Pengenalan Diri

Lena keluar dari kamar Syiren, luka luka Syiren belum membaik dan Lena akan membawanya cek up besok.

Blam!

Baru saja menutup pintu, Lena malah di hadang suaminya "Apakah dia baik baik saja?" tanya Diran menatap intrents istrinya.

Lena menoleh sesaat ke arah Diran "Ya begitulah..." Balas Lena acuh dan melewati suaminya begitu saja.

"Tunggu sayang kita belum selesai bicara" Pinta Diran mengejar istrinya sengan kursi roda yang ia kayuh.

"Apa lagi sih mas! Aku ini capek dan ingin istirahat!" marah Lena.

"Lena... Akhir akhir ini kamu sungguh ke terlaluan! Aku yakin, kamu sedang menyembunyikan sesuatu... Len, sadarlah... Jangan melangkah lebih jauh ke jalan yang salah" Meski Lena tak mau mendengarnya, tapi Diran terus saja menceramahi istrinya.

"Berisik! Aku lebih baik tidur... Kau juga mas, sebaiknya kau juga istirahat..." Abai Lena lekas naik ke lantai atas.

Sedangkan Bi Mari mulai menghampiri Diran dan membantunya naik ke kamarnya di lantai atas lewat Lift yang selalu Diran gunakan setiap ingin naik atau pun turun tangga.

"Tuan. Nona Lena sangat pemarah akhir akhir ini... Bibi jadi kasihan pada anda" Komen Bi Mari. Diran merasa ternganggu "Bi... Maaf jika pertengkaran kami membuat semua orang di rumah ini risih ya. Sebenarnya, Lena adalah wanita yang baik... Tapi karna dia tak mau melihat ke adaan ku yang seperti sekarang... Dia jadi meluapkan emosinya pada hal hal yang negatif.... Jadi dia dalam ke adaan tak stabil" Jelas Dinar.

Bi Mari tahu jika Diran sangat menyayangi istriny. Akhirnya Bi Mari pun diam dan tak kembali mengusik tentang istri tuannya.

Diran sampai di kamarnya, Bi Mari pun mulai mempersilahkan Diran masuk kamar yang sama dengan Lena. Setelah Diran masuk Bi Mari pun pergi dari kamar itu...

Diran menatap istrinya yang tengah terlelap membelakangi tempat tidur Diran. Diran sempat menggelengkan kepalanya atas perlakuan istrinya yang sudah kelewat batas. Dengan lenanan napas sesak, Diran pun mulai menghampiri matras tersebut dan berusaha untuk naik ke ranjang yang sama dengan istrinya itu.

"Sayang. Tolong bantu aku naik ke matras ini..." Pinta Diran. Tapi Lena seakan tak mendengarkan suara Diran. Ia malah pura pura mengorok dan tak menoleh ke arah Diran sedikit pun.

"...Ya sudah. Aku naik sendiri saja" Ucapnya. Diran pun berusaha naik ke ranjangnya... Ia berusaha meraih ranjang itu dan menahan tangannya di sana untuk menatik tubuhnya agar terangkat. Namun apa boleh buat, kakinya tak bisa ia pergunakan bahkan untuk menahan kursi roda itu agar tak terpeleset. Alhasil, saat tangannya menarik tubuhnya sendiri, Kursi rodanya malah menjauh hingga keseimbangan Diran pun goyah. Ia pun harus jatuh dari kursi rodanya dengan sangat keras.

BRUKKK!

"Akkkk! Astagfirullah..." Pekik Diran berguling di lantai. Tubuhnya terasa nyeri ketika terhempas dari kursi rodanya.

"Sayang... Tolong, tolong aku..." Pinta Diran berusaha membangunkan istrinya.

Tapi Lena malah mengkrucutkan bibirnya sendiri dengan penuh kesal lalu mengabaikannya dan kembali pura pura tidur "Apa apaan sih kamu mas. Merepotkan saja... Kenapa bisa bisa nya aku menikahi pria yang tak berguna seperti dia!' Bentaknya dalam hati.

Diran pum bersusah payah bangun lalu duduk, ia mulai merangkak naik ke ranjang dan mulai merebahkan tubuhnya yang terasa makin buruk setelah terjatuh tadi.

Sungguh keterlaluan. Kian hari kelakuan istriku kian acuh saja. Meski tubuhku sudah tak sesempurna dulu... Tapi, posisi ku di rumah ini tetap sama... Aku adalah kepala kluarga, dan aku masih bertanggung jawab penuh akan ke butuhan kluargaku. Meski cacat, aku masih bisa mencari uang... Tapi kelakuan Lena, sudah tak bisa di tolelir lagi. Bathin Diran menggumam.

Diran mulai terlelap dalam lelahnya, malam itu... Tak sengaja Diran pun hanyut dalam mimpi indah di masa kasmarannya dulu bersama istrinya.

***

Pagi tiba...

"Bangun..." Ucap Lena pada Syiren.

Pagi itu, Lena mulai ada di kamar Syiren dan menyiapkan sarapan buatan Bi Mari untuknya.

"Ah... Nona" bisik Syiren.

"Jangan panggil aku nona, panggil aku dengan sebutan ibu"Pintanya.

Syiren yang tampak sungkan pun mulai mengangguk diam "Apa yang terjadi semalam?" tanya Lena menatap Syiren.

Aku berharap dia tak ingat ke jadian malam itu... Aku harap, ia tak sadar jika aku yang telah menabraknya. Bathin Lena.

"Semalam... Saya baru pulang dari tempat mencari pekerjaan. Dan malah tertabrak mobil" Balas Syiren terlihat murung.

"...Apakah kamu ingat mobil yang menabrakmu semalam? Jika kamu masih ingat, kita ke kantor polisi saja" Pinta Lena. Syiren menatap Lena sayu lalu menggelengkan kepalanya.

Bagus... Rupanya dia lebih bodoh dari dugaanku. Bathin Lena menggumam.

"Sayang sekali yah... Jika saja kamu ingat plat mobil yang telah menabrakmu semalam... Sudah pasti kita dapat bukti untuk menangkap pelakunya" Cerocos Lena.

"...Terimakasih bu, karna telah menolong saya. Jika anda tak menolong saya, entah seperti apa nasib saya tadi malam" Balas Syiren polos.

"Tak apa... Lagi pula, aku sangat perduli padamu. Oh ia, berapa usiamu?" tanya Lena.

"Sembilan belas tahun bu..." Jawab Syiren.

"Kenapa kamu melamar kerja sampai tengah malam?" tanya Lena curiga.

Syiren diam dan tampak takut "Ayo cerita. Siapa tahu aku bisa membantumu?" pinta Lena mendesak.

Ia tampak baik pada Syiren, padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan kesalahannya karna hampir membunuh Syiren.

"...Sebenarnya kemarin saya di ajak melamar oleh kakak tiri saya. Tapi, dia malah hampir menjual saya pada pria tua yang gemuk dan genit. Lalu saya kabur sebelum dia menodai saya... Itu sebabnya saya pulang malam. Karna saya jalan kaki dari pusat kota menuju ke rumah saya di blok C" jelas Syiren panjang lebar.

Menarik juga wanita ini. Dia pasti sedang ke susahan... Jika aku menawarkan jasa Suster padanya untuk merawat suamiku. Dia pasti tak akan menolaknya dan malah akan menerimanya dengan senang hati. Bathin Lena menggumam.

"Oh. Kasihan sekali... Kakakmu sungguh kejam? Apakah dia seorang laki laki?" tanya Lena pada Syiren. Syiren pun mengangguk.

"Apakah kau juga sangat butuh pekerjaan?" tanyanya lagi. Syiren lagi pagi mengangguk diam seraya menatap manik mata lawan bicaranya.

"Tapi, kenapa kamu begitu berusaha? Padahal usiamu masih remaja, dan kamu juga masih tanggungan orang tua mu" komen Lena.

Lalu dengan tatapan lurus ke depan, Syiren pun mulai bersuara. Ia tampak melamunkan sesuatu "Sebenarnya. Ibu saya sakit dan saya harus mencari uang agar ia bisa sembuh dari sakitnya" jelas Syiren tampak sungkan.

Butuh kerja. Bagus... Informasinya sungguh berguna. Aku pasti bisa mengajaknya bekerja sama. Bathin Lena.

"Kamu memang anak baik..." Ucap Lena seraya menepuk pundak Syiren.

"Makasih bu. Saya boleh pulang?" Tanya Syiren.

"Ah tidak. Kita pergi ke dokter saja dulu untuk mengkonsultasikan ke sehatanmu. Kamu kan baru saja ke celakaan" Ucap Lena merayu.

"Tak apa kok bu. Nanti juga sembuh sendiri" jelas Syiren.

"Tidak ah... Ayo siap siap, kita pergi kedokter sekarang" pinta Lena. Apa boleh buat Syiren pun ikuti saja permainan Lena yang penuh ke dustaan itu.

Terpopuler

Comments

LIANG TAI

LIANG TAI

kejam si lena sebal

2023-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!