Sah!!

Sambil berderai air mata, Archie merasa sangat sedih. Bukan hanya karena ia akan menikahi pria yang tidak ia cintai, tapi karena disini ia telah membuat orang lain berkorban demi keluarganya.

Ya, usai semua orang dibuat terkejut oleh ucapan Kaivan, kini pria itu benar-benar akan membuktikan ucapannya. Kaivan akan menikahi Archiena.

Bukan hanya Archiena dan Kaivan yang akan menikah, tetapi Aditya dan Adinda juga. Mereka berempat sedang bersiap-siap untuk pernikahan mereka.

Awalnya keluarga Aditya menolak menikahkan pria itu dengan Adinda, namun Adinda mengatakan bahwa mereka sudah melakukan hubungan diluar batas.

Kedua orang tua Archiena pun meminta pertanggungjawaban atas putri mereka yang sudah ternodai meski atas kemauan sendiri. Akhirnya keluarga Aditya tak bisa menolak dan menyetujui pernikahan ini.

Kini Archiena sedang sedikit dirias lagi sambil menunggu Kaivan yang juga sedang bersiap-siap.

"Sayang, jangan menangis lagi." Tutur Gita dengan lembut.

Gita menyeka air mata putrinya dengan lembut, ia tidak mau Archiena terus bersedih. Walaupun putrinya akan menikah dengan orang lain dan bukan Aditya, tapi ia yakin Kaivan akan membahagiakan anaknya.

"Ma, om Kaivan berkorban untuk keluarga kita, apa itu tidak masalah?" Tanya Archie pelan.

Gita menarik kursi untuk duduk, ia mengusap kepala putrinya lalu tersenyum dengan hangat.

"Jika Kaivan sudah mengambil keputusan seperti ini, maka mama yakin dia sudah memikirkannya dengan matang." Jawab Gita lembut.

"Mama yakin Kaivan punya alasan sendiri untuk menikahi kamu, dan mama juga yakin kamu bisa bahagia dengan dia." Tambah Gita.

Archiena menggenggam tangan sang mama, ia hendak berbicara namun Adinda datang dengan penampilan yang sudah rapi dan siap melangsungkan pernikahan.

Archie dan Gita memperhatikan Adinda yang tampak bahagia, bahkan angkuh. Gadis itu melempar pandangan tajam ke arah Archiena.

Sebagai seorang ibu, Gita benar-benar malu dan tidak menyangka jika putri bungsunya akan menjadi seperti ini. Ia tidak tahu jika selama ini ia salah mendidik putrinya.

"Kamu bahagia diatas penderitaan kakak kamu, Dinda?" Tanya Gita seraya bangkit dari duduknya.

"Ma." Archiena memegang tangan ibunya, berusaha mencegah keributan.

"Kamu bangga memakai gaun pengantin bekas kakakmu?" Tanya Gita menatap gaun pengantin yang tadi sempat digunakan Archiena.

Adinda yang sedang bercermin lantas membalik badan, ia tersenyum miring dengan tatapan kasihan pada Archie.

"Tentu saja, Ma. Aku bahagia karena aku akan menikahi orang yang aku cinta, soal gaun aku tidak peduli." Jawab Adinda dengan bangga.

"Lagipula aku dan kak Aditya saling mencintai, kak Archie saja yang selama ini tidak sadar diri." Tambahnya dengan lantang.

"ADINDA, KAMU …" ucapan Gita terhenti saat Archie memegang tangan dan menariknya lembut.

"Ma, aku mohon sudah cukup. Aku tidak mau ada keributan lagi." Ucap Archiena dengan pelan.

"Archie sangat menyayangi kamu, bahkan selama ini dia berkorban untuk kamu, tapi ini balasan kamu. Mama benar-benar nggak habis pikir, dimana otak kamu itu." Cibir Gita dengan marah dan kecewa.

Adinda hanya mengangkat sebelah bahunya dengan sombong, ia tidak bicara lagi dan hanya diam sambil menunggu akad nikah berlangsung nanti.

Archiena pun memilih untuk diam, ia lebih memikirkan perasaan Kaivan. Pria itu selama ini selalu bersikap cuek dan dingin, dan hari ini secara tiba-tiba dia harus menikahi dirinya.

"Maafkan keluargaku, Om." Batin Archiena.

Risa datang ke kamar tunggu mempelai wanita, ia menatap Archie dengan tajam lalu mendekati Adinda.

"Ayo bangun, akad nikahnya segera dimulai." Ajak Risa pada calon menantunya.

Adinda tersenyum manis. "Iya, Tante." Balas Adinda penuh semangat.

Gita pun mengajak putrinya untuk bangkit, ia lalu mengajak Archiena keluar duluan dari kamar.

Bagaimanapun Archiena lebih tua, jadi dia duluan lah yang akan menikah.

Archie tampak gugup dan hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak mengangkat wajahnya sama sekali.

Archie berdiri di samping Kaivan yang memakai baju senada dengan dirinya. Jangankan menatap para tamu undangan, menatap Kaivan saja Archie tidak berani.

"Jangan menundukkan kepalamu, Archie. Jangan seakan-akan kamu yang bersalah disini, angkat kepalamu." Bisik Kaivan, terdengar tegas meski pelan.

Archiena terkejut, ia pun mengangkat wajahnya, mengikuti ucapan Kaivan. Archiena berusaha untuk tersenyum meski Kaivan tidak membalas senyumannya sama sekali.

Archie menggandeng tangan Kaivan sesuai arahan fotografer yang akan mengabadikan foto mereka berdua.

"Masuklah, Nak. Acaranya akan segera dimulai." Tutur Gita dengan lembut.

Pintu kamar hotel pun terbuka, bersiap menyambut kedua mempelai yang berjalan diatas karpet merah menuju kursi pelaminan.

Baru saja mereka melangkah, bisik-bisik para tamu undangan pun mulai terdengar. Archiena hampir menundukkan kepala lagi, namun terhenti saat Kaivan mengusap tangannya.

Archie akhirnya memasang wajah penuh senyuman, ia menatap para tamu undangan termasuk teman-temannya yang kebingungan.

Archiena tahu mereka semua pasti bertanya-tanya mengapa pengantin prianya berbeda, dan untuk sekarang Archiena tidak mau ambil pusing.

Mereka sampai di kursi pelaminan, Archiena dan Kaivan duduk bersebelahan dengan Dito yang duduk di hadapan Kaivan, siap menjadi wali nikah putrinya.

"Bisa kita mulai sekarang?" Tanya Dito pada calon menantunya.

"Bisa, Om." Jawab Kaivan dengan yakin.

Dito mengulurkan tangannya, dan langsung dijabat oleh Kaivan.

"Saya nikahkan, dan kawinkan engkau Kaivan Arsangga Diando bin Jefry Diando dengan putriku Archiena Kinan Xeviola binti Ardito dengan mas kawin uang tunai sebesar satu juta rupiah, dibayar tunai!" Ucap Dito.

Kaivan menarik nafas. "Saya terima nikah dan kawinnya Archiena Kinan Xeviola binti Ardito dengan mas kawin tersebut, tunai!" Sahut Kaivan dengan satu tarikan nafas dan begitu lantang.

Akad nikah pun selesai dan mereka sudah sah menjadi pasangan. Meski mas kawinnya sederhana karena pernikahan terjadi tiba-tiba, namun akad nikah itu tetap berjalan sakral dan khidmat.

Kaivan menolak memakai mahar yang Aditya berikan, lagipula keluarga kakaknya meminta kembali semua yang telah diberikan pada Archie termasuk cincin kawin.

Kaivan akan memberikan cincin pernikahannya sendiri nanti.

Archiena meneteskan air matanya, kini ia benar-benar telah menjadi istri dari pria yang selama ini ia kenal sebagai om kekasihnya.

Archiena meraih tangan Kaivan lalu ia cium punggung tangannya, dan Kaivan membalas dengan mencium keningnya.

"Walaupun pernikahan ini tanpa cinta, tapi aku janji akan berusaha untuk menjadi istri yang baik. Aku tidak akan membuat pengorbanan om sia-sia." Batin Archiena sembari menatap suaminya.