Tristan dan Fair bersembunyi dibalik semak-semak yang berada dibelakang warung makan tersebut. Entah yang lain bersembunyi di mana. Saat kepala Fair menyembul ke atas untuk melihat keadaan sekitar, Tristan cepat-cepat menghalanginya. Alhasil cewek itu jadi tidak dapat berbuat apa-apa.
"Jangan banyak gerak, nanti ketahuan." gumam Tristan sedikit berbisik. Fair mencebik. Ketahuan bagaimana coba, dia malah nggak liat sama sekali kalau ada orang di sekitar situ.
"Anda betul-betul tidak bohong? Tadi saya lihat jelas pelanggan anda pakai seragam sekolah kami. Jujur sama saya, kemana mereka pergi?"
suara berat khas ibu-ibu itu membuat Fair refleks menyembunyikan kepalanya di dada bidang Tristan, takut ketahuan. Ia juga menutupi mulutnya dengan tangannya sendiri agar tidak mengeluarkan suara yang akan membuat mereka ketahuan nantinya.
Gadis itu tidak sadar Tristan sedang mati-matian menahan nafas akibat tindakannya yang tidak di duga-duga itu. Tristan hanya terdiam mematung, ada perasaan asing yang ia rasakan ketika Fair dengan refleks menempelkan kepala di dadanya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Yang membuatnya bingung dan pikirannya berkecamuk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Apa ini?
Tristan berusaha keras mengontrol pikirannya. Mungkin yang dia rasakan sekarang disebabkan oleh hormon. Ia belum pernah sedekat ini dengan perempuan, jadi ketika tiba-tiba ada cewek yang berjarak sedekat ini dengannya, membuat hormon laki-lakinya menjadi lebih aktif. Itu normal. Tapi.. Tristan cukup ragu. Karena ia tahu dengan jelas bahwa dirinya mulai tertarik pada gadis ini.
"Beneran bu, saya nggak bohong. Mereka mahasiswa sebelah. Mungkin ibu yang salah lihat." sahut sih bapak pemilik warung makan tersebut. Bu Nirwani memicingkan mata ke pria dewasa itu. Dari balik semak-semak, Tristan bisa lihat bu Nirwani yang berkacak pinggang didepan pria paruh baya sang pemilik warung.
"Awas kalau anda kedapatan berbohong. Saya tidak akan segan-segan melaporkan warung anda. Warung kecil begini saja dibanggakan, penghasilannya pun pasti tidak seberapa. Mending usaha lain." ancam wanita galak itu bahkan sengaja merendahkan sih pemilik warung dengan wajah mencemooh. Lalu berbalik masuk ke dalam.
Tristan tidak senang mendengar ancaman guru perempuan yang menurutnya sangat bertingkah itu. Wanita tua itu bahkan berani-beraninya mengatai sih pemilik warung. Bisa-bisanya mengancam dan mengatai orang seperti itu. Pendidik tapi kelakuannya tidak terdidik sama sekali.
Tristan berjanji kalau melihat guru itu bersikap sombong dan merendahkan orang seperti tadi lagi, dirinya tidak akan segan-segan membuat guru itu di pecat. Jangan pikir dia tidak bisa.
"Udah pergi orangnya?" saking kesalnya pada bu Nirwani, Tristan sampai lupa kalau ada seorang gadis yang sedang bersamanya saat ini. Cowok itu menatap ke bawah. Matanya bertemu dengan mata jernih milik Fair. Pria itu terdiam membeku. Mata itu seakan menyihirnya. Amarah yang ia rasakan tadi mendadak hilang.
Fair sendiri bisa merasakan detak jantung tak beraturan dari kakak kelasnya tersebut. Ia tidak paham kenapa dengan kakak kelasnya itu, namun yang membuatnya lebih tidak mengerti lagi adalah, dirinya malah jadi gugup. Ada apa sebenarnya? Kenapa perasaannya jadi aneh begini? Apa karena pengaruh kedekatan mereka sekarang ini?
Benar juga sih. Fair baru sadar dia berada sangat dekat dengan Tristan.
Ia lalu mengangkat wajahnya namun tubuhnya tiba-tiba didorong oleh cowok tampan itu, hingga dirinya terjungkal kebelakang.
"Auww..." pekik Fair merasakan sakit dibagian bokongnya. Ia mendelik tajam ke Tristan yang sudah berdiri. Dasar kakak kelas nyebelin. Kasar banget sama cewek. Pake dorong-dorong kayak tadi. Kan sakit.
Dari atas sudut bibir Tristan terangkat. Ia merasa lucu dengan ekspresi kesal Fair. Sebenarnya dirinya tidak bermaksud mendorong gadis itu. Namun karena tidak bisa menahan diri dari degupan jantungnya yang makin tidak bisa berkompromi di dekat sang adik kelas, ia malah refleks mendorong.
"Sini gue bantu berdiri," katanya kemudian, lalu mengulurkan tangannya ke depan Fair. Gadis itu langsung membuang muka ke arah lain saking kesal.
"Hmph!" ujarnya membuang muka ke arah lain sambil bersedekap dada. Tristan mati-matian menahan senyum. Rasanya ia ingin mencubit pipi Fair sekarang juga tapi kedatangan Kiffly dan yang lain menghentikan niatnya.
"Kenapa tuh bocah?" Kiffly menatap Fair sebentar lalu melirik Tristan.
"Ngambek." sahut Tristan. Kiffly dan yang lain kebingungan. Apalagi melihat Tristan yang membungkuk dan bicara satu kata yang sukses membuat ketiganya keheranan.
"Maaf, gue salah. Masih mau ngambek lagi mm?" gumam Tristan. Sungguh hal yang sangat langka seorang Tristan bisa mengucapkan kata maaf pada orang lain. Ini pertama kalinya mereka mendengar kata maaf tersebut keluar dari mulut Tristan. Mereka sampai terheran-heran.
"Mau berdiri nggak?" ucap Tristan lagi. Tangan masih terulur didepan Fair. Mau tak mau Fair menerima uluran tangan tersebut. Meski wajahnya masih cemberut.
"Jangan cemberut gitu, nanti cantik oon lo ilang." ledek Kiffly lalu tergelak. Akhir-akhir ini dia sangat senang berbuat usil ke Fair. Tidak tahu kenapa, tapi menurutnya sangat asyik saja menjahili cewek itu.
Fair mencebik. Ia melepaskan genggaman Tristan dan mendekat ke Sasa. Mengamit lengan cewek itu.
"Sa, kita balik aja yuk." rengeknya manja.
"Mau di anterin nggak?" canda Kiffly.
"Nggak usah, hmph!" balas Fair sengaja dibuat seketus mungkin tapi masih terdengar nada manjanya yang imut ditelinga Tristan. Bukannya marah, para kakak kelasnya itu malah tertawa. Bawaan mereka melihat kelakuan Fair sekarang lucu. Gadis itu lucu kalau lagi ngambek, tidak dibuat-buat seperti kebanyakan cewek lain. Dan sifat manjanya makin kelihatan. Tristan makin yakin Fair ini sosok putri manja yang entah kenapa terdampar di sekolahnya. Kalau dia ingin tahu, dia harus bertanya ke Samudera. Karena pria itu tampak sangat dekat dengan Fair.
Sasalah yang keheranan. Ia merasa tiap kali para cowok menakutkan tersebut bertemu dengan Fair, mereka jadi lebih banyak menggoda sahabat barunya ini.
Apa para kakak kelasnya menyukai Fair? Maksudnya, tidak jijik pada Fair seperti biasanya mereka jijik pada cewek-cewek yang suka mendekati mereka dengan sengaja. Kalau benar, Fair sangat beruntung. Empat cowok ganteng idaman sekolah bisa di babat langsung sama dia. Kayak F4 aja. Eh, tapi beda versi sih. Setelah Sasa perhatikan, Fair ini anaknya sangat manja dan nggak ada pinter-pinternya sama sekali. Sedang Geum Jandi di BBF tipe cewek kuat, pintar dan sangat mandiri. Pokoknya beda banget sama karakter Fair.
"Sa... Kapan kita baliknya sih?" rengek Fair lagi.
"Iya-iya. Ini udah mau balik." ujar Sasa. Pandangannya berpindah ke para senior mereka. Cewek itu masih memasang tampang malu-malu dan agak takut saat mau permisi pamit ke mereka.
"Nggak usah takut gitu, kita nggak makan orang." kata Gino.
"Tapi kalo orangnya kayak Fair bisa aja sih di makan." goda Kiffly lagi.
"Sasaaa ..."
Fair menggoyang-goyangkan badan Sasa kuat lalu terdengar gelak tawa dari cowok-cowok. Mau nggak mau Sasa ikut tertawa. Hari ini mereka sukses menggoda Fair habis-habisan. Hanya Kellen yang tidak ikut menggoda. Tapi sesekali tersenyum gemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bzaa
☺️😘😘💪😘
2024-07-29
0
Rita
terimakasih ya Sa sdh menjadi teman terbaik biarpun br kenal
2023-06-01
1
miyura
semangat selalu ya othor ..lanjut...
2023-06-01
0