperti itu.

Ada pengalaman buruk tentang kecoa, mungkin.

"Apa yang akan om Kaivan pikirkan tentangku." Gumam Archiena.

Archie menggelengkan kepalanya, ia pun memilih untuk memakai bajunya. Untung saja Archie sudah dapat baju, sehingga ia tidak perlu masuk ke walk in closet lagi.