Act of service

Televisi yang menyala itu tampak menonton dan bukan ditonton. Sepasang suami istri yang baru saja selesai makan langsung melanjutkan aktivitas masing-masing di ruang tamu.

Kaivan tampak duduk memangku laptop untuk bekerja. Pria itu memakan kacamata nya dengan mata yang benar-benar fokus menatap lurus tanpa tengok kanan kiri.

Sementara Archie, gadis itu niatnya ingin menonton film namun ia malah gagal fokus dengan penampilan Kaivan.

Kaivan terlihat lebih dewasa dan pastinya tampan, ia pun terlihat sangat pekerja keras.

Wajarkah jika Archiena terpesona dengan penampilan suaminya itu? Apa dia boleh merasa kagum? Apa dia boleh?

Archie menggelengkan kepalanya, ia menatap ke arah lain lalu mengambil jus miliknya yang tadi ia ambil dari kulkas.

Archiena memutuskan untuk menatap televisi, namun tontonan nya bukan yang ia suka.

Archie ingin mengambil remote, namun ia malah tak sengaja menjatuhkannya ke bawah meja.

Archie menundukkan kepalanya, mengambil remote. Gadis itu terlalu fokus menatap remote, sampai tidak sadar dahinya hampir terhantuk ujung meja jika tidak ada tangan Kaivan menutupi ujung meja itu.

Archie cukup tersentak, ia menatap tangan Kaivan lalu beralih menatap wajah pria itu yang tetap fokus pada pekerjaannya.

"Makasih, Om." Ucap Archie pelan.

Kaivan tidak menyahut, ia hanya diam saja dan melanjutkan ketikan di laptopnya. Kaivan benar-benar sedang sibuk mengurus pekerjaannya.

Archiena tersenyum tipis, ia tidak menyangka jika Kaivan memiliki kepedulian sebesar itu. Saat sedang fokus bekerja saja, Kaivan tetap melindungi Archie yang tadi hampir terhantuk ujung meja.

"Om mau aku buatin kopi?" Tanya Archie menawarkan.

Kaivan mengalihkan pandangannya sebentar. "Ya, jangan terlalu manis." Jawab Kaivan.

Archie mengangguk, gadis itu lekas beranjak dari tempat duduknya untuk membuatkan suaminya kopi.

Archie mengambil satu sendok makan bubuk kopi, dan sedikit gula. Ia menerka, semoga saja kopi buatannya tidak terlalu manis ataupun pahit.

Setelah selesai Archie pun kembali ke ruang tamu, ia bingung ketika Kaivan tidak ada di tempatnya. Hanya ada laptop di meja, namun tak ada pemiliknya.

Archie meletakkan kopi buatannya di atas meja, lalu celingak-celinguk mencari keberadaan suaminya itu.

"Mencari saya?" Tanya Kaivan yang muncul dari belakang Archie

Archiena membalik badan, ia menatap Kaivan lalu mengangguk.

"Kopinya sudah aku buatin, Om. Silahkan diminum." Tutur Archie dengan penuh senyuman.

Kaivan manggut-manggut, ia meletakkan buku yang tadi ia ambil dari kamar lalu gantian mengambil kopi buatan istrinya.

Archie sedikit takut ketika Kaivan mau mencoba kopi buatannya, namun setelah ditunggu beberapa saat tak ada protes apapun dari pria itu.

"Kenapa kamu hanya berdiri, Archie? Duduklah," tutur Kaivan tanpa menatap istrinya.

Kaivan kembali fokus pada laptopnya, sementara Archiena kembali duduk dan menonton televisi.

Hari semakin malam, namun Kaivan belum ada tanda-tanda selesai bekerja. Archie sejujurnya sudah mengantuk, namun ia tidak enak jika harus tidur duluan.

Archie menguap, dan itu disadari oleh Kaivan. Pria itu menghela nafas, lalu menutup laptopnya.

Tanpa berkata-kata apapun, Kaivan bangkit dari duduknya membuat Archie ikut bangkit.

"Om sudah selesai?" Tanya Archiena.

"Saya mengantuk." Bukannya menjawab pertanyaan, Kaivan malah memberikan pernyataan.

Kaivan pun melangkah duluan ke lantai dua dimana kamarnya dan Archiena berada. Istrinya pun lekas mengekor di belakangnya.

Sampai di kamar, Kaivan meletakkan ponselnya di meja nakas lalu naik ke atas ranjang.

"Kenapa hanya diam? Ayo tidur." Ajak Kaivan, tak ada ekspresi yang tergambar di wajah pria itu.

Archie mengulum bibirnya sambil memainkan jari-jarinya, ia ragu sekaligus gugup. Gadis itu pun mulai duduk di pinggir ranjang, dan pelan-pelan merebahkan tubuhnya.

Posisinya Archie memunggungi Kaivan dengan tubuh yang meringkuk seperti orang yang kedinginan.

Archie sejujurnya tidak kedinginan, ia hanya gugup dan malu-malu saja dengan suasana yang ia rasakan saat ini.

"Aku kok gugup banget ya, apa karena tidur sama om Kaivan yang sebelumnya nggak terlalu aku kenal." Batin Archiena bertanya-tanya.

Archie cukup lama berpikir, bahkan ia yah tidak tidur seperti orang tidur karena tidak bergerak sama sekali.

Archiena menghela nafas, ia hendak mengubah posisinya namun ia terkejut saat merasakan sesuatu menutupi tubuhnya.

Itu selimut, dan yang menutupi tubuhnya dengan benda itu adalah Kaivan.

"Kedinginan, tapi nggak mau pakai selimut." Gumam Kaivan sangat pelan.

Sementara Archiena masih syok, lagi-lagi ia mendapatkan perhatian kecil namun sangat berarti dari Kaivan, suaminya.

"Ternyata om Kaivan baik, dan nggak sedingin itu." Batin Archiena lagi.

Archiena memejamkan matanya ketika merasakan pergerakan Kaivan. Setelah beberapa saat Archie pun memberanikan diri untuk membalik badan dan melihat Kaivan.