Fair hampir melompat ketika melihat seseorang tengah duduk diruang duduk apartemennya. Gimana nggak kaget coba kalau pulang sekolah, masuk ke tempat tinggal sendiri, terus didalamnya tiba-tiba ada orang lain. Memang sih itu adalah Samudera, bukan pencuri atau jenis orang jahat lainnya. Tapi tetap saja dia kaget.
"Kak Sam, ngagetin tahu. Bilang-bilang dong kalau mau ke sini. Biar aku tahu." omel Fair mengusap-usap dadanya. Samudera yang tadinya sibuk main-main hp sambil tidur-tiduran di sofa tertawa pelan lalu mengganti posisinya menjadi duduk. Ia sama sekali tidak mendengar Fair masuk tadi.
"Kenapa baru pulang?" tanyanya. Sekolahnya saja sudah pulang dari tadi. Makanya cowok itu sudah setia ada di apartemen ini. Dia bahkan hampir datang ke sekolah baru Fair untuk mencarinya. Lokasi tempat ini dari sekolah Fair yang sekarang terbilang dekat, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Bahkan lebih dekat dibanding dengan kos-kosannya beberapa hari yang lalu.
Karena Fair tidak mau kejadian yang sama terulang lagi, ia dengan sengaja memaksa Samudera mencarikannya tempat tinggal dekat sekolah. Akhirnya apartemen inilah yang mereka temukan.
"Tadi aku temenin Sasa beli novel kesukaannya." sahut Fair ikut membanting dirinya ke sofa. Ia sudah capek seharian ini.
"Sasa?" Samudera menatapnya dengan pandangan ingin tahu Sasa itu siapa.
"Sasa adalah teman baru aku di sekolah. Orangnya baik dan ramah. Sering bantuin aku juga." kata Fair lagi menjelaskan dengan semangat.
"Bantuin apa?" Samudera kembali bertanya. Ia sudah tidak main hp lagi, karena sudah ada Fair yang lebih menarik dari hp dimatanya.
"Bantuin aku bikin tugas dan banyak lagi." sahut Fair ceria. Samudera terkekeh. Bukan Fair kalo nggak minta bantu bikin tugas. Sebelum pindah dulu Samudera adalah korbannya. Sudah ratunya kalo gitu. Tapi pria itu rela membantu dengan sepenuh hati. Fair sangat dekat dengannya, apalagi setelah Bion meninggal. Dan dia menyayangi Fair sebagai adik kandungnya sendiri. Percaya atau tidak percaya Samudera tulus memposisikan dirinya sebagai pengganti Bion. Tidak ada perasaan lebih dari itu. Tapi bukan berarti sembarang cowok bisa deketin adiknya. Tidak bisa. Samudera akan menyeleksi benar-benar siapa saja laki-laki yang ingin mendekati Fair. Kalau lolos seleksi darinya, maka cowok itu termasuk beruntung. Karena tidak gampang mendapatkan restunya.
"Sini duduk deket aku," gumamnya menepuk sofa bagian kiri. Fair menurut. Ketika gadis itu sudah berada disamping Samudera, lelaki itu mengusap-usap rambutnya penuh sayang.
"Nggak ada yang gangguin kamu di sekolah kan?" tanyanya. Ia ingin memastikan semuanya dan tidak ingin ada yang berani mencelakai gadis itu. Fair menggeleng.
"Nggak tuh," sahut Fair. Ia sebenarnya mau melapor tentang para kakak kelasnya yang nyebelin, yang akhir-akhir ini suka jahil padanya. Tapi tidak jadi. Ia takut Samudera akan menganggap mereka sengaja mengganggu gadis itu dan ujung-ujungnya berakhir dengan Samudera melabrak mereka. Masih untung kalau tidak sampai berkelahi.
"Yakin? Nggak bohong kan?" tanya Samudera lagi menyipitkan matanya menatap cewek itu. Fair mengangguk kuat. Samudera tersenyum tipis.
"Ya udah, sekarang ganti baju. Aku bawah kamu ke basecamp."
"Ketemu sama teman-temannya kak Samudera?!" hanya itu yang ada di pikiran Fair kalau Samudera bilang mau membawanya ke sana. Itu kan memang tempat kumpul genknya tuh cowok. Samudera mengangguk.
"Katanya mereka kangen mau liat kamu. Kalo ke sini bakalan ribut banget. Mendingan di basecamp aja. Ada Dilla juga." kata Samudera panjang lebar. Cuma sama Fair Samudera banyak ngomong lembut dan sabar gini. Jangan harap sama yang lain, irit banget ngomongnya pokoknya. Kalo sama yang lain, yang bukan Fair sama sahabat-sahabatnya, cowok itu ngomong empat kata aja udah bersyukur banget.
"Oh iya, aku sampe lupa sama Dilla." seru Fair. Padahal kemarin dia udah ingat mau nelpon sahabatnya itu karena nomornya udah aktif lagi. Tapi lagi-lagi dia lupa. Dasar Fair. Siap-siap aja kena amuk Dilla sebentar. Dia lalu berdiri masuk ke kamarnya.
***
"MANIS!" Dilla menghambur ke Fair ketika melihat cewek itu masuk basecamp bareng Samudera. Nggak sia-sia dirinya memberanikan diri memaksa Samudera yang super duper dingin itu agar mau ijinin dia datang ke sini. Ia udah kangen banget sama sahabatnya yang satu itu. Kangen ngegosip yang nomor satunya. Hihihi...
"Dil, gue sesak napas nih." rungut Fair karena Dilla memeluknya sangat kencang.
"Lo tuh ya, tega banget pindah sekolah diem-diem. Nekat kabur dari rumah lagi. Jangankan gue, kak Sam aja yang paling deket sama lo, nggak lo bilangin. Tega lo ya..." omel Dilla panjang lebar. Ia sampe tidak sadar
para cowok-cowok lagi ngumpul di situ.
Fair tergelak. Kalo mode on-nya Dilla lagi kumat jadinya ya gini. Dia tidak peduli sama keadaan sekitar. Padahal dia paling takut sama kak Samudera. Dan paling menjaga image. Tapi kali ini cewek itu udah nggak peduli lagi yang namanya image didepan Samudera. Ia benar-benar kesal perihal Fair yang tega kabur dan pindah sekolah diam-diam.
"Udah-udah, waktu lo udah abis. Emang lo doang yang kangen sama Manisnya kita." Galang berdiri di tengah-tengah Fair dan Dilla.
"Hai kak Galang, kak Farrel." ucap Fair menyapa kedua sahabat Samudera dengan senyuman lebar. Farrel melambai dari ujung sana. Cowok itu tampak sibuk dengan permainannya di hp. Kalo dia lagi sibuk main memang nggak ada yang bisa gangguin.
"Ih, sih Manis gendutan sekarang." goda Galang mencolek pipi Fair.
"Kak Galang ih, aku nggak gendut tahu. Berisi doang." balas Fair mengerucutkan bibirnya. Ia mencoba mencari pembelaan dengan menatap Samudera, tapi cowok itu malah ikut tersenyum. Jadinya Fair makin sebal dibilang gendut sama Galang.
"Lo sekolah di mana sekarang?" tanya Dilla setelah mereka duduk melingkar di sofa.
"Ada deh pokoknya."
"Yakin nggak mau kasih tahu kita-kita? Tega sih namanya." Farrel angkat bicara. Ia baru selesai main game.
Fair menyengir.
"Tanya kak Sam aja. Aku malu ngomongnya. Pokoknya kalian semua nggak diperbolehkan datang ke sekolah aku. Bisa heboh nanti kalo diliat teman-teman baru aku." katanya panjang lebar.
"Emangnya kenapa?" Galang tidak mengerti.
"Pokoknya nggak boleh."
"Termasuk gue?" timpal Dilla.
"Iya."
"Ah tega bangeet...
"Bener," Farrel membenarkan. Dia juga ingin tahu di mana sekolah baru cewek itu. Samudera sendiri nggak mau bilang karena sudah terlanjur berjanji pada Fair. Nggak asik banget tuh cowok.
Sesaat kemudian ada yang mengetuk dari luar. Sepertinya itu adalah kurir pengantar makanan. Samudera yang memesan tadi karena mereka semua belum makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bzaa
senangnya kl udah ngumpul di basecamp
2024-07-29
0
miyura
semangat othor ..udah up tiap hari..😗😗
2023-06-02
0
Rita
tenang Sam sdh ada kandidat nya sahabat mu jg dan Bion Tristan 😊
2023-06-02
0