Hampir dua jam Fair kumpul bareng Dilla dan sahabat-sahabatnya Samudera. Mereka makan, ngobrol bahkan Galang malah ngelawak. Dilla saja sampai tercengang. Dia pikir genknya Samudera yang terkenal ganas dan nakutin itu sama sekali nggak humoris. Ternyata oh ternyata. Dilla baru tahu cowok-cowok itu asyik juga. Farrel juga baik orangnya. Bahkan Samudera. Cowok itu tidak sedingin yang kelihatan. Hatinya sebenarnya cukup lembut. Meski hanya pada orang-orang tertentu.
Hanya saja tampang mereka yang terlanjur dikenal beringas dan tak kenal ampun kalau sudah berkelahi. Jadinya orang-orang lebih banyak melihat image mereka yang menakutkan.
Samudera mengantar Fair pulang. Sedang Dilla, dianterin sama Galang. Farrel tetap di basecamp.
Dalam perjalanan pulang Fair tidak bisa berhenti melamun pada semua kejadian yang sudah dia alami hampir sebulan berjalan ini. Dia pindah ke sekolah yang isinya kebanyakan anak berandal semua, cowok-cowok dan cewek-ceweknya pada tidak peduli dengan belajar, nilai bagus bahkan daya saingnya nggak kayak di sekolah lamanya yang kemana-mana pamerin tas baru, jam, mobil atau bahkan udah pergi ke negara mana saja.
Murid-murid di sekolahnya yang sekarang memang kebanyakan bukan berasal dari anak-anak orang kaya, makhlum kalau mereka tidak saling bersaing seperti di sekolahnya dulu. Memang ada beberapa yang Fair liat ada yang berasal dari keluarga berada, seperti kak Tristan cs, juga beberapa murid lainnya. Tapi tidak sebanyak di sekolah lamanya. Dan satu hal yang dia Fair suka dari sekolah barunya ini adalah, meski terkenal sekolah buangan, tapi pembullynya kurang. Dia aman di sekolah yang sekarang meski tanpa penjagaan ketat dari kak Samudera.
"Manis, Manis," suara Samudera berulang kali memanggil namanya tapi Fair tidak sadar sama sekali. Ia sudah terlarut dalam lamunannya. Nanti setelah tangan cowok itu memegangi kepalanya barulah dirinya sadar. Gadis itu memiringkan kepala menatap Samudera.
"Kamu ngelamunin apa sih, sampe suara aku nggak didengerin." gumamnya Samudera. Fair hanya menyengir lebar.
"Maaf kak Sam." katanya. Ternyata mereka sudah sampai didepan apartemennya.
"Mau aku anterin sampai dalam?"
"Nggak usah. Kan aku mau belajar hidup mandiri kak Sam sayang." sahut Fair. Samudera tersenyum tipis. Gadis itu memang sangat berniat.
"Ya udah. Ingat jangan begadang, nggak baik sama kesehatan kamu." ucapnya. Karena pernah beberapa kali ia mendapati Fair begadang semalaman cuma karena nonton film. Jelas itu nggak baik di mata Samudera. Fair mengangguk patuh.
"Bye kak Sam." lalu gadis itu turun dari mobil Samudera. Samudera baru pergi setelah Fair benar-benar menghilang dari hadapannya. Masuk ke gedung apartemen.
***
Paginya, sekitar pukul enam empat puluh Fair sudah berada di sekolah. Sasa sudah mewanti-wantinya agar tidak terlambat pagi ini karena mereka berdua bertugas membersihkan kelas hari ini.
Gadis itu berjalan sambil bersiul-siul. Suasana hatinya lagi baik. Karena kak Sam memberinya cukup banyak uang jajan buat hari ini. Kak Sam memang the best, persis seperti almarhum kakaknya. Huftt .... Fair menggeleng-geleng. Jangan pikirin kakaknya sekarang, bisa-bisa dia sedih lagi.
Langkah Fair terhenti ketika mendengar suara-suara dari sebuah ruangan kelas yang masih sepi. Karena penasaran ia memutuskan mengintip dari balik pintu.
Di sana berdiri seorang siswi perempuan bertubuh tinggi, wajahnya cukup cantik namun gayanya sedikit amburadul. Nggak ada rapi-rapinya sama sekali. Siswi tersebut berdiri dan terus berbicara didepan seorang siswa laki-laki yang tengah tidur-tiduran sambil membenamkan kepalanya di atas meja. Namun cowok itu sama sekali tidak merespon perkataan sih cewek, entah memang ketiduran atau sengaja.
Dahi Fair berkerut samar, pandangannya fokus ke cowok yang tidur-tiduran tersebut. Kayak familiar. Tapi dimana dia pernah lihat ya?
"Tristan, lo dengerin gue nggak sih? Gue lagi nembak lo nih. Mau jadi cowok gue nggak?"
Oh, jadi cewek itu lagi nembak. Dan .... Tristan? Fair masih berpikir, lalu ketika sadar ia langsung menutupi mulutnya saking takjubnya. Ternyata cowok yang lagi tidur-tiduran itu adalah kak Tristan. Fair terkikik. Laku juga ya kakak kelasnya yang satu ini.
"Kalo lo nggak jawab, gue anggap lo setuju," kata gadis itu lagi.
Perkataan tersebut sukses membuat Tristan mengangkat wajah menatap cewek itu tidak suka.
"Jangan pernah main-main sama gue, karena gue nggak bakal segan-segan nyakitin lo sekalipun lu cewek." kata Tristan menohok. Raut wajah cewek didepannya tersebut menciut. Terlihat jelas ia takut pada Tristan.
Fair angkat jempol sama cowok itu. Padahal cewek yang dia lihat tersebut gayanya seperti preman yang tidak takut terhadap apapun. Eh, ciut juga sama sih kak Tristan. Tanpa sadar Fair terkikik di tempatnya.
"Siapa di luar?" suara toa dari dalam kelas tersebut membuat Fair tersentak. Itu suara cewek tadi. Ia menyadari keberadaan Fair dan melihat gadis itu sengaja menertawainya. Cewek itu melempar tatapan sangarnya ke Fair. Fair sendiri langsung mengutuk dalam hati. Kenapa juga dia tidak langsung bersembunyi tadi. Wajahnya sudah kelihatan sama cewek preman di dalam sana, jadi dia nggak mungkin kabur sekarang.
"Sini lo!" sentak cewek itu lagi. Fair jadi merasa kayaknya cewek itu lampiasin amarahnya ke dia. Aduh, kok jadi begini sih. Dengan langkah pelan gadis itu memasuki kelas tersebut. Kelas yang baru di huni oleh dua orang itu.
Ketika Tristan menoleh ke arah kiri, ia cukup terkejut melihat Fair. Oh, jadi yang ngintip tadi tuh bocah. Tristan menertawai gadis itu diam-diam. Ekspresi takut-takutnya kelihatan lucu di mata Tristan, membuat cowok itu merasa gemas.
Tristan membiarkan sebentar sih Lira, cewek preman yang sekelas dengannya ini beraksi. Karena ingin melihat wajah ketakutan gadis itu.
Fair menunduk. Semua gerakannya tak luput dari perhatian Tristan.
"Siapa yang suruh lo nguping, huh?" bentak Lira kasar. Untung jantung Fair masih bisa berkompromi.
"Ng ... Nggak sengaja kak," sahut Fair takut-takut. Matanya melirik Tristan seolah meminta bantuan ke cowok itu.
"Nggak sengaja apaan, lo juga ngetawain gue tadi. Lo pikir gue nggak liat hah?" Fair tertunduk, tidaj tahu mau ngomong apa lagi.
"Dia ke sini bukan buat nguping, tapi mau ketemu gue," gumam Tristan lalu memainkan sebelah matanya ke Fair. Sesuatu yang sangat langka dan tidak pernah cowok itu lakuin. Fair sendiri bingung, apalagi Lira. Ia menatap Fair dari atas ke bawah. Mengamatinya dengan saksama. Dalam benaknya, bagaimana cewek macam ini bisa kenal sama Tristan. Dan dari cara Tristan bicara sepertinya mereka memang cukup dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ari Nuryanti
cieeee
2024-09-12
0
lenong
Meeoooong.. 🤭🤭
2024-03-18
0
Rita
belum tau aja kamu gmn dekatnya? ???😊
2023-06-03
1